Profil Pengusaha Joko Ibrahim
Menjadi pengusaha tidak disangka- sangka. Siapa sangka niat hati menyenangkan calon mertua, eh ternyata, malah menjadi bisnis berbuah ratusan juta. Inilah kisah Joko Ibrahim seorang pengusaha alat rumah tangga. Ia menceritakan awal kisah dia sama sekali tidak berniat menjadi pengusaha muda.
Dia awalnya berkunjung ke rumah kekasih di Dusun Ngunut, Tulungagung. Ternyata calon mertua Joko itu pengusaha alat rumah tangga. Dan kebanyakan warga dusun memang pengrajin peralatan rumah tangga. Satu kecamatan tersebut menjadi sentra alat rumah tangga.
Kan kalau dia bisa membuktikan diri, siapa tau makin mudah. Jadi mudah buat Joko melamar sang kekasih. Lalu dia menawarkan diri untuk menjualkan hanger buatan calon mertua. Pria lulusan IAIN Wali Songo ini lantas menawarkan tetangga, kebetulah dia tengah melanjutkan sekolah Universitas Paramadina Jakarta.
Tawaran tersebut diterima senang hati. Jadilah Joko pengusaha alat rumah tangga dadakan. Ditawarkan itu ke tetangga tempat dia bertempat. Tidak cuma berhenti disitu saja, ia lantas membidik pasar internet melalui situs gratisan.
Bisnis siapa sangka
Joko sendiri bukan orang susah. Lahir dari keluarga berkecukupan membuat dia bisa bersekolah tinggi. Dia pun mengingat masa kecil menyenangkan. Ayah Joko sendiri adalah seorang kepala sekolah. Mereka sudah memiliki sepetak sawah. Kemudian ibu Joko merupakan penjual tanaman palawija.
Tumbuh menjadi pemuda biasa sampai berkuliah. Waktu kuliah di Semarang, ia juga aktif mengikuti aneka kegiatan kemahasiswaan. Berkat itu dia memiliki kemampuan komunikasi baik. Dalam hal membangun relasi juga mudah.
Itulah kenapa, ketika lulus 2003, pekerjaan bagus dapat digenggam Joko yakni menjadi manajer sebuah yayasan pendidikan di Solo. Namun karir dijalani Joko sangat lambat. Lima tahun berlalu kemudian ditawari beasiswa S-2, tanpa berpikir panjang Joko mengiyakan berkulih kembali ke Jakarta.
Sambil kuliah sambil bekerja. Joko bekerja di sebuah kantor pengacara. Disaat bersamaan juga menemukan wanita kekasihnya, yang sekarang istrinya, Prisa Ani Yulia.
Prisa sendiri merupakan warga Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur. Ketika berkunjung ia melihat orang tua kekasihnya mengerjakan hanger kawat. Sebuah usaha yang kelihatannya maju karena banyak pekerjaan tiap hari. Dia mencoba mengambil hati mertua. Joko sampai rela berhenti dari kantor pengacara.
"Sebab, bisa jualan sambil pacaran lebih menyengangkan,"cletuknya.
Ketika di Jakarta dia menjual melalui internet. Ternyata hanya berbekal situs penjualhanger.multiply.com bisa menghasilkan banyak pesanan. Transaksi online dijalankan Joko sudah seperti sekarang. Selepas membayar transfer barang akan langsung dikirim. Untuk penjualan dengan syarat tertentu tidak dipungut biaya mengirim.
Dia baru tau dahsyatnya berjualan hanger. Apalagi penjualan alat rumah tangga melalui internet kan masih sangat jarang. "Hasilnya lumayan," imbuh Joko. Produk dijual Joko masih produk hanger kawat biasa tidak ada spesial.
Penjualan melalui internet berbeda dari langsung. Ketika menjual rumah ke rumah, bayangkan Joko hanya mampu menjual 2- 3 calon pembeli. Dan ketika ia pindah berjualan dari multiply. Bayangkan dia melayani pembeli sampai belasan. Jika pembeli langsung membeli sedikit, pembeli internet akan membeli jauh lebih banyak.
Makin banyak dibeli
Suatu hari dia kedatangan seorang pembeli asal Korea. Ternyata dia merupakan pemilik laundry asal Korea. Ia pun menawarkan kerja sama bisnis menarik. Dia menginginkan hanger dibuat khusus. Kemudian datanglah seorang kawan menawarkan contoh hanger khusus. Hanger sesuai dengan keinginan pengusaha Korea itu.
Sang pengusaha laundry menginginkan hanger khusus. Bukan hanger kawat bekas, namun hanger dengan ukiran di gagang. Joko lantas membuat sampel. Kemudian beberapa contoh tersebut diberikan kepada si pengusaha Korea tersebut. Akan tetapi pemesan tersebut tidak kunjung memesan. Ia merasa dikecewakan sekali.
Namun, apa sudah berlalu tinggal pelajaran, banting stir Joko menawarkan hanger sama ke orang lain. Sabar dia menawarkan ke beberapa laundry. Hasilnya satu pesanan datang dari laundry di Nusa Tenggara Barat pada Mei 2009 silam. Tidak tanggung mereka memesan sampai 250 unit hanger.
"Saya senang sekali, tetapi juga bingung," ia berlanjut. Pasalnya Joko belum berproduksi sebanyak itu. Pria kelahiran 19 Maret 1980 ini lantas memberitau kesusahan ke pacar. Sang calon mertua ternyata merespon masalah ini mengejutkan.
Calon mertua menawarkan modal Rp.2,5 juta kepada Joko. Maksudnya agar dia dapat membelikan mesin cetak buat hanger. Untuk menambah modal usaha, ia menarik uang tabungan Rp.5 juta, lantas dibeli gulungan kawat dan bahan kimia buat mewarnai hanger. Sukses besar Joko memenuhi pesanan tersebut tepat waktu.
Kisah berlanjut dia membuat kembali hanger berdesain sama. Dia bekerja bersama empat orang karyawan yang dipinjamkan mertua. Kisah berlanjut tetapi tidak sesuai harapan dia. Pesanan malah kembali sepi tidak ada pesanan banyak.
Bertahan sabar
Ia sempat menawarka ke eksportir. Namun ditolak karena waktu itu belum punya mesin. Ia sempat bersedih cuma dia tetap semangat. Dia merasa bertanggung jawab bahwa dia sanggup. Keinginan memajukan usaha mertua membuat dirinya lebih bersemangat. Alhasil pesanan hanger baru membuka peluang bisnis pembuatan sendiri.
Hanya saja, bagaimana jika ternyata pesanan kembali sepi ya? Padahal dia barulah menikah. Juga masih ada stok 30.000 hanger. Mereka pasangan suami istri baru terpaksa berhemat. Mereka memenuhi kebutuhan hidup dari pesanan hanger yang sepi.
Tidak mau lama- lama berdiam diri. Apalagi sampai gila karena pesanan tidak kunjung datang. Joko memiliki ide brilian. Dibukannya buku YellowPage, mencari- cari internet, bagaimana dia bisa menemukan pasar lain potensial.
Akhirnya Joko membuat surat penawaran, ditawarkan hangernya kepada 7 laundry dari Bali dan Makassar. Startegi seperti ini ternyata tidak sia- sia. Pesanan mulai berdatangan. Namun, ketika sudah bersemangat, ia menemukan tidak se- "wah" dibayangkan. Dimana tidak setiap saat mereka akan butuh hanger tergantung musim.
Tujuh bulan berlalu, hingga Joko mampu menguasai pasar hendak dicapai. Joko akhirnya mampu memetakan calon pelanggan.
Masuk Idul Fitri 2009, pesanan mulai menaik, dan pesanan datang salah satunya Simply Fresh. Ya laundry besar tersebut memesan hanger ke Joko. Selain Simply Fresh, ada nama Martinizing Dry Cleaning memesan hanger juga. Dua bulan stok hanger produksinya habis tanpa sisa di gudang.
Simply Fresh Yogya pun secara teratur memesan hanger dari Joko. Kemudian sejak itu lahirlah nama produk Rajawali Hanger. Secara rutin mereka memasok hanger 8.000 buah ke Simpy Fresh setiap bulan. Kemudian dari Marinizing Dry Cleaning memesan sampai 2.000 unit setiap bulan.
Rajawali Laundry masuk pasar ritel berbekal semangat. Bayangkan mereka memproduksi sampai 360.000 hanger setiap bulan. Juga termasuk masuk ke pasar grosir. Ternyata banyak orang membeli peralatan rumah tangga disana. Tidak berhenti di hanger, banyak orang meminta dipasok sapu, keset, dan kemoceng.
Melihat potensi itulah dia mulai mencari produk lagi. Dia menampung produk karya warga Desa Ngunut. Ia melalui perusahaan Rajawali Hanger berekspansi. Dari menjual aneka peralatan kebersihan, Joko lantas masuk ke bisnis pembuatan peralatan dapur sampai 100 jenis.
Ia menjalin kemitraan dengan pengrajin sekitar. Dia bertindak sebagai distributor. Kemitraan memasok alat- alat dapur. Dari empat orang karyawan pinjaman mertua, Joko merekrut empat lagi karyawan lepas buat membantu dia. Omzet jangan ditanya, Joko mampu meraup omzet sampai Rp.250 juta per- bulan.
Semua karena tidak cuma lokal. Joko bahkan mendapatkan tawaran ekspor. Joko mengekspor sampai ke Kanada lewat PT. Seven Continent, dimana mereka merupakan pemasok display buat produk ke Amerika seperti Lea Jeans. Tidak berhenti dia mendapatkan tawaran ekspor lain dari dua perusahaan asing.
Tetapi dia cuma mau jika bisa dikerjakan disela- selag kesibukan. Joko sendiri lebih nyaman berhubungan langsung dengan pelanggan, baik website, Twitter, ataupun Facebook. Meskipun begitu dia tetap merekrut orang buat menjalankan marketing. Karena itu merupakan kunci sukses sebuah perusahaan berbisnis.
Meski efek internet membantu, nyatanya, penjualan tidak 50% datang dari internet. Semua justru kerena ia memiliki kedekatan langsung ke konsumen. Cuma bedanya sekarang dia telah membangun citranya. Sudah memiliki brand awareness berkat internet. Kini, dia sibuk mengunjungi mereka bahkan ke seluruh Indonesia.
"Mungkin banyak yang bilang itu buang- buang duit tapi yang penting bisa menjaga hubungan baik," imbuh dia.
Menjalin hubungan dengan pengrajin rumahan sulit. Ia mengakui mereka cenderung sensitif. Ketika dia mulai menyusun data untuk keperluan jaringan distribusi. Mereka melihat Joko penuh curiga. Apalagi ketika mulai dia beralasan mengambil gambar dan banyak bertanya.
"Mereka tidak mau kalau sekedar kita tanya- tanya dan ambil gambar tanpa membeli," Joko menjelaskan lagi.
Oleh karena itulah setiap survei, maka Joko akan membeli barang dari mereka. Tujuh bulan lamanya sampai dia benar- benar menyusun data base. Dia akhirnya mampu memetakan produk apa saja. Dia juga mulai menyusun rencana pendekatan. Lantaran kebanyakan mereka sudah memiliki pengepul sendiri jadi susah.
Dia akhirnya mendekati pengepul juga. Mereka adalah pemberi orderan kepada perajin. Pendekatan dalam hal bagaimana meningkatkan penjualan. Serta memberikan sedikit pelatihan pengembangan produk. Karena mereka kebanyakan memproduksi satu jenis produk sesuai pesanan.
Mereka memang terbiasa memproduksi apa adanya tanpa inovasi. "Saya ajarkan bagaimana pengemasan, ukuran, atau pengembangan model baru," ia menjelaskan lebih lanjut. Joko sendiri ingat betul bagaimana ia berawal. Sebagai pembuat hanger pemula berbekal kawat bekas dibentu seadanya.
Dia berharap mitra juga merasakan pengalaman. Bagi Joko, kesuksesan milik siapa saja, bukan mereka yang terlahir kaya ataupun keturunan tertentu. Siapapun mau bekerja keras pasi bisa. Memulai usaha adalah soal keberanian. Keberanian mengambil keputusan penting dan fokus akan apa pekerjaan kita.
Tidak mau lama- lama berdiam diri. Apalagi sampai gila karena pesanan tidak kunjung datang. Joko memiliki ide brilian. Dibukannya buku YellowPage, mencari- cari internet, bagaimana dia bisa menemukan pasar lain potensial.
Akhirnya Joko membuat surat penawaran, ditawarkan hangernya kepada 7 laundry dari Bali dan Makassar. Startegi seperti ini ternyata tidak sia- sia. Pesanan mulai berdatangan. Namun, ketika sudah bersemangat, ia menemukan tidak se- "wah" dibayangkan. Dimana tidak setiap saat mereka akan butuh hanger tergantung musim.
Tujuh bulan berlalu, hingga Joko mampu menguasai pasar hendak dicapai. Joko akhirnya mampu memetakan calon pelanggan.
Masuk Idul Fitri 2009, pesanan mulai menaik, dan pesanan datang salah satunya Simply Fresh. Ya laundry besar tersebut memesan hanger ke Joko. Selain Simply Fresh, ada nama Martinizing Dry Cleaning memesan hanger juga. Dua bulan stok hanger produksinya habis tanpa sisa di gudang.
Simply Fresh Yogya pun secara teratur memesan hanger dari Joko. Kemudian sejak itu lahirlah nama produk Rajawali Hanger. Secara rutin mereka memasok hanger 8.000 buah ke Simpy Fresh setiap bulan. Kemudian dari Marinizing Dry Cleaning memesan sampai 2.000 unit setiap bulan.
Visioner bisnis
Rajawali Laundry masuk pasar ritel berbekal semangat. Bayangkan mereka memproduksi sampai 360.000 hanger setiap bulan. Juga termasuk masuk ke pasar grosir. Ternyata banyak orang membeli peralatan rumah tangga disana. Tidak berhenti di hanger, banyak orang meminta dipasok sapu, keset, dan kemoceng.
Melihat potensi itulah dia mulai mencari produk lagi. Dia menampung produk karya warga Desa Ngunut. Ia melalui perusahaan Rajawali Hanger berekspansi. Dari menjual aneka peralatan kebersihan, Joko lantas masuk ke bisnis pembuatan peralatan dapur sampai 100 jenis.
Ia menjalin kemitraan dengan pengrajin sekitar. Dia bertindak sebagai distributor. Kemitraan memasok alat- alat dapur. Dari empat orang karyawan pinjaman mertua, Joko merekrut empat lagi karyawan lepas buat membantu dia. Omzet jangan ditanya, Joko mampu meraup omzet sampai Rp.250 juta per- bulan.
Semua karena tidak cuma lokal. Joko bahkan mendapatkan tawaran ekspor. Joko mengekspor sampai ke Kanada lewat PT. Seven Continent, dimana mereka merupakan pemasok display buat produk ke Amerika seperti Lea Jeans. Tidak berhenti dia mendapatkan tawaran ekspor lain dari dua perusahaan asing.
Tetapi dia cuma mau jika bisa dikerjakan disela- selag kesibukan. Joko sendiri lebih nyaman berhubungan langsung dengan pelanggan, baik website, Twitter, ataupun Facebook. Meskipun begitu dia tetap merekrut orang buat menjalankan marketing. Karena itu merupakan kunci sukses sebuah perusahaan berbisnis.
Meski efek internet membantu, nyatanya, penjualan tidak 50% datang dari internet. Semua justru kerena ia memiliki kedekatan langsung ke konsumen. Cuma bedanya sekarang dia telah membangun citranya. Sudah memiliki brand awareness berkat internet. Kini, dia sibuk mengunjungi mereka bahkan ke seluruh Indonesia.
"Mungkin banyak yang bilang itu buang- buang duit tapi yang penting bisa menjaga hubungan baik," imbuh dia.
Menjalin hubungan dengan pengrajin rumahan sulit. Ia mengakui mereka cenderung sensitif. Ketika dia mulai menyusun data untuk keperluan jaringan distribusi. Mereka melihat Joko penuh curiga. Apalagi ketika mulai dia beralasan mengambil gambar dan banyak bertanya.
"Mereka tidak mau kalau sekedar kita tanya- tanya dan ambil gambar tanpa membeli," Joko menjelaskan lagi.
Oleh karena itulah setiap survei, maka Joko akan membeli barang dari mereka. Tujuh bulan lamanya sampai dia benar- benar menyusun data base. Dia akhirnya mampu memetakan produk apa saja. Dia juga mulai menyusun rencana pendekatan. Lantaran kebanyakan mereka sudah memiliki pengepul sendiri jadi susah.
Dia akhirnya mendekati pengepul juga. Mereka adalah pemberi orderan kepada perajin. Pendekatan dalam hal bagaimana meningkatkan penjualan. Serta memberikan sedikit pelatihan pengembangan produk. Karena mereka kebanyakan memproduksi satu jenis produk sesuai pesanan.
Mereka memang terbiasa memproduksi apa adanya tanpa inovasi. "Saya ajarkan bagaimana pengemasan, ukuran, atau pengembangan model baru," ia menjelaskan lebih lanjut. Joko sendiri ingat betul bagaimana ia berawal. Sebagai pembuat hanger pemula berbekal kawat bekas dibentu seadanya.
Dia berharap mitra juga merasakan pengalaman. Bagi Joko, kesuksesan milik siapa saja, bukan mereka yang terlahir kaya ataupun keturunan tertentu. Siapapun mau bekerja keras pasi bisa. Memulai usaha adalah soal keberanian. Keberanian mengambil keputusan penting dan fokus akan apa pekerjaan kita.
Post Comment
0 komentar:
Posting Komentar