Jualan Bahan Scrapbook Sampai Desain Puluhan Juta

Profil Pengusaha Eugenia Selvia 


 
Hobi bisa jadi bisnis. Buktinya ada di Buku Unik, bisnis yang dijalankan oleh Eugenia Selvia. Berawal dari hobi bernama scrapbook. Yaitu seni menempel berbagai hal diatas kertas scarp. Termasuk menempelkan pita diatas buku. Unik karena fungsi tidak cuma buat menulis, tetapi menggambar, dan hiasan tentunya.

Buku cantik berjejer di rak menawarkan konsep lucu. Ada berkesan feminim ataupun berkesan maskulin. Ia menunjukan scrapbook tidak cuma buat wanita. Berawal membuat sampul buku buat catatan ketika kuliah. Sampul unik karya sendiri berbahan gambar, atau foto berhias pita atau batik. 

"Hanya saja memang belum terarah," ungkapnya.

Belum menjadi bisnis hanya hobi pada tahun 2008 silam. Dia memulai sejak kuliah D- 4 di Trisakti Institute of Tourism. Semasa tingga di Riau hobi mengumpulkan gambar ditempel. Semua Pia -begitu orang akrab memanggilnya- lakukan hanya menganut ilmu otodidak. 

Berlanjut hobi miliknya berarah ke daur ulang. Dia melihat bagaiman scrapbook terpajang di sebuah etalase toko. Mulai dari gambar majalah bekas, digunting dan dilem, ditempel dengan kancing, pita, stempel, agar jadi lebih kreatif.

Mulai berbisnis


Pia melawan arus teknologi. Ternyata buku catatan masih memiliki selera. Dimata masyarakat apalagi yang ia hadirkan memiliki cita rasa seni. Semua dikerjakan dari nol berawal workshop kecil di kamar tidur. Lambat laun hasil karyanya diliri orang sekitar dan minta dibuatkan buku catatan scrapbook.

"Saya bergerak membuat karya sendiri," Pia menambahkan. Menengok kesuksesan berbisnis scrapbook di Amerika. Maka dia mencoba menawarkan usahanya lewat online. Sampai dia bisa memasok untuk mal- mal di Jakarta.

Beda sekarang ketika ia memulai masih awam. Orang Indonesia masih belum melirik scrapbook. Kalau pun kamu bertanya tentang scarpbook, mungkin ada yang tau?

Pia berjualan online lewat www.bukuunik.com menjual 2 ribu buku scrapbook sampai omzet Rp.100 juta. Ia yang awalnya membuatkan cuma- cuma, lantas dibuatkan kusus buat komersil. Hasilnya ternyata sangatlah bagus memuaskan. Peminat mulai anak- anak, remaja, dan dewasa menyukai hasil karya Buku Unik ini.

Untuk menambah penjualan maka Pia memiliki cara. Yakni buku bertema, dari scrapbook bertema masakan untuk buku resep, bertemakan aneka kartun atau princess untuk diary, adapula bertema pendidikan yang ia khususkan buat para guru. Memang scrapbook memiliki aneka kegunaan mulai hiasan, catatan, diary, atau resep.

Dulu lewat situs kemudian dia memasarkan lewat bazar. Disana lah pelua membuka lebar, mulai toko buku terkenal dan sampai retail terkemuka menjadi tempat. Hingga Pia sampai memasarkan sampai ke penjuru daerah lewat sana.

Bukan buku biasa


Fungisnya macam- macam mulai diary sampai album foto. Utamanya sih buat diary interaktif, contoh kamu bisa menempelkan tiket traveling kamu dan diberikan komentar, atau menjadi album foto perjalanan seorang anak, menjadi buku resep interaktif dengan foto, jurnal hamil, dan sebagainya.

Pia menjelaskan bahwa bisnis ini pasar luas. Scapbook fungsional dan lebih mudah jika diakses dibanding ke sosial media. Tidak kalah dengan bentuk blog bahkan lebih kreatif karena kancing, pita, atau apapun yang unik. Margin untung mencapai 20% jadi kalau harga jualnya Rp.75.000 sampai Rp.129.00 hitung sendirilah.

Karena bukanlah produk hasil masal. Maka keunikan disetiap buku berbeda satu sama lain. Oleh karena itu pembeli akan lebih gaya personal, menunjukan jati diri. Kesan inilah dihasilkan Pia sampai menghasilkan omzet jutaan rupiah. Produksi pun dilakukan secara manual, dengan tangan, sehingga bukan pabrikan.

Kini, Pia dibantu oleh enam karyawan, kalau dulu dia bekerja sendiri karena memulai dari hobi sih. Pia juga turun tangan sendiri ketika mengerjakan. Wanita 32 tahun ini telah memproduksi 2.000 buku. Dimana ia telah memiliki desain sendiri dan akan bertambah 1- 2 desain per- bulan.

Bisnis ini memang berlandaskan seni. Melalui seni daur ulang pula membantu lebih banyak lingkungan kita. Pia memanfaatkan kertas majalah. Tetapi dia juga menggunakan bahan baru seperti didesain lewat komputer dan diprint. Sampai sekarang Pia masih mengembangkan desain agar masyarakat tidak bosan.

Cara membuatnya tidak sulit kok. Tekniknya standar dapat kamu pelajari. Kalau menggunting dan tempel kan semua orang bisa. Tinggal bagaiman kreatifitas pembuatnya saja. Ini ado yang gak malu- maluin karena spesial khusus. Mulai menjual tanpa orang tau apa itu Buku Unik, hingga, brand milik Pia kini sudah dikenal luas.

Berawal dari menjual ke teman kampus. Dia mengembangkan sendiri. Tetapi dia masih sebatas hobi belum fokus karena masih kuliah. Tidak cuma satu kelas melebar ke kelas lain satu kampus. Sempat membuat dia pernah tidak fokus berkuliah. "Itu sebabnya, saya kemudian menghentikan meski banyak teman memesan."

Modal minim


Tamat kuliah barulah dia berbisnis kembali. Karena memulai dengan hobi maka tanpa modal. Pia hanya mulai mengalari mengikuti arus. Bermodal menempel- nempelkan kertas dari majalah bekas. Itu dijadikan sampul scrapbook dibikin di kamar. Dibuat sendiri, dipakai sendiri, hingga teman menimpali ingin memiliki hasil karya dia.

Hingga ia menyeriusi di tahun 2008, karena permintaan membludak dan menganggu kuliah, maka Pia memilih berhenti sejenak. Hobi menjadi bisnis ini kemudian didukung sang pacar, Willy. Dia memodali Pia sebesar Rp.500 ribu."Belum ada mesin- mesin gitu masih standar juga lah," kenangnya.

Uang tersebut digunakan berbagai bahan kertas. Setelah selesai dia lantas menjajal berjualan di forum- forum termasuk Kaskus. "...kaya kaskus jadi mesti up, up terus," jelas Pia. Kebetulan sosok pacar -yang kini jadi suami- adalah pendukung berbekal kemampuan komputer.

Melalui itulah dia mendapatkan toko online. Jika sebelum itu Pia kerjakan semuanya sendiri. Lambat laun, ia memiliki karyawan sejumlah 6 orang. Tidak lagi sekedar hobi maka ada desain dari desainer.

Pia pun mulai memperkenalkan kepada masyarakat melalui bazar di Lapiaza, Bulog, pameran handicarft di mal, Indcraft, Icra, Inacraft, Charity Women Internasional Club, Crafina, lalu Bobo Fair. Semula orang tidak paham BukuUnik, kini, mereka menyadari ada sebuah produk unik bikinan anak Indonesia, membanggakan.

Berkat mengikuti bazar jugalah BukuUnik masuk mal- mal di Jakarta. Cara pemesanan Buku Unik cukuplah buka www.bukuunik.com, kemudian lakukan pemesanan, melakukan pembayaran, setelah dikonfirmasi, ia akan memastikan dalam 1- 2 hari buku kamu sampai. Tidak puas? Kamu dapat datang ke galeri miliknya sendiri.

"...kemudian diliput stasiun TV baru dari situ mulai booming," tambah Pia. Ia menjadi pemasok tunggal buat Gramedia, Stroberi, Sogo, Living World di Jakarta, lalu merembet ke Medan, Jogja, Makassar, Surabaya, dan Pia mulai fokus memproduksi masal.

Bermula workshop bermodal rumah sendiri. Lantas terus mencicil kesuksesan Pia mulai terlihat. Sekarang ia sudah memiliki mesin jilid sendiri, mesin laminating sendiri, dari membuat di rumah sekarang dia sudah bisa menyewa ruko. "Jadi ada step by step -nya sih karyawan sudah 10 orang," ungkapnya bangga.

Namanya berbisnis pastilah ada pasang surut. Karena berdasarkan hobi, bisnis dijalankan Pia ternyata tidak membosankan jadi dia terus berusaha. Penjualan memang bisa up and down tetapi menurut dia masih bisa diatasi. Selama respon masyarakat baik maka semua bisa diatasi. Pia sendiri rajin menggali ide tidak cuma di buku catatan.

Pia mulai mendengar permintaan konsumen. Maka setiap model melambangkan keinginan pelanggan. Tetapi ia menyebut tema traveling lebih diminati. Tidak cuma menjual buku catatan, Buku Unik miliknya juga siap menjadi pilihan bagi traveler mengabadikan foto lawat album.

Konsumen mulai anak- anak sampai ibu- ibu. Kebanyakan memang perempuan. Scrapbook dijadikan media anak bersemangat menulis.

Buku tulis langka

Katika dunia digital menulis digantikan mengetik. Buku Unik masih tetap memberikan tangan kita banyak waktu untuk menulis. Bisnis ini juga sudah merambah bisnis souvenir. Tidak sedikit perusahaan memesan sampai ratusan untuk acara mereka. Tidak sedikit pula pasangan membeli souvenir berbentuk scrapbook ini.

Semua dibuat tangan meski sudah dibantu mesin. Disaat menikah, di tahun 2009, Pia menggunakan produk miliknya sendiri menjadi souvenir juga. Ini memang berkesan unik dimata tamu undangan. Apalagi itu dibuat secara handmade pasti sangat ekslusip.

Harga jual Buku Unik antara Rp.50 ribu sampai Rp.95.000. Dimana untuk pesanan bersifat khusus personal, dibuat melalui tangan -gambar digunting satu persatu dengan tangan, sesuai dengan teman kamu sendiri, maka Pia menawarkan harga Rp.200.000. Seperti hal kalau kamu mau menjadikan scrapbook jadi souvenir pernikahan.

Percaya diri merupakan ciri- ciri pengusaha. Inilah Pia yang menawarkan buku handmade atau buatan tangan. "Konsepnya fungsional," tambah Pia. Tidak cuma mereka yang paham scrapbook menikmati hasil karya Buku Unik. Mulai anak SD, SMP, SMA, dan bangku kuliah tau diary, note, sketchbook, itulah Buku Unik.

Varian produk ada 12 varian mulai New Recycle Notebook, Creative Book, Palm Creative Book, Phrase Book, Kartu, Tag, Refill, Stamp, Lace Flower, Buttons, Flowers, serta Mini Charms.

Kemudian Buku Unik juga merambah menjual aneka bahan seni scrapbook. Ide muncul ketika Pia ingin agar toko ramai pembeli. Pernah membuka stand di Mal Taman Anggrek tetapi malah tutup. Kemudian toko di Gading Serpong difokuskan menjadi gerai distributor, toko, sekaligus workshopnya.

Nah, disini konsumen kreatif akan beli bahan, lalu mencoba rangkai sendiri. Sekala produksi Buku Unik sudah mencapai 1.000 produk per- bulan. Untuk omzetnya diakui Pia mencapai Rp.60 juta- 100 juta. Kalau ikut event bisa naik omzetnya berkali lipat.

Kendala terbesar berbisnis scrapbook menurutnya adalah SDM. Meski dibantu karyawan Pia masih turun tangan mendesain konsep dan tema. Jika dulu dia menjadi pemain satu- satunya kini sudah banyak pemain. Bahkan produk kreasinya tidak lolos penjiplakan. Maka itulah dia terus berkreasi menciptakan tema varian produk baru.

Kalau dijiplak berarti bagus tinggal tingkatkan produk lain.
 
Soal ide sekali lagi datang dimana saja. Pia memang rajin mencari ide dan didapat dari sekitar. Seperti hal dia suka traveling maka dibuat yuk scrapbook bertema traveling. "...bisa untuk jurnal tiketnya di tempel- tempel gitu jadi kita kasih ide saja kan kadang enggak tahu bukunya buat apa," tutur dia.

Desain juga datang menurut permintaan konsumen, seperti balet, olahraga, pesawat, dan lain- lain. Pia cuma berusaha memenuhi keinginan pembeli. Pemesanan mulai perusahaan buat souvenir karyawan, ada logo dari perusahaan, ditambah kolom buat foto karyawan.

"Butuh waktu mengerjakannya... beda dengan percetakan yang bisa lebih cepat karena memakai mesin," ia lanjut.

Kunci bisnis sukses di industri kreatif?

Pia menyarankan kita agar selalu memunculkan ide baru. Ikuti pola di masyarakat terutama pasaran kamu. Kalau bicara anak sekolah contohnya, maka buatlah berdasarkan apa mereka butuhkan sebut saja buku tahunan. Pasar masih luas tidak terbatas umur. Pia sendiri tengah fokus buka distributor dan reseller.

Depresi Kuliah Hukum Tidak Menjanjikan Memilih Jus Buah

Profil Pengusaha Annie Lawless 




Sekitar lima tahun lalu lah, Annie Lawless, sedang merasakan betul malah bangun dari tempat tidur. Pasalnya dia adalah mahasiswi hukum dan tidak menyenangkan. Meski begitu dia mengerjakan hal hebat di kelasnya. Dia termasuk mahasiswa baik.

Akan tetapi ia menemukan titik deperesi tentang apa yang dia tidak pernah rasakan.

Dia tau sesuatu haruslah dirubah. Tanpa memikirkan mungkin terburuk sebagai pegangan, tiba- tiba Annie memutskan keluar dari sekolah alias drop- out.

Ia sadar dia butuh inspirasi, daripada letih, karena sesuatu. Dia kemudian ingat tentang satu hal. Kegemaran dia akan nutrisi karena menderita celiac. Sejak kecil dia sudah belajar segala tentang nutrisi buat kesehatan sendiri. Dia belajar tentang makan bernutrisi lewat dijus, terutama cold press juicer.

Apakah itu yaitu bagaimana mengejus tanpa menimbulkan panas. Dimaksudkan agar tidak mempengaruhi vitamin, mineral, dan enzimnya. Sejak saat itu Annie sudah belajar berbagai cara mengejus dengan benar

"Kami tidak melakukan ini untuk membuat uang atau memiliki perusahaan besar. Kami hanya mau berbagi tentang apa kami cintai dengan orang lain dan berharap mereka juga akan suka," tuturnya dalam wawancara bersama The Every Girl.

Pengusaha sehat


Dia tidak pernah membayangkan bisnis akan sukses. "Kami tidak pernah berpikir Suja akan menjadi seperti sekarang," ujar dia. Annie tidak pernah membayangkan usaha berawal dari dapur akan seperti ini. Hari ini, ia malah mengajak teman sesama mahasiswa hukum, agar menjalankan entrepreneurship seperti dia sekarang.

Ikuti mimpi kalian, tujuan kalian, kejar dengan penuh passion, itulah dia harapkan dari kita. Annie Lawless lantas bercerita tentang perjalanan kuliahnya. Kuliah hukum sangat menyita waktu daripada dia bayangkan. Annie merasakan butuh namanya penghilang stress karena kejenuhan.

Ia mengerjakan yoga secara religius sejak 16 tahun. Melanjutkan dia berbisnis studio yoga bernama La Jolla. Tidak dinyana melalui bisnis dia bertemu dengan banyak orang. Bukannya fokus ke sekolah hukum, malah Annie belajar pelajaran mengajar, bekerja dibelakang meja, dan dia akhirnya menjadi guru disana.

Dia menikmati bekerja dan wirausaha. Itu adalah pengalaman sangat menyenangkan dan mencinta bekerja. Ia menderita penyakit yang membuat autoimmune menyerang kulit. Pada saat itu dia mendapatkan obat berupa krim steroid setiap malam agar tidak gatal. Akan tetapi penyakit lain datang yang bernama Celiac's disease.

"...yang saya tidak pernah saya dengar dan tidak tau apapun tentang itu," imbuhnya. Waktu itu gluten adalah hal tidak baik bagi tubuhnya, sementara makanan bebas zat gluten jarang di pasaran.

Di Arizona jujur tidak ada namanya toko semua makanan. Tidak ada makanan bebas zat gula, maka mulai lah dia belajar tentang nutrisi dan menjalankan diet khusus. Beryukur karena berkat itu dia sembuh dari satu penyakitnya yaitu eczema -penyakit kulit tersebut- dengan bantuan diet bebas zat gula atau gluten.

Pengalaman menjadi titik temu bisnis selepas itu. Ia menyadari tubuhnya cocok denga sistem makan dijus. Ia lantas berpikir memperkenalkan cara tersebut. Secara jujur dia menjadi sehat dan terobsesi akan hidup di vegertarian. Dari remaja sampai dewasa dia menikmati makanan dijus lalu menjadi passion sampai dia sadar.

Bisnis baru

Dia bertemu Eric Ethans, juga menyukai kesegaran, utuh, dan tentu organik. Semua yang Annie suka ya di Ethans. Mereka bersama membuat campuran jus dari rumah mereka. Membeli semua buah organik dari pasaran yang ada bahkan dengan harga penuh. Lalu mereka menjual jus itu ke teman komunitas yoga.

Jadi Suja merupakan kolaborasi dua orang. "Kami bertemu di studio yoga," kenang Annie. Ethans awalnya yang membawa sendiri jus hijau buatan dia. Mereka berdua lantas minum bersama ketika jeda. Lantas jadi pembicaraan serius tentang berbisnis jus buah organik.

"Kami bertemu dalam satu pembicaraan dan menemukan cinta kami sama akan kesehatan, nutrisi, membuat jus, dan organik," Annie bercerita.

Mereka berpikir bagaimana jus dingin dapat diakses semua orang, teman dan keluarga. Mereka lantas mulai berbisnis kecilan berbasis di San Diego dengan pengiriman langsung ke rumah.

Permintaan tumbuh cepat. Sampai seorang suami dari seorang kostumer, James Brennan, menawarkan diri ikut nimbrung dalam bisnis mereka. Kebetulan dia merupakan pengusaha sukses. Ia melihat potensi di Suja. Awalnya, merasa skeptis akan bantuan, tetapi mereka berpikir pengalaman James mungkin bisa membantu.

James lalu mengajak CEO NIKA Water, Jeff Church, bergabung membangun Suja. Mereka akhirnya bisa membawa Suja sebagai bisnis jus organik non- GMO. Karena menggunakan teknik dingin maka jus akan bertahan tiga hari. Suja mengalami beberapa kendala ketika mencoba menasional sebagai startup.

Maka Suja mulai memanfaatkan teknologi perusahaan lain. Yakni teknik high- pressure processing (PHP) yang membawa kemungkinan menghancurkan bakteri pada Suja. Itulah kenapa kini Suja memiliki jus yang bisa bertahan sampai 30 hari dan siap dipasarkan nasional.

Di September 2012, setelah satu tahun berjuang keras, maka Suja melahirkan bisnis grosir makanan sehat non- GMO. Mereka kini telah memiliki 10.000 outlet dan menghasilkan $80 juta- $90 juta per- bulan. Di Agustus tahun sama, Annie setuju dengan rekan- rekan menjual 30% sahamnya ke perusahaan Coca- Cola.

Nilai penjualan sampai $90 juta dan menjual 20% lagi ke Goldman Sachs untuk $60 juta, yang kemudian itu bernilai $300 juta. Bekerja sama dengan Coca- Cola memberikan suplie dengan biayan rendah, kemudian diberikan fasilitas, dan rantai distribusi lebih luas.

Inilah kisah Annie, wanita berumur 30 tahun, yang lulus menjadi entrepreneur selama bertahun- tahun. Dia pun dikenal sebagai penulis blog BLAWNDE.

Inspirasi kamu

Memang secara kasat mata bahwa mereka tidak perlu mencari. Soal pendanaan inilah kelebihan Suja, kamu juga bisa meniru apa yang Annie lakukan: Temukanlah niche dalam bisnis menohok tradisi. Ketika orang lebih memilih makanan sembarangan, dan kesadaran akan hidup muncul, maka Suja merupakan solusi kita.

Bagi Annie bekerja sama dengan orang lain ialah tentang belajar. Dia bekerja sama dengan orang yang kerja dibalik permodalan. Annie belajar banyak tentang nilai. Berapa banyak kamu menaruh hubungan personal dalam bisnis.

"...bertanyalah banyak pertanyaan, dan pahami apa yang kamu tengah masukim," ujarnya bijak.

Selain sebagai pengusaha juga seorang blogger. Sebuah tantangan karena dia menulis blog -nya sendirian atau 100% dirinya. Blog bernama BLAWNDE dikerjakan setiap hari. Ia mencintai blognya, mulai mengisi serangkaian foto, melakukan desain grafis, mengedit foto, ataupun menciptakan konten buat sosial media.

Dia benar- benar mencinati Suja dan blog -nya. Meski telah memiliki akar tetap memasuki semua pikiran orang satu per- satu sangat sulit. Tidak semua orang menyukai Suja ataupun beberapa orang akan berharap lebih dari produk Annie.

Apa dilakukan Suja ialah berbagi passion dan mengkoneksikan kostumer ke brand. Mereka seolah akan jadi bagian dari misi Suja menjadi produk sehat.

Soal marketing apakah Annie memanfaatkan blog. Dia secara terus terang blog muncul selepas bisnis Suja. Ia sendiri lebih menikmati menaruh apa yang dia makan, pakaian dia kenakan, atau restoran dia kunjungi ke sosial media, Instagram khususnya.

Sedangkan blog akan lebih ke tulisan dan berbagi cerita tentang hidup. Tidak ada marketing khusus, namun ia selalu mengintegrasikan dirinya dalam brand. Ia akan mengajak pengunjung blog agar memahami apa lebih dari sebotol jus Suja. Ia memilih blog sebagai behind- scane perjalanan bisnis Suja serta pemikirannya.

"Jangan khawatir akan apa orang lain pikirkan! Saya sebenarnya terbiasa begitu, dulu datang ke sekolah hukum, karena mau keluarga dan teman bangga atas saya dan berpikir saya adalah orang di dalam benak mereka," ia menerangkan.

Dan pada akhirnya dia pernah merasakan tidak mau mengecewakan. Padahal perjalanan dirasanya terdapat di entrepreneurship. Sebuah kegundahan berubah menjadi depresi. "Saya belajar keras agar mengikuti jalur saya tidak memiliki passion... Jika kamu kacau dan tidak bahagia, orang lain sanjungkan dan terima tidak penting."

Bangkit Setelah Ditinggal Suami dan Hutang Miliaran

Profil Pengusaha Nani Kurniasari 



Ditinggal suami dan hidup menjadi single parent membuatnya bekerja. Lebih keras dari apapun demi empat orang anak bukanlah hal mudah. Semua demi daput tetap ngebul istilahnya. Hanya tidak semudah itu, tetapi Nani Kurniasari mampu melewati.

Dia berkisah membuka bisnis katering bersama rekan sejak 2008. Namun, harus kandas karena gagal bayar hutang, lebih tepatnya dia bercerita punya hutang Rp.1,5 miliar ditambah Rp.500 juta. Sepanjang waktu itu antara 2003- 2010 memang bisnis katering Nani tengah surut.

Eh, malah dia mengambil hutang Rp.500 juta diatas. Mungkin dia berpikir bahwa bisa membalik nasib. Nani meski begitu gagal dan bangkrut meninggalkan hutang. "...malah jadi tambah utangnya, jadinya malah harus menutup utang sekitar Rp.2 miliar," kenangnya.

Bisnis kasih sayang


Suami pun pergi meninggalkan dia seorang diri. Sudah punya hutang miliaran dan dapat hutang miliaran. Dia tidak mau berlarut- larut. Sedikit Nani mulai membangun bisnis baru dengan modal seadanya. Menata hidup kembali dari nol membangun bisnis lagi dibidang kuliner.

"Saya tidak punya pilihan selain "move on"," Nani menambahkan. Menata hidup lebih baru agar tetap jadi waras. Nani ingin agar anak- anak keurus dengan benar. Tiba- tiba muncul ide membuat selai berdasarkan rasa cinta akan makanan manis.

Lebih tepatnya dia suka kopi manis. Sebelumnya sejak 2010- 2013, praktis dia tidak bekerja, dia menyebut cuma mengandalkan pemberian keluarga. Tahun 2014 mulai berbisnis hijab tetapi tidak begitu untung. Lantas dia mendatangi sebuah life coach penyembuhan diri.

Mendapatkan life coach mulailah berbisnis kembali. Kali ini, Nani menyasar kembali kuliner hanya tidak mau ribet memakai banyak peralatan.

"Saya kan suka masak dan tidak mau ribet kalau katering kan ribet perlatanannya banyak. Nah kalau selai ini mudah dan bisa dikerjain sendiri," tutur dia.

Tiba- tiba tercetus dia mau mengerjakan bisnis karamel. Wanita berhijab yang pernah berkuliah kelautan ini lantas merencanakan bisnis selai karamel. Diakui dia meracik makanan tidak akan mudah. Apalagi ketika itu emosi dirinya tengah terganggu.

Marah dan sedih karena kebangkrutan dan ditinggal suami membuatnya susah. Emosi negatif membuat apa yang dibuatnya tidak berasa enak. Karamel racikannya jadi pahit. Padahal memasak karamel butuh waktu mengaduk kurang lebih 7 jam, mengaduk butuh konsistensi, penuh perasaan dan cinta dibutuhkan.

"Soalnya meleng sedikit, rasa ancur enggak karuan, kekentalan tiba- tiba melenceng dari harapan," jelasnya.

Beruntung dia segera menyadari kesalahannya. Dalam 4 contoh selai cuma 1 botol layak dijual. Bisnis ini dimulai dengan satu varian selai yaitu karamel.

Uang Rp.200.000 dijadikan modal, jadilah produk selai Move One, menunjukan semangat bahwa dia masih memiliki cinta kasih akan berwirausaha. Bisnis ini memiliki omzet Rp.4- 5 juta dalam beberapa bulan saja. Ia pun sudah mengirim sampai ke Papua.

Menjual melalui jasa pengirima ekpedisi ke pelosok nusantara dan di luar sana. Pengiriman luar negeri diakui masih begantung titipan kerabat. Setiap minggu Nani mampu menghasilkan 50 jar dan habis. Kemasan jar yaitu 120ml berharga Rp.40.000 per- jar. "Produksi setiap jum'at," imbuhnya.

"Coach saya bilang fokus untuk kerjain satu walaupun hasilnya kecil tapi harus ditekuni," imbuh dia.

Meski begitu dia butuh waktu seminggu pertama bisa dibilang gagal. Target penjualan saja pernah gagal, ia pernah membuat 10 jar per- minggu tetapi tidak habis. Dia cuma mendapatkan Rp.4- 5 juta sebulan. Dan ia kini mampu mencapai omzet Rp.4 juta per- minggu.

Ibu empat anak ini memiliki strategi pemasaran lewat online. Dibantu dua orang teman, mereka menjual ini lewat Facebook, Instagram dan Twitter. Juga melalui bantuan teman- temannya yang mau mempromosikan si selain karamel Move On ini. Bicara ekspansi adalah dia ingin membuka rumah selai dan produk sejenis lain.

Satu resep pembuatan sampai 10 jam. Pemasaran melalui strategi mulut ke mulut dan melalui sosia. Teman Nani pun diajaknya bagaimana agar bareng ngumpulin modal agar membuat lebih banyak produk. Kemasan pun dipercantik agar dapat dijadikan hadiah oleh teman dibawa ke UK dan Kanada.

Instagram: mamakrempong
Facebook: mamakrempong
Twitter: mamakrempong

Membuat Boneka Tanpa Modal Alfian Toys

Profil Pengusaha Muhammad Munaji



Dia tidak punya rumus khusus berbisnis. Bahkan modal pun tidak punya. Tetapi hasilnya mengejutkan tidak cuma bagi pembaca kisahnya juga si pengusaha. Kadang pengusaha merencanakan sesuatu tetapi gagal pada endingnya.

Justru ketika tidak direncanakan justru sukses bisnis mereka. Salah satunya pengusaha bernama Muhammad Munaji, 34 tahun, merasakan berbisnis tanpa direncanakan seperti kebanyakan. Ini masih menjadi misteri bahkan bagi dirinya sendiri. Kenapa dia sukses dengan bisnis boneka Alfian Toys sejak 5 tahun lalu.

Boneka sendiri sudah lebih lama dibanding bisnis Alfian Toys. Dia bercerita pernah bekerja jadi karyawan pabrik boneka. Duni boneka sudah digeluti di pabrik boneka di daerah Bekasi sejak 1999. Bekerja keras sampai berhenti di tahun 2009.

Titik balik bisnis sejak itu dirasakan seketika tanpa perecanaan. Sebuah pabrik boneka asal Sentul, Bogor, datang menawari dia menjadi pemasok. Mereka meminta Munaji menjadi pemasok boneka buat mereka. Ia cuma diminta membuatkan boneka sesuai pesanan mereka.

Menakjubkan karena dia sama sekali tidak keluar modal. Justru mereka memberikan modal Munaji buat membeli bahan baku boneka dan berbisnis boneka sendiri. Bahkan mereka memberikan uang sewa tenpat usaha untuk dua tahun. Tentu syaratnya dia harus menyelesaikan pesanan khusus mereka.

Munaji takjub karena berbisnis tanpa modal. Hanya saja tidak begitu mudah menjalankan bisnis. Apalagi dia tergolong orang baru dalam pembuatan boneka. Alhasil tahun pertama usahanya lancar. Masuk ke 1,5 tahun kemudian pesanan menurun. Usaha bermodal uang orang tersebut mulai tampak mengkhawatirkan.

Aji, begitu dia akrab dipanggil, merasakan ketar- ketir akan nasib 15 karyawannya. Termasuk dirinya yang sama sekali belum berpengalaman soal pasang surut wirausaha. Ketika pesanan diluar permintaan pabrik tak lagi terasa. Waktu itu pabrik menawarkan agar usahanya dilebur jadi satu dengan pabrik mereka.

Bisnis naik turun


Ketika pesanan biasa menurun, pabrik yang dulu membantu Aji menawarkan bergabung. Dia menerima hal itu tetapi dengan syarat karyawanya ikut dimasukan. Tetapi pabrik menolak permintaan tersebut. Malangnya sewa tempat usaha miliknya hampir habis masa kontrak, dan disaat itupula pesanan dari pabrik menurun.

Dua tahun menjelang habis masa sewa pesanan menurun. Aji lebih kebingungan lagi. Kegalauan tersebut ia utarakan kepada istri apakah bisnis dilanjutkan atau tidak.

Ia khawatir jika pesanan naik turun tidak jelas akan berakhir tutup. Dia lantas memutar otak keras mencari informasi tempat penjualan boneka. Aji lantas menelisik Jakarta menjadi pasar. Dia mencari pembeli dengan frekuensi 2- 3 kali seminggu.

Nama- nama pasar terkenal di Jakarta seperti Pasar Gembrong, Pasar Pagi Mangga- Dua, sampai juga ke Tangerang diselusuri mencari pesanan. Calon konsumen cuma memesan sekitar 60 boneka per- bulan. Jika satu area pasar terdapat lima pedagang maka dia mendapat 300 pesanan.

Ia menjelaskan dengan 15 karyawan pesanan jadi dalam semalam. Sisanya mereka akan menganggur tidak  mengerjakan apa- apa. "Sisanya terus karyawan mau ngapain. Terus terang bingung waktu itu," tutur Aji.

Dalam kegalauan itu, tiba- tiba seseorang menghubungi dia, dari Jakarta orang tersebut mendapat kontak dari pelanggan tetap Aji. Pesanan seribu bulan bonek sudah didepan mata. Ia yakin dengan pesanan segitu dia dapat bangkit. Untungnya bisa membayar gaji karyawan serta memutar modal kembali.

Eh ternyata, diluar dugaan, pembeli tersebut tidak memesan seribu tetapi sepuluh ribu. Terkejut, Aji merasa ragu apakah dia mampu. Bukan soal tenaga dia pikirkan tetapi bahan modal dibutuhkan. Ya dia tidak punya uang modal untuk membelikan bahan dulu. Aji merasa kelimpungan dan terpaksa mengakui kekurangan dia.

Aji mengaku kepada calon pelanggan itu: Dia tidak mempunyai modal yang dihitung bisa mencapai puluhan juta. Aji mengakut tidak punya modal membeli bahan. Selepas mengakui semua perasaan lega ditanggu Aji. Dan dia sudah pasrah jika pesanan 10 ribu tersebut dibatalkan. Keputusan maka ada ditangan si pemesan tersebut.

Seketika itu, sang pembeli mengeluarkan dompet, dikira orang tersebut mau memberikan dia cek dulu. Yah maksudnya biar bisa dapat dijadikan uang muka dulu lah. Aji mengira itu cek karena tidak mungkin cukup di dompet. Eh ternyata, dia malah mengeluarkan kartu nama, dengan enteng dia meminta Aji datang ke toko itu.

Alamat tertera merupakan tempat material boneka. Tanpa banyak omong calon pembeli itu berkata,"...ambil sesuai kebutuhan. Bilang dari saya." Aji ingat betul dia langsung berangkat ke sebuah toko di Bekasi. Cuma modal kartu nama dia mengambil bahan dari toko tersebut. Itulah titik balik bisnis Aji dalam kurun waktu 2011 -an.

Tempat itu lantas menjadi langganan Munaji sampai sekarang. Menurut dia pesanan masih naik- turun sampai tergantung pesanan. Rata- rata produksi sampai 5000 pcs per- bulan harga jual bervarian dari Rp.20 ribu sampai Rp.100 ribu. "Yang penting bisa menggaji karyawan dengan lancar," selorohnya.

Kedepan dia ingin memperkuat branding serta kualitas. Kini Aji tengah mengajukan standar nasional SNI ke pemerintah melalui Badan Standarisasi Nasional. Berharap bonek hasil Alfian Toys dapat menjadi bonek berkualitas nasional. Ia sadar bahwa isu mainan berstandar nasional SNI sudah sangat mendesak.

Ia ingin memberikan garansi kepada pembeli. Disisi lain dia sadar tanggung jawabnya kepada anak- anak. Ia mulai membangun sistem toko online. Segala upaya dilakukan pengusaha ini agar usahanya tetap bertahan dan berekpansi.

Bisnis Lampion Benang Menjanjikan

Profil Pengusaha Marta Afrianto 



Marta Afrianto tidak pernah menyangka dirinya adalah pengusaha. Pria asal Banyumas, Jawa Tengah, jadi pengusaha lampion ternama. Waktu itu ia menjelaskan awal mula membuat lampion karena iseng. Kini, dia sudah memiliki 5 orang karyawan menghasilkan aneka bentuk lampion cantik.

Iseng- iseng saja berbisnis. Berawal dari sang istri yang mendadak sakit. Karena istri sakit kan kalau malam jadi tidak mengerjakan apa- apa. Anto lantas membuat lampion sendiri. Dia mencontoh kakak yang seorang pengrajin lampion tetapi cuma satu macam.

Maka Anto berinovasi melepas zona nyaman. Invosai dimaksud adalah membuat aneka bentuk kartun anak- anak. Mengejutkan aneka lampion berbentuk Angry Bird, Hello Kitty, Mickey Mouse, Donald Bebek, kini dapat menjadi hiasan gantung lucu.

Bisnis Anto merambah tidak cuma lampion tetapi juga lampu gantung. Uniknya semua terbuat dari benang yang digulung- gulung. Ia juga tidak lupa mengikuti tren karakter yang tengah naik daun.

"Dulu saya buat polos," ujarnya. Cerdiknya dia merasakan kendala pemasaran terjadi. Mungkin juga telah ia pelajari pengalaman sang kakak. Maka dia mencari- cari sesuatu di internet. Lantas ia mulai mendownload aneka gambar. 

Selanjutnya menjadikan gambar tersebut rujukan dijadikan bisnis. Hasil penjualan meningkat bahkan sampai membuat dia keteteran. Ternyata pangsa pasar ditargetnya bagus menarik perhatian. "...saya keteteran," tutur dia.

Walau terlihat sepele tetapi ternyata sulit juga. Anto menyebut meski sudah diajari beberapa pegawai masih merasa kesulitan. Aneka macam lampu lampion memang sulit dibuat. "Baru saya yang bisa membentuknya," Anto menambah. Para pegawai cuma ditugasi menggunting, menggulung, pasang mata dan telinga.

Bahan pertama yaitu balon dipompa gas. Lantas diberikan lem kayu digulungi benang sesuai motif. Balon pompa biasa bukan balon khusus. Benang gulung dibuat dua lapis agar tebal timbul. Setelah dikasih lem, lalu dia kasih benang sampai tiga lapis, terus sampai empat lapis kemudian dijemur.

Kalau sudah kering benang dan lem kayu, tinggal dikeluarkan balonnya dan jadilah bentuk. Tinggal dikasih mata dan telinga sesuai dengan motif karakter. Kerangka itulah yang lantas ditempeli lampu serta kabel untuk dinyalakan.

Sukses penjualan lewat online membawa produknya sampai di Jember, Kalimantan, Jakarta, Bandung, Bali, sampai Banymas. Harga lampu dipatok Rp.50 ribu sampai Rp.120.000 tergantung bentuk dan ukuran. Ia menyebut pesanan terbanyak ialah dari Jember, pesanan dua minggu sekali 50 buah lampu tidur berbagai ukuran.

Kerepotan memenuhi pesana dirasakan Anton. Karena kerepotan bahkan Anton memberikan tugas  dibawa pulang ke rumah.

Nama bisnis Alin Light Craft, Perum Pasir Indah Blok G.4 Desa Pasir Lor, Kecamatan Karanglewas, di Banyumas, Jawa Tengah.

Susu Kegemaran Mama Muda Soya Foya

Profil Pengusaha Dimas Saputra 



Cuma modal beberapa lembar uang bisnisnya jadi. Dimas Saputra tak menyangka ide sederhana itu menjadi satu bisnis menjanjikan. Ia hanya tertarik akan kedelai. Panganan berbahan kedelai selalu dia sukai. Karena dia suka maka dibuatlah susu. Dimas memang suka memasak, terutama mengolah kedelai menjadi susu.

Lambat laun kreasinya go public dikenal masyarakat. Sejak Januari 2016 mulai terdengar suara agar dia mau mengkomersialkan susu buatannya. Nah, terkadang memang bisnis datang tiba- tiba, ketika Dimas berawal cuma mau berbagi kini permintaan bisnis datang sendiri.

Berdasarkan rekomendasi teman jadilah bisnis Soya Foya. Agar tidak sekedar berbisnis susu kedelai butuh sentuhan berbeda. Dimas mulai mencari resep unik. Susu aneka rasa menyajikan rasa seperti susu kemasan minimarket. Dimas akan bersaing dengan bisnis susu sejenis di jalan.

Yakni tanpa bahan pengawet serta aneka rasa nikmat. Kemasan dibuat semodern mungkin dia lakukan. Dia pun sukses membuat susu kedelai menjadi bertahan empat hari di lemari es.

Pemuda Balikapapan kelahiran 25 April 1993 mengaku cuma punya satu juta. Uang tersebut lalu digunakan membeli bahan baku. Dari membeli kedelai baik ditambah kemasan unik. Produk Soya Foya mulai aktif mengikuti aneka bazar serta dijual di media sosial.

Menjadi wirausaha bukan hal baru bagi Dimas. Pernah dia memiliki usaha kue cubit di Balikpapan. Namun ketika kuliah semakin keras membuat dia berhenti berusaha. Wirausaha dilanjutkan kembali setelah selesai dia berkuliah di Samarinda. Sudah banyak varian susu kedelai disajikan Soya Foya memanjakan kita.

Meski masih berumur jagu produknya sudah terkenal. Dimas tipikal pengusaha muda tidak lekas puas. Dia mulai dengan manyasar pangsa pasar anak muda. Mereka ditarget masyarakat menengah keatas yang butuh minuman premium di Balikpapan. Untung dicapai sampai sekarang lumayan apalagi cuma bermodal 1 juta.

"Sekarang pelangganya banyak anak muda dan mama- mama muda," tuturnya. Menggunakan promosi di sosial media memberikan biaya marketing murah. Minuman Soya Foya minuman sehat, menyehatkan kulit, apalagi buat anak- anak mama muda.

Cowok Muda Keren Pengusaha Kerasukan Ceker

Profil Pengusaha Ocky Boy Darwis 



Ceker ayam sering dianggap sampah limbah komoditas ayam. Padahal tidak sedikit orang menyukai cita rasa ceker ayam diolah. Ditangan Ocky Boy Darwis rasanya mantap karena dibikin kerasukan. Omzet bisnisnya melonjak tajam sampai mengahasilkan ratusan juta rupiah.

Diawali berbisnis pertama yaitu Pondok Boy. Sebuah restoran sederhana di Balikpapan, sukses tetapi dia tidak berpuas diri sampai mendirikan Kerasukan Ceker Ayam. Pelebaran sayap bisnisnya mengambil sudut berbeda memanfaatkan bahan baku enak tetapi kurang disukai karena pengolahannya.

Cabang baru usaha dimaksudkan agar meraup lebih banyak untung. Startegi membangun bisnis di tempat yang berdekatan dijalankan pemuda berkacamata ini. Bahan dasar ceker ayam, diolah sedemikian rupa oleh Ocky menciptakan aneka sensasi berbeda. Kamu harus mencobanya jika bertandang ke tempatnya.

Anak muda yang akrab dipanggil Ocky memang bukan pengusaha kali pertama. Darah wirausaha seolah itu mengalir dalam dirinya. Bulan pertama launching sudah menghasilkan ratusan juta. Apasih rahasia sukses dari pengusaha muda tampan ini.

Ternyata bukan sekedar rasa atau kualitas tetapi promosi gencar. Namun, Ocky juga mengingatkan bukan sekedar promosi, tetapi promosi kreatif agar menarik lebih banyak pelanggan baru.

"Itu merupakan jawaban," tuturnya. Jawaban dari insting bisnisnya tentang lezatnya ceker ayam terbukti. Dan itu terlihat dimana warga Balikpapan berbondong datang.

Bisnis sederhana


Setiap hari ribuan porsi sekarang laris manis dalam kedai sederhananya, di Pasar Segar Balikpapan Baru ini. Mulai anak, remaja, sampai orang tua doyan ceker ayam. Ocky memang berhasil mengangkat harkat dan martabat ceker ayam masyarakat.

Padahal dulu ceker ayam kerap dibuang. "Kebanyakan orang memandang ceker ayam ini dengan sebelah mata," imbuhnya.

Dibuang karena dianggap ceker kurang sedap. Entah kurang selera atau sebenarnya mereka cuma butuh satu resep ampuh mengolahnya. Ocky menawarkan itu dengan aneka racikan ciamik Kerasukan Ceker. Dia juga menambahkan kalau ceker itu banyak gizinya.

Kalau diolah dengan benar akan menghasilkan kelezatan loh. Bisa dijadikan makanan lezat menjadi bisnis kuliner menghasilkan untung jutaan rupiah. Kerasukan Ceker milik Ocky setidaknya mengolah lebih dari 6.000 ceker ayam. Pas akhir pekan ataupun hari libur nasional naik sampai dua kali lipat.

Untuk mengatasi stok ceker Balikpapan habis. Mau- tidak mau Ocky mengakalinya lewat membeli ceker dari Jawa. Olahar ceker disajikan Ocky juga tidak monoton di ceker bakar ataupun goreng. Mulai dari sup ceker, ceker gepeng, bubur ceker, sampai nasi kari ceker, dimana semuanya dipatok Rp.12 ribu per- porsi.

Tidak berhenti disana, Ocky sudah ancang- ancang menciptakan menu baru. Yang kreatif dan unik selalu ia coba suguhkan kepada pelanggan. Ia tidak memungkiri menghadirkan menu bebek atau ayam kampung. Dia sendiri memberikan prioritas pada aneka masakan ceker ayam. "Karena judulnya ceker," ia lanjutkan lagi.

Pemuda kelahiran 5 Agustus 1980 ini kedepannya mencoba mewaralabakan. Ia percaya diri usahanya ini tidak akan merugikan. Dibuktikan di Balikpapan menjadi ikon kota. Ocky juga sangat terobsesi menjadikan pengusaha muda Balikpapan masuk kancah nasional. Menunjukan bahwa kotanya juga punya kuliner unik.

"Kalau kamu bekerja keras kamu pasti juga bisa mencapai kesuksesan," tutur Ocky bijak.

Dia pernah kehilangan restoran pertamanya, yang bernama Pondok Boy. Padahal ia menjadi pengusaha sukses seperti sekarang berkat tempat itu. Waktu itu tempatnya "harus" digusur bertempat di bekas gedung bioskop Gelora Jalan Sudirman. Padahal Pondok Boy sudah dikenal sebagai tempat nongkrong anak muda Balikpapan.

Beruntung dia sudah membuka Kerasukan Ceker sebelum digusur. Sebelum Pondok Boy digusur, dia juga sudah membuka restoran ketiga bernama Pendekar Monyong. Memang salah satu strategi bisnis yang dia jalankan ialah membukan persaingan sendiri.

Dia juga mengajak warga lokal memberdayakan mereka. Restoran Pendekar Monyong terletak di kawasan Pasar Segar. Jaraknya berdekatan Kerasukan Ceker. Ramai pengunjung, Ocky tak segan turun tangan menghantarkan langsung, bahkan dia akan ikut membersihkan meja, mengepel lantai restoran sendiri.

Sukses memanjakan masyarakat Balikpapan, kini, Kerasukan Ceker sudah masuk ke Samarinda. Agar lebih menggila Ocky membuka konsep 24 jam. "Artinya, sepanjang waktu kami siap buka," imbuhnya.

Yang paling digandrungi oleh masyarakat adalah ceker pedas. Tidak cuma warga Balikapapan, tetapi juga Samarinda, Bontang, Tenggarong, menjadi pelanggan tetap. Berhasilnya usaha tergantung kepada promosi, itulah dia percaya, jadi percaya diri saja menjalankan rencanan usahanya.

Pengusaha Muda Jago Nego Majukan Moodzystore

Profil Pengusaha Hadlan Feriyanto 



Tidak mempunyai modal sepeser pun. Itulah kisah Hadlan Feriyanto M, memulai modal tanpa sepeser pun di tahun 2011. Lelaki yang akrab disapa Feri ini kini telah meraup omzet sampai ratusan juta rupiah perbulan.

Hidup biasa saja sebelum kaya. Feri cumalah pegawai warnet. Fasilitas internet membuatnya bebas mencari inspirasi tanpa bayar. Lantas dimulai lah bisnis jasa pembuatan jaket seragam angkatan. Itulah seragam jaket yang dipakai anak kampus biar seragam dengan kata- kata unik.

Memang masih ngetren waktu itu. Mencari di internet, Feri menemukan cara mendapatkan barang. Ia lantas menjanjikan teman komisi jika mampu menggaet konsumen. Uang Rp.300 ribu dijanjikan dimana soal hal pembuatan diserahkan teman lainnya, seorang pemilik vendor di Malang, Jawa Tengah.

Pria asal Kalimantan Timur ini melanjutkan bisnis bermodal internet. "Saya hanya punya toko online. Pesanan awal itu 50 jaket," tuturnya. Untuk pihak konveksi meminta uang tanda jadi 50 persen dari berapa harga keseluruhan.

Tetapi dia tidak membayar. Ia mampu meyakinkan vendor bahwa dia tidak butuh itu. Feri meyakinkan orang bahwa dia mampu membayar itu dalam satu setengah bulan. Mahasiswa Fakultas Pertanian Unmul angkatan 2010 ini memang jago nego.

Usaha itu tidak selamanya mulus. Beberapa jaketnya hilang dicuri. Walhasil Feri harus mengganti uangnya dengan uang pribadi. Berjalan waktu bisnis bernama Moodzystore tersebut menarget tren anak muda asal Samarinda. Contohnya dia menjual pomade, kaus polos, kaus gildan, tas kamera, dan lainnya.

Online store menurutnya mempunyai kelemahan. Terutama bagi pembeli yang menikmati menyentuh langsung dan mencoba di tempat. Oleh karena itu dia mengajak kawan, Yudha, Dendy, dan Nirwan membuka toko fisik. Ia mampu meyakinkan temannya berhutang agar memodali bisnis mereka.

Memang tepat pilihan Feri membuka toko fisik. Berkat hutang teman- temannya yang puluhan juta, arus barang menjadi lancar dan orang bisa menemukan toko mereka. Tidak berhenti, dia mengajak seorang teman asal Bali berbisnis perlengkapan surving berharga miring.

"Pokoknya, kami menjual segala sesuatu yang berbau anak muda," Feri menjelaskan.

Lelaki kelahiran Palaran, 14 Februari 1993 ini, melakukan serangkaian ekspansi. Mulai membuka jasa kurir, usaha membersihkan sepatu, bahkan dia membuka jasa ojek modern terintegrasi. Tetapi terakhir ini belum lah sempurna masih mencari konsep matang dan modern lagi.

Amoy Cantik Pengusaha Muda Cincau

Profil Pengusaha Meliana Ling Fang 


 
Menjadi pengusaha merupakan jalan hidup Meliana. Wanita Tionghoa bernama lengkap Ling Fang, sudah asik berbisnis sementara teman- temannya sibuk kuliah. Asiknya dia berbisnis bareng sang pacar, yaitu Elsby Edwin Tjitojo, dimana sekarang menjadi suaminya dan bersama menjalankan bisnis cingcau khas Singapura.

Dia meracik sendiri resepnya. Tidak dipungkiri bisnis cingcau bukanlah pertama. Banyak persaingan tentu membuat dia sempat tegang. Apalagi persaingan terkadang kasar, bisa saling menjatuhkan meski sama- sama mencari makan. Wanita cantik ini sudah terbiasa akan hal tersebut bahkan sudah tidak kaget.

Omzet menurun ya lumrah dijalani pengusaha. Dia bahkan kehilangan tiga outlet cincau hingga tersisa tiga. Meliana tidak memungkiri adanya perbuatan curang. Oleh karena itu dia berhati- hati dalam mengambil pegawai menjaga outletnya. "Itulah tantangannya," tuturnya.

Berjualan belum tentu untung. Usaha yang dijalankan bersama pacar sejak 2012- an tidak selalu berlimpah. Apalagi dia memulai sendiri dari nol meski bersama sang pacar tentunya.

Ia pun memperketat komunikasi dengan karyawan. Maksudnya bukan untuk mencurigai loh. Meliana lanjut jelaskan ini agar tidak ada jarak diantara mereka. Perempuan kelahiran 21 Mei 1989 tidak memungkiri kalau berwirausaha bukanlah hal mudah.

Tetapi dia menemukan kenyamanan ketika berusaha sendiri. Karena tidak perlu bekerja dibawah perintah orang lain. Bisa bekerja semaunya tanpa ikatan waktu. Tetapi, Meliana mengingatkan kita anak muda agar lebih ulet dan kerja keras karena kita bekerja sendiri.

Meski pengusaha muda, bukan berarti Meliana duduk santai sambil ngopi. Pengusaha cincau cantik ini harus rela bangun pagi- pagi. Sebuah kedisiplinan untuk bangun tepat waktu dan mengerjakan tugasnya. Ini bentuk komitmen pilihannya menjadi pengusaha muda.

"Disiplin dan sadar dengan tanggung jawab usaha sendiri," tandasnya.

Menjaga usahanya dia menjalankan usaha semi- waralaba. Meliana tidak pernah absen mengunjungi outlet setiap hari. Pengembangan outlet tetap perlu meski kegagalan akan menghantui. Ia meyakinkan pengusaha muda harus berekspansi. Termasuk memperkaya varian produk agar tidak membosankan pelanggan.

Sempat bisnis meredup tetapi kini dia bangkit lagi. Kini dia mendisplinkan karyawan agar bekerja lebih teliti. Meliana memastikan setiap takaran cincau buatannya tepat. Kalau sampai takaran berbeda maka ia pastikan rasanya akan berubah.

Dia tidak takut dengan bermunculan usaha cincau lain. Asalkan dia mampu mengatur waktu tepat guna. Ia yakin bahwa usahanya akan lancar. Satu prinsip dipegang dia dan sang suami soal berbisnis: Orang pintar itu banyak di dunia ini, tapi orang yang berani mencoba sedikit.

"Bagi saya bisnis bukan untuk dipikirkan tapi dijalankan dengan baik," tutupnya.

Ular Phyton Wanto Raup Jutaan Rupiah Sambil Beramal

Profil Pengusaha Wanto Goweng



Apa rasanya tinggal bersama puluhan ular phyton. Ternyata bisa menghasilkan jutaan rupiah loh. Sebut saja kisah hidup Wanto Goweng, pria 42 tahun asal Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun, Kebumen yang hidup bersama mereka penuh kasih sayang.

Wanto sudah suka dengan ular sejak umur 13 tahun. Total waktu itu ia memiliki 18 ekor ular phyton raksasa. Ia menempatkan itu di tempat khusus. Menurut sejarahnya sudah dimulai sejak ular masih kecil. Lelaki yang bertato ini menekuni budidaya barulah pada 1998.

Dimana dia pertama kali berjalan melewati hutan di desanya, lantas menemukan bayi ular phyton di semak- semak. "Ular itu saya ambil dan pelihara serta saya bawa kemanapun saya pergi," tuturnya.

Semula dia cuma memelihara satu ekor saja. Kini ada ratusan ular dipelihara olehnya di rumah. Ia merupakan pecinta binatang. Alasannya memelihara phyton karena prihatin ular ini diburu dan dipotong. Juga dikuliti lalu dijadikan kerajinan, ataupun jadi olahan masakan.

Ia menangkar ular phyton dibantu istri, Krisyul dan temannya, Julmanto buat memelihara binatang melata ini. Berkat ketelatenan maka ularnya berkembang makin banyak. Untuk hasil penangkaran dijual sedengkan ular yang dipeliharannya khusus tidak diapa- apakan.

Terlanjur sayang, itulah penjelasan Wanto ketika seseorang menawar ularnya sampai ratusan juta. Khusus ia menanggap ular- ular peliharannya sebagai keluarga. Ular peliharaan Wanto sendiri jinak. Warga sekitar juga tenang ketika bermain dengannya. "Ular ini sudah jinak," sembari berbaring bersama ular- ularnya.

Untuk ular dirawat sejak kecil tidak dijual. Tetapi ia tidak menolak buat hasil penangkaran. Yang mana bisa laku jutaan rupiah dibeli para pecinta binatang. Meski bekerja serabutan, ia menyempatkan diri menyisihkan uang buat membeli puluhan ayam.

Para tetangga tidak segan ikut urunan. Jadilah rumah Wanto semacam tempat rekreasi warga. Banyak anak bermain bersama tidak takut. Mulai anak SD, SMP, SMA pecinta binatang datang setiap hari melihat aksi Wanto dan ular- ularnya.

Ular hasil penangkaran Wanto beratnya bisa mencapai 500kg sampai 1 kuintal. Tidak jarang para komunitas hewan reptil berbagai daerah berkunjung ke rumah Wanto. Mereka asik berdiskusi tentang keberadaan hewan melata tersebut di alam liar.

Mereka termasuk membeli anakan milik Wanto. "...harga mulai dari Rp.400 ribu sampai Rp.500 ribu per- ekor," tambahnya. Anakan ularnya mampu terjual 15- 20 anakan ular.

Perlua dijelaskan kenapa mereka para pecinta ular membeli. Mereka memang sengaja tidak membeli dari pemburu karena mencegah kepunahan. Justru ular dari Wanto merupakan trobosan agar menjaga ekosistem di hutan. Mereka membeli ular Wanto agar ular phyton tidak punah.

Ular anakan juga masih liar. Mereka pasti bisa bertahan hidup di alam liar. Ular- ular tersebut lantas dilepas ke alam liar.

Wanto bercerita bagaimana dia belajar otodidak menangkar ular. Dia belajar bagaimana mengawinkan ular miliknya. Ular betina bertelur dipisahkan dengan ular jantan. Ular itu disendirikan agar tidak terganggu ketika mengerami. Telur tersebut kemudian menetas, penetasan akan terjadi selepas 3 bulan sampai 4 bulan.

Selepas itu ular kecil dipisahkan kembali bersamaan dengan seukuran. Untuk ular peliharaan Wanto sendiri memegang 20 ular indukan.

3 Pelajaran Hidup (Bisnis) Kamu Tidak Akan Pernah Pelajari di Sekolah

Bagaimana Belajar Hal Baru Apapun Dengan Cepat



Pernah kah kamu merasakan bertahun belajar sesuatu di sekolah hanya untuk menemukan bahwa semuanya itu tidak berguna, ataupun lebih parah dari itu, semuanya salah?

Tidak ada hal mengecewakan kecuali menyadari bahwa apa yang kamu pelajari di sekolah atau di pelatihan tidak berguna di dunia nyata.
.
Selepas hidup dan bekerja di 6 negara berbeda, dan membiayai startup dari nol menjadi bisnis jutaan dollar hanya dalam 2 tahun.

"Saya menyadari bahwa ada strategi khusus kamu belajar 10x lebih cepat sambil meyakinkan kamu tidak akan membuat waktu belajar sesuatu yang sia- sia," tambahnya.

Kamu dapat belajar tiga hal berikut bagaimana kamu dapat dengan cepat belajar apapun dari nol:

1. Pelajaran #1: Hanya belajar apa yang paling kamu butuhkan

Menurut Heather R. Morgan, Pendiri Salesfolk, ia tidak pernah belajar khusus mengenai sejarah soal Mesir. Karena dia belajar tentang Arab ketika berkuliah. Dia ingin belajar tentang Mesir. Sejarah Mesir, terutama tentang ekonomi negara Spinx ini.

Bagaimana belajar mengenai pertumbuhan ekonomi di Mesir. Menurut Heather belajar tentang Arab bukan berarti akan membantu kamu belajar tentang Mesir loh.

Kamu tidak akan mampu masuk ke daerah pinggiran Mesir tanpa bahasa Arab- Mesir (Amiya). Belajar pun kalau cuma bahasa Arab biasa tidak akan membantu. Daripada belajar bahasa Amiya lewat buku, maka ia memilih belajar langsung ke supir taksi ataupun penjual di pinggiran Mesir.

Jika dia tidak paham akan sesuatu. Ia akan menulisnya di buku. "Saya akan menulis itu jadi saya akan dapat melihat kata itu di kamus atau bertanya kepada seorang teman asal Mesir," Heather bertutur.

2. Pelajaran #2: Bangaun fondasi awal sedini mungkin

Hal pertama yang dia belajar alphabet Arab secara online. Belajar mengenai alphabet mampu membawa dia dapat melihat petunjuk jalan. Mencari tempat maka nyaman di tempat dia berkunjung. Dan yang terpenting adalah dia dapat membuka kamus lebih mudah.

Setelah belajar mengenai alphabet, maka dia dengan mudah mampu menulis puluhan kata, dan frase dia butuhkan untuk hidup, seperti memesan makanan, ngobrol dengan pemilik toko, dan bepergian kemanapun.

Dia juga berlanjut belajar tentang menyapa, sanjungan, dan frase buat menanyakan arah, sekaligus bertanya apa yang dia suka dan tidak. Maka frase inilah menjadi landasan baginya belajar gramer dan menggunakan itu langsung.

Intinya menurut penulis adalah kamu belajar dari hal kecil menurut kebutuhan, maka kamu secara konstan akan belajar keseluruhan.

3. Pelajaran #3: Membuat banyak keselahan menjadi lebih baik daripada menjadi perfeksionis yang tidak pernah mencoba

Ada banyak temannya yang belajar tentang bahasa Arab. Namun, ketika mereka tiba di Mesir, mereka tidak merasa nyaman berbicara Arab dengan orang lokal. Pasalnya dialek Mesir kental membuat mereka yang sudah belajar Arab kurang nyaman. Mereka terpaku kepada buku teks Arab mereka pelajari di sekolah.

Alhasil mereka tidak belajar apapun untuk beradaptasi. Bukannya mencoba sebaik mungkin, mereka malah memilih bertahan dengan kepintaran mereka dan duduk di comfort zone mereka. Mereka memang pintar tetapi tidak berkembang.

Lain hal Heather yang tidak peduli membuat keselahan. Semangat entrepreneurship membuatnya lebih berani dalam mengambil resiko. Tentu, dia berharap tidak akan membuat kesalahan sama sekali, tetapi ia lebih mau memilih berusaha meski mempermalukan diri sendiri daripada tidak sama sekali.

Tentu, beberapa orang lokal akan mentertawakan dia, justru menurutnya itulah ice breaker atau penghancur kekakuan terbaik agar menyatu dengan penduduk sekitar. Berbeda dengan temannya yang sudah belajar bahasa Arab lima tahun, Heather sudah bisa memesan makanan, menelepon taksi, bahkan bernegosiasi.

Dia bisa bernego dengan para pemilik tempat sewa ataupun toko penjual. Strategi inilah yang membantunya masuk ke dalam budaya lokal, tidak cuma di Mesir, tetapi termasuk ke Korea Selatan, Turki, dan negara manapun dia kunjungi.

Dalam 2 tahun dia menyadari pertumbuhan bisnis miliknya tidak dipelajari di sekolah. Menjadi penjual hebat justru datang ketika dia mampu belajar beradaptasi. Dia juga mengandaikan bagaimana developer belajar tentang kode sendiri dan mengaplikasikannya.

Kisah Pelukis Sangkar Burung Ratusan Juta

Profil Pengusaha Sukses Suliyanto 



Cuma lulusan SD bukan berarti berhenti berusaha. Rejeki Allah mengatur itulah prinspi dipegangnya. Ia berbekal kreatifitas menembus batas. Hanya warga Dusun Kedungmas, Kec. Kalitidu, Bojonegoro bukanlah siapa- siapa. Kini pengusaha sukses berbekal airbrush mengecat sangkar burung perkutut.

Namanya Suliyanto pria 36 tahun bermula dari sekedar menekuni hobi. Bapak dua anak ini dengan penuh hati menjelaskan kisah suksesnya. Dikutip dari blokBojonegoro.com, dirinya mengatakan cuma berbekal keberanian saja.

Latar belakang pendidikan membuatnya cukup minder. Berawal dari dia bekerja di perusahaan pembuatan sangkar burung di Sepanjang, Sidoarjo dan daerah Pasar Turi, Surabaya. Ia mulai berpikir berbisnis sendiri mulai 2001 -an. Cukup lama dia bekerja yaitu tiga tahunan. Selepas cukup menimba ilmu maka dia memulai sendiri.

Untuk modal berbisnis dijual lah sapi peliharaan. Ditambah uang tabungan, hasil penjualan sapi tersebut mulai membeli sangkar setengah jadi di Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Madura. Dari mulai membeli kemudian dilukis, Suliyanto belajar membuat sangkar sendiri.

Dengan bermodal cat dilukislah sangkar menjadi indah. Usahanya semakin berkembang karena memang dia minim persaingan. Pasaran meluas sampai Lamongan, Tuban, Gresik, Surabaya, Monjokerto, Cepu, Blora, Grobogan dan sekitar Purwodadi tentunya.

Pesanan naik maka omzetnya juga naik tinggi. Menurut penjelasannya dia telah mampu menghasilkan omzet mencapai Rp.100 juta seminggu. Menjadi pengusaha sukses membuatnya bisa membeli rumah sendiri, mobil pickup, dan dua motor. Apakah pernah ada masalah? Ternyata dia pernah hampir bangkrut karena dihutang banyak orang.

Ia sempat patah arang. Akan tetapi dia tidak mau patah justru semakin berkreasi melalui aneka teknik. Dia melukisa bak artis melukis di atas kanvas. Sempat diutang pemesan sampai hampir tidak balik modal. Ia lalu mengembangkan aneka pola baru.

Pria kelahiran 30 Desember 1979, menjual sangka karyanya relatif tinggi, ya karena memang memiliki nilai seni ya banyak pembeli berminat. Harga antara Rp.110.000 sampai Rp.210.000 per- sangkar. Ada 10 pola paling diminati pelanggan. "...tapi kalau pesan model berbeda akan tetap dilayani," ujar pengusaha sukses ini.

Pola andalan Suliyanto meliputi hewan, seperti ikan, burung, naga, adapula pola pewayangan. Cara membuat dia menjelaskan: Sebelum dilukis diberi palmir atau cat dasar putih. Dia lantas menjemur sangkar di bawah matahari sampai kering.

Untuk lukisan burung dia butuh waktu satu hingga satu setengah jam. Ia menyebut tergantung pada tingkat kesulitan. Terutama bentuk burung merak menjadi tersulit dikerjakannya karena detail. Keahlian melukis di sangkar didapatkan melalui seorang teman asal Kabupaten Sidorjo, Jawa Timur.

Kini dia mengerjakan dibantu oleh 15 orang karyawan. Dia menutup dengan mengajak kalian lulusan sekolah dasar ataupun yang minder akan pendidikan jadilah pengusaha. Bekerja keraslah seperti sosok Pak Sulis dengan bisnis lukis sangkar burungnya.

Semoga artikel ini menjadi pelajaran bagia siapapun dengan latar pendidikan berapapun.

Donat Mungil Malang Diantara Inspirasi Bisnis dan Agama

Profil Pengusaha Putri Priyanti 



Tidak pernah disangka akan sesukses kini. Putri Priyanti hanya seorang ibu rumah tangga. Hingga dia sadar bahwa ada potensi bisnis ditangannya. Melalui makanan donat mampu mengantongi omzet mencapai Rp.25 juta per- bulan. Padahal bisnis ini awalnya sekedar sampingan tidak sangka akan sebesar sekarang.

Ulet, kerja keras, dan pantang menyerah menarik perhatian masyarakat. Lihat saja produk disuguhkan oleh bisnis "kecilan" Donat Mungil. Yang lambat laun untung bisnisnya tidak semungil namanya.

"Saya pembeli online, donatnya enak. Adonan tidak terlalu manis ditoping," jelas salah satu pelanggan Putri ketika diwawancara.

Usaha rumahan bertempat di rumah sendiri, Oma View daerah Pinggiran Timur, Kota Malang. Modal awal cuma Rp.50 ribu kini menjadi buruan masyarakat di Kota Malang. Ibu muda ini mempekerjakan lima orang wanita menjadi bagian produksi dan kurir antar donat.

Dimulai sejak setahun terakhir dan mengambil banyak perhatian masyarakat. Unik karena ia memadukan marketing sosial media serta marketing tradisional. Bisnis Donat Mungil dikemas sedemikian rupa sehingga tidak kalah kemasan dengan produk donat asing.

Aneka toping dibentuk sedemikian rupa jadi imut. Menarik tidak cuma kemasan tetapi topingnya. Coklat berasa enak tidak enek karena kecil mungil.

Harga perkemasan yakni Rp.15 ribu sampai Rp.63 ribu. Donat Mungil Putri Priyanti telah mampu menarik perhatian masyarakat Malang. Cuma suatu kejadian sempat membuat gaduh ramai di sosial media. Meski begitu ia tetap yakin tidak akan mempengaruhi omzet penjualan.

Alkisah sang pemilik mendapatkan orderan donat bertema Natal. Namun karena tidak sesuai dengan apa yang diyakini pemilik sebagai muslim; permintaan itu ditolak halus. Sayangnya, sosial media memang bermata tua, tajam dan tumpul malah membawa masalah tersebut merembet ke arah kebencian.

Secara tegas Putri menjelaskan ini masalah kepercayaan dirinya. Pengguna sosial media menyebut dirinya diluar nalar karena menulis ucapan Selamat Natal bukan hal besar. Bahkan harusnya dilakukan karena telah menjadi satu bentuk toleransi. 

"Sebagai Muslim kita tidak dibolehkan ya untuk seperti itu (mengucapkan selamat Natal)," tegasnya.

Akibat itulah dia mendapatkan cacian pula. Namun tidak sedikit orang mendukung sikap tegas Putri akan kepercayaanya. Apalagi menurutnya kebebasan agama sudah diatur oleh Undang- Undang. Pihak si Donat Mungil sendiri memang tidak menyebarkan SARA, tetapi menolak untuk menuliskan ucapan Selamat Natal.

Pelopor Wirausahawan Muda IT Ridwan eBdesk

Profil Pengusaha Ridwan Prasetyarto



Dia dikenal sebagai pengusaha era 2000 -an. Namanya sempat disebut sebagai pengusaha muda dibawah 35 tahun. Kala itu entrepreneurship masih dalam ketidak pastian. Menjadi pengusaha bukan pilihan utama, internet tidak melaju pesat seperti sekarang, maka inilah kisah Ridwan Prasetyo.

Tidak banyak kisah dapat ditemukan ketika dicari. File artikel diantara tahun 2000- 2009 ditelusuri. Yang pasti dia dikenal sebagai CEO eBdesk. Sebuah perusahaan software perintis bagi masyarakat Indonesia.

"Saya tidak bergaya seperti bos," tuturnya. Hanya orang biasa yang mengambil kesempatan. Berani kah kamu mengambil resiko. Juga bagaimana memasukan gaya berbisnis kamu. Dijamannya sudah menggunakan metode bisnis ala startup yang tidak terikat susunan hirarki.

Yang terpenting pekerjaan harus selesai tegas Ridwan. Sebaik mungkin bagaimana mereka mendeliver setiap produk mereka ke pasaran.

Bisnis software


Mendirikan perusahaan ketika umur 35 tahun. Dia bersama tiga kawannya sejak 1999. Barulah pada tahun 2001 mereka baru masuk ke ranah komersil. Bayangkan mereka memiliki banyak pelanggan besar, antara lain PT. Astra International, Telkom, PT. Rekayasa Industri, Satelindo, PT. Rajawali Nusantra Indonesia juga Pertamina.

Kebanyakan pelanggan dari Indonesia, juga Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Malaysia. Didirikan oleh anak- anak alumni Institut Teknologi Bandung (ITB). Kantornya sejuk karena berpusat di Bandung, dimana berhawa dingin sejuk, sebuah rumah dan perkantoran jadi satu memiliki pekarangan luas.

Dari Amerika Serikat, pelanggan bonafitnya adalah Interim Healthcare, jasa outsourcing kesehatan. Kinerja mereka baik dan mampu mengantungi pendapatan Rp.4,5 miliar. Pada tahun 2002 membukukan laba bersih sampai 30%.

Perusahaan software yang melaju mengikuti perkembangan jaman. Dimulai dari perusahaan bernama Optima Infocitra Universal (OIU). Perusahaan perangkat lunak berbasis Microsoft dan Oracle. Dimana mereka ini mengembangkan software costumized. Fokus menangani bisnis khusus, maka eBdesk melepas diri dari OIU.

Sejak pertengahan 1997, Ridwan bersama kawan fokus membangun eBdesk, dimana merupakan jawaban atas ketidak puasan akan perusahaan software kala itu. Perusahaan dimasanya berorientasi proyek dan jasa konsultasi saja.

"Ini menjadikan kita pemakai software bikinan pemain besar dari luar," ujar M. Iqbal Noor, Chief Strategic Alliance eBdesk.

Dorongan memisahkan diri tersebut membuat mereka fokus. Mengerjakan software masal komersil pertama mereka. Namun tidak mudah mendesain perangkat lunak menjadi produk siap pakai. eBdesk butuh waktu sampai satu tahun sebelum akhirnya memasarkan produknya ke halayak.

Mereka bekerja melalui trial and error. Ridwan selaku CEO, mengaku pernah mengalami "salah" desain, yang terjadi karena tidak mampu mengikuti perubahan pasar. Ketika arah pasar berubah maka Ridwan juga harus mengarahkan perusahaan harus berubah. Padahal perusahaanya itu tengah giat mengerjakan software pertama.

"Kami pun terpaksa mengubah lagi desain yang telah kami buat sehingga investasi yang telah dilakukan kami stop," Ridwan menambahkan.

Analisa pasar tajam dilakukan oleh perusahaan. Belajar lewat keselahan mengakat hasil software mereka ke ranah internasional. Akhirnya produk pertama mereka jadi pada tahun 2001 dan telah terjual sampai 500 lisensi lebih. Sebuah software hasil rekayasa seharga $1.000 buat 25 pengguna, atau $40 per- pengguna.

Banyak pelanggan mengakui software mereka memang cost effective. Lebih rendah biaya dibandingkan hasil perusahaan lain. Produk bernama Corporate Portal Software versi 3. Dimana kamu bisa menggabungkan semua aplikasi perusahaan dalam satu interface atau layar. Sifatnya costumized dan gampang digunakan oleh siapapun.

Inilah kelebihan software karangan anak negeri ini. Berbasis internet membuatnya terkoneksi melalui sistem komunikasi per- komputer. Ridwan menyatakan faktor harga juga menjadi penentu penterasi produknya ke pasaran.

Sukses tanpa sorotan


Tentu tidak banyak orang Indonesia sadar akan keberadaan eBdesk. Lewat konsep matang serta harga yang bersaing, padahal, perusahaan ini telah sampai ke pasaran luar negeri. Nama Ridwan Prasetyo sempat ikut naik menjadi berita di media masa online.

Generasi pengusaha muda Indonesia pertama ini menjelaskan. "Produk kami memang tidak bisa menutupi semua kebutuhan suatu perusahaan, tapi produk kami buat ini mencukupi kebutuhan mereka, simple tapi efektif," jelas Ridwan.

Harga yang baik didukung kualitas baik. Ingat bukan menjual murah tetapi menjadikan terjangkau. Software bikinan eBdesk berbasis Linux membuatnya tidak terikat lisensi. Perusahaan mampu menciptakan perbedaan merebut pasaran. Cakupan pasar pun diperbatasi agar tetap unggul. Mereka menyasar perusahaan ukuran menengah.

Rata- rata pengguna adalah 25- 500 orang. Segmen tersebut memang sudah sejak awal. Jika dalam negeri sudah diserbu produk asing, maka eBdesk memilih pasaran luar negeri. Kecondongan ini memang sengaja mungkin menurut kami karena tradisi kita (mencintai produk asing.red).

Menembus pasar luar negeri memang tidak memudah. Tetapi mereka lebih menghargai value sebuah produk dibuat. Bukan soal branded nya tetapi kualitasnya. Meski begitu kualitas produk Indonesia khusus dibidang teknologi masih sederhana. Oleh karena itu dia meyakinkan kekuatan pelayanan agar dipercaya konsumen.

Untuk itu mereka membentuk jaringan di luar negeri. Sebuah kerja sama dalam hal teknologi, pemasaran, dan konsultasi.

Visi Ridwan serta pendiri eBdesk lain memang besar. Menjadikan perusahaan Software Corporate Portal yang memimpin pasaran di luar. Bukan sekala lokal tetapi sekala dunia. Mereka bahkan berani menargetkan negera- negara seperti Eropa, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Mereka memasarkan melalui distributor independen. Produk mereka didistribusikan melalui para vendor hardware, konsultan software, dan pihak ISP. Melalui mereka lah produk milik eBdesk mencoba memasuki pasar dengan lebih dipercaya.

Uniknya mereka mendanai sendiri, dengan jumlah keryawan 27 orang, yang 23 diantaranya adalah ahli IT. Ridwan mengatakan investasi awal senilai $500.000- 1 juta. Dialokasikan untuk riset dan pengembangan produk. Jika untung maka akan langsung diinvestasikan kembali ke pengembangan produk.

Ridwan lantas bercerita kembali tentang perusahaanya. Pernah mereka memasarkan produk, eh ternyata, di luar sana ada perusahaan yang lebih dulu memasarkan produk sama. Sebuah "kecolongan" ujarnya kepada pewarta. Inilah pengusaha, masalah akan selalu menghadang tetapi harus dilewati karena kita belajar.

Target keuntungan tahun 2001 adalah $1 juta, dimana target penjualan 25.000 lisensi. Walau ia dan kawan- kawan telah sukses ekspansi masih dibidang sama. Mereka berprinsip berbisnis di ruang lingkup teknologi industri. eBdesk fokus mengembangkan perangkat lunak. Kunci sukses menurutnya adalah fokus di satu bidang.

Butik Sampah Yogya Modal Bungkus Mie Instan

Profil Pengusaha Hijrah Purnama Putra 


  
Dia memang peduli akan lingkungan. Dari pendidikan saja, putra asli Aceh ini, lebih memilih jurusan Teknik Lingkungan. Kepeduliannya pun tidak terbatas akan ras ataupun lingkungan. Hijrah Purnama Putra memilih untuk merealisasikan kepedulian justru di Yogyakarta.

Berkuliah di Universitas Islam Indonesia, Putra sudah peduli lingkungan bermula dari hal kecil. Hingga Putra begitu sapaan akrabnya menemukan konsep bank sampah. Lantas berlanjut membentuk apa namanya butik sampah sebagai media promosi.

Butik sampah layaknya seperti butik pakaian. Bedanya apa dipajang di etalase merupakan hasil daur ulang. Ia membuat aneka produk seperti tas bungkus makanan. Jangkauan produk butik sampah milik Putra sudah merata ke suluruh Indonesia. "...yang belum kita sampai Papua dan Maluku," ujarnya.

Ada keinginan kuat tidak cuma berhenti di Yogyakarta. Maka Putra berjuang keras agar mampu membawa konsep sampah modern ini menjadi nyata.

Sampah jadi jualan


Bermula aksi sederhana seperti mengumpulkan sampah di sekitar. Dia mulai dari warung bubur kacang ijo atau burjo dan angkringan. Aksi sederhana sejak tahun 2008 sampai menemukan butik sampah. Agar tidak cuma peduli lingkungan tetapi memberikan manfaat, maka Putra mulai membeli sampah dari masyarakat.

Ia mulai membeli sampah. Bersama seorang rekan sampai tahun 2009, sudah menggunung lah itu sampah. Ia mulai kebingungan mau diapakan sampah tersebut. Kemudian muncul ide tentang daur ulang sampah. Putra mulai memilah sampah serta memikirkan mau dijadikan apa.

Produk mereka pertama adalah seminar kit dimana dijual Rp.25.000. Perlengakapan itu menjadi booming dalam waktu seketika. Putra melihat peluang lebih besar maka terbangunlah bank sampah. Orderan seminar kit berbahan daur ulang melonjak sampai produksi 250 buah.

Bank sampah ini sudah dipilahkan jenis sampah bukan sembarangan. Fokus utama ialah sampah- sampah bungkus sachet makanan atau minuman.

Sosialisasi terus dilakukan agar bank sampahnya mendapat perhatian masyarakat. Terus terjual laris produk karya Putra, sampai terkumpul 205 kelompok petugas sampah sendiri. Masing- masing kelompok terdiri dari enam sampai delapan orang.

Dalam pengumpulan sampah terbilang mudah. Kelompok tersebut akan bersama mengumpulkan sampah. Dan nantinya ada tim yang melakukan penjemputan kelompok tersebut. Jika diibaratkan mereka adalah cabang bank sampah milik Putra. Harga satuan per- sampah mulai Rp.10- 70 dimana tergantung besar atau kecilnya.

Sebulan saja sudah dapat mengumpulkan 4.000 bungkus sampah. Putra pun mendapatkan penghargaan atas jerih payahnya sebagai wirausaha muda sosial juara pertama.

Bukan bisnis biasa


Tahun 2011, dibuka butik daur ulang, yang mana menurut Putra fokusnya memasarkan produk- produk dari hasil daur ulang. Utama produk karya Putra dan kawan- kawan. Produk karya Putra antara lain seminar kit, tas sekolah, goodie bag, dompet, tas laptop, bros dan lainnya.

Putra menyebut sudah ada 90 jenis produk berbeda. Butik daur ulang didirikan di Jalan Sukoharjo No 132 daerah Condongcatur, Sleman, Yogyakarta.

Tidak berhenti di produk lama, Putra terus berkreasi termasuk salah satunya produk tas lipat. Masyarakat sendiri meminati produk macam dompet, tas, dan map. Untuk harga jualnya relatif murah mulai Rp.6.000- Rp.275.000. Proses pembuatan terbilang cukup memakan waktu, tetapi mudah dipraktikan.

Pertama kali, Putra mengumpulkan sampah bungkus makanan atau minuman. Lantas dia berhitung berapa jumlah sampah terkumpul. Kemudian masuk tahap pencucian, dikeringkan, dan disortir kembali. Proses itu selesai sampah plastik akan masuk gudang dulu.

Kemudian sampah plastik tersebut dijahit, dibentuk, dan masuk ke tahap pengontorolan kualitas. Semua itu menjadi tahapan wajib sebelum barang siap dibentuk.

Sayangnya, masih banyak orang ragu untuk memakai produk karya Putra. Selain karena faktor kebersihan juga faktor malu menjadi kendala. Mereka malu kalau harus menjinjing tas hasil daur ulang sampah. Padahal Putra meyakinkan tahap desain sudah dibentuk sedemikian rupa.

Keawetan juga terjaga karena sistem quality control diterapkan. Putra sendiri masih memiliki banyak mimpi yang belum dicapai dari bisnisnya. Yakni bagaimana agar masyarakat yang menabung di bank sampah juga memakai produknya. Harus tidak ada keraguan memakai produk daur ulang sampah.

Untuk bank sampahnya, dia sedang menyiapkan sistem cek saldo lewat SMS. Bank sampah besutanya juga diharapkan mampu mengurangi sampah di Yogyakarta pada umumnya. "Kami dapat mengurangi jumlah sampah per hari di Yogyakarta mencapai 16,90%," tuturnya.

Selain dijual melalui butik, Putra juga menjual melalui berbagai pameran kewirausahaan Expo Wirausaha Muda Mandiri contohnya. Sambutan pengunjung expo juga baik tertarik akan kreasi Putra. Memang Putra tidak sekedar mendaur ulang tetapi terus berkreasi. Banyak tidak menyangka kalau produk tersebut dari limbah.

Sekilah memang tidak terlihat seperti sampah. Konsep selalu kreatif serta mengikuti mode membuat butik sampah berasa benar- benar butik. Kreasinya unik dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan daur ulang serampangan.

Bersama kawan Dosen UII ini hobi mengumpulkan bungkus mie instan. Terutama ketika mereka nongkrong di warung burjo. Sejak 2005 bersama kawan teknik UII menyambangi warung- warung mie instan yang buka 24 jam. Sebagai anak kos hobi mereka memang nongkrong dan menikmati malam di Yogyakarta.

Sejak 2009 mereka merubah bungkus plastik menjadi tas seminar. Pertama terjual 25 seminar kit dipesan oleh mahasiswa UGM. Tumbuh semakin banyak, Putra bersama kawan mulai rajin menyambangi warung ke warung. Di tahun 2012 barulah ide tentang toko khusus didirikan bersama penjualan yang terus meningkat.

Perbulan 300 bungkus sampah plastik bekas makanan dan minuman terkumpul. Berkat bank sampah yang dia gagas maka TPA Piyungan kehilangan sekitar satu ton sampah. Usahanya diharapkan semakin maju dan siap ekspansi membangun cabang di berbagai daerah.

Meski berstatus dosen sekarang, Putra mengaku bisnis sosialnya tidak mengganggu, karena dia dibantu oleh banyak orang. Banyak orang termasuk mahasiswanya mendukung Putra. "...tidak hanya memberikan teori tetapi mampu menujukan praktik," tutup Putra.

Mantan TKW Pemilik Usaha Peyek Wong Jowo

Profil Pengusaha Rida Wati 



Bekerja di luar negeri memang menjadi harapan beberapa orang. Namun sampai kapan kamu nanti mampu bertahan hidup jauh dari keluarga. Banyak loh pengusaha malah pengen pulang. Hanya saja kebutuhan hidup juga tidak dapat dielakan.

Salah satunya Rida Wati rela melepaskan pekerjaan jadi TKI. Sayaratnya dia harus memiliki usaha sendiri di kampung. Untuk itulah dia mengumpulkan uang buat masa depan. Tetapi justru bukan dari uang tersebutlah dia mendapatkan banyak untung.

Yah usaha ternyata tidak butuh modal banyak. 

Jangan biarkan diri mu terjebak dan menghentikan berusaha. Jika kamu TKI maka cobalah yang dilakukan oleh Rida. Gunakan uang modal seminim mungkin jadikan itu bisnis sampingan, siapa tau justru bisa jadi modal pulang.

Rida menyebut usahanya berawal dari bisnis sampingan. Berawal uang Rp.500 ribu yang disulapnya menjadi peyek. Bukan peyek tradisional seperti biasanya, dalam benak kreatif Rida mau dijadikan layaknya potato chip dalam kemasan.

TKW Hong Kong ini melanjutkan potongannya dibikin setipis mungkin. Kan biasanya peyek tradisional itu tebal serta terkadang alot. Kalau peyek Rida berasa lebih gurih karena tipis. Berkat usaha sampingan inilah dia bisa pulang kampung ke Cicalacap.

Keluar modal sedikit tetapi untungnya selangit. Ia menjelaskan kembali rempeyek kacang ini diberinya nama peyek Wong Jowo. "Saya terinspirasi potato chip, jadi sekali lahap langsung habis," jelasnya. Agar menarik masyarakat sekarang kemasannya dibikin semenarik mungkin.

Bermodal Rp.500 ribu dijadikan adonan satu kilogram. Kemasan mulai berbentuk kaleng -seperti halnya satu merek keripik- seharga Rp.35 ribu per- buah, adapula berbentuk plastik zipper seharga Rp.25 ribu, lalu ada kemasan kecil seharga Rp.5 ribu.

Dimulai baru dua bulan sejak akhir 2015, Rida mampu mendulang omzet mencapai Rp.10 juta per- bulan pada bulan- bulan pertama.

Usaha sederhana


Meski sederhana menampilkan dua rasa: Kualitas peyek Wong Jowo sangat menggugah selera. Penggunaan tiga wadah mampu menyasar dua segmen. Tiga kemasan berbeda memberikan penanganan berbeda. Jadi untuk kemasan zipper dapat disimpen lama dan mudah disimpan lagi.

Wanita berumur 33 tahun ini tidak menggunakan strategi marketing khusus. Dia dibantu sang suami yang dulu pernah bekerja menjadi marketing di perusahaan.

Beruntung karena komunitas pengusaha Banyumas ikut mendukung Rida. Berawal dari menjual ke toko- toko kecil, lalu masuk ke toko besar khas oleh- oleh, hingga Rida memasarkan ke restoran di sepanjang wilayah Banyumas.

Untuk pemesanan Jakarta baru datang lewat mulut. Masuk ke dalam komunitas pengusaha terbukti mampu menaikan kesuksesan suatu usaha. Diakui oleh Rida juga bantuan dari pihak Bank, seperti Bank Mandiri, lewat pelatihan bertajuk Mandiri Sahabatku mendorong dirinya berusaha lebih.

Pelatihan tiga bulan selama tujuh kali seminggu itu sangat berguna. Rida percaya diri memboyong bisnisnya ke Indonesia. Dalam pelatihan tersebut termasuk pemberian bapak asuh membimbing bisnis. Mereka para pengusaha sukses Indonesia.

Rida berharap makin banyak pengusaha yang berawal TKI. Justru ketika lapangan pekerjaan di Indonesia tidak cukup, justru terdapat kesempatan bagi kita.

Rempeyek Wong Jowo semakin terkenal di dalam negeri. Berkat mengikuti program kewirausahaan nilai dari brand milik Rida berjaya. Meski baru berjalan dua bulan mampu menembus Belanda dan Malaysia. Ia bahkan sudah menyiapkan program ekspor sejak Apri dan Oktober 2016 ini.

Mantan TKW ini masuk program Mandiri Sahabatku. Rida sendiri mendapatkan satu bapak asuh seorang pengusaha Batik besar. Berkat ia lah koneksi ke luar negeri didapatkan. Selain itu dukungan Bupati Cilacap terbukti ampuh mendorong bisnisnya maju.

"Belum ada yang serius menggarap rempeyek ini, padahal peluangnya cukup besar," terangnya.

Lewat kemasan kaleng memberikan unsur lebih. Rempeyek miliknya sudah seperti brand luar yang masuk ke Indonesia itu. Jumlah pesanan kemungkinan bisa saja besar. Untuk sementara distributor di luar tengah lagi mencoba mengetes pasaran Rempeyek Wong Jowo.

Sayangnya, berbanding terbalik dengan kesuksesan di luar. Rempeyek Wong Jowo masih dijual sebatas di toko oleh- oleh dan restoran sepanjang Jawa Tengah. Jakarta sendiri masih sebatas permintaan personal bukan buat distributor atau keagenan. Omzet perbulan dari usahanya sudah mencapai Rp.10 juta per- bulan.

"...rencananya mau varian rasa balado dan black papper," ujar Rida. Wanita berhijab ini sangat optimis akan jalannya untuk berekpansi.

Biografi Yongki Komaladi Pengusaha Sepatu yang Sukses di Indonesia

Biodata Yongki Komaladi

Biografi Pengusaha Sepatu Yongki Komaladi
Nama lahir : Kwok Joen Sian
Nama Panggilan : Ayin, Yongki, Yongki Komaladi
Tempat Lahir : Tanjung Karang, Hindia Belanda (kini Bandar Lampung)
Tanggal lahir : 8 Agustus
Pekerjaan : Pengusaha, Butik, Desainer
Ayah : Kwok Pit Tjong
Ibu : Liauw A Ho

Biografi Yongki Komaladi

Siapa yang tidak mengenal sosok Yongki Komaladi? namanya yang menjadi brand sebuah sepatu berkualitas tinggi di Indonesia. Tidak hanya sepatu, Yongki Komaladi juga memiliki berbagai bisnis seperti bisnis busana, tas, makanan hingga bisnis online. Banyak diantara usahanya membidik konsumen berjenis kelamin perempuan yang terbukti sangat menguntungkan.

Target pasar konsumen wanita dipilih Yongki Komaladi karena hobi belanja sehingga sangat baik untuk mendukung bisnisnya. Bisnis sepatunya mulai dari anak-anak hingga dewasa banyak diminati konsumen. keadaan ini membuat produk Yongki Komaladi berkembang secara pesat.

Yongki Komaladi merupakan pria kelahiran Jakarta yang memiliki sifat rendah hati. Yongki adalah anak ke 14 dari 15 bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Liauw A Ho dan Kwok Pit Tjong. Memiliki nama lahir Kwok Joen Sian semasa kecil Ia akrab di panggil Ayin. Nama Yongki sendiri merupakan panggilan yang diberikan kakak dan teman-temannya. Menempuh pendidikan di SD Petojo, SMP PAX Kemakmuran, SMU Katolik Ricci lalu melanjutkan pendidikan di Swiss Cottage Secondary School dan Stamford Collage Singapore. Ketika menempuh pendidikan di Singapore, ibunda Yongki meninggal dunia.

Ditinggalkan ibunda tercinta meninggal membuat Yongki Komaladi merasa terpukul. Kemudian Ia diangkat menjadi anak dari seorang pengusaha di bidang fashion yang memiliki butik ekslusif di daerah bilangan Duta Merlin, Jakarta. Butik milik orang tua angkatnya ini menjual berbagai barang bermerk luar negeri seperti dari Perancis dan Italia. Dari sinilah Yongki mulai mengenal barang-barang mewah dan mampu membedakan kualitas produk asli atau tiruan.

Orang tua yang berkarir di dunia fashion menarik minat Yongki untuk mulai belajar di dunia yang sama. Tahun pertama dalam meniti karir di dunia fashion, Yongki mulai mengenal produk impor di Jakarta. Di butik ini pula, Yongki bertemu dengan berbagai orang penting seperti artis, pejabat, hingga tokoh terkenal lainnya. Predikat butik terkenal membuat toko busana milik orang tuanya ramai dikunjungi konsumen kelas atas.

Tahun 1977, Yongki Komaladi mulai bekerja di dunia model. Tuntutan untuk menghadapi konsumen dengan kalangan atas membuatnya belajar mendalam mengenai dunia model. Sebelum sukses menjalankan bisnis sepatu, Yongki mengawali karir dengan menjual kacamata. Awalnya Yongki bekerja sebagai model yang berjalan di catwalk untuk memamerkan berbagai produk terkenal.

Ia pernah berdampingan dengan artis dalam dan luar negeri seperti Ray Sahetapi dan Pierre Bruno. Pada usia 25 tahun Yongki memutuskan untuk kursus dengan Rudy Wowor. Sembari kursus Ia mendapatkan berbagai tawaran show yang membuat karirnya berkembang pesat. Banyak karya yang diperagakan oleh Yongki Komaladi seperti rancangan (Alm.) Irwan Tirta, Prayudi, Poppy Dharsono, dan juga Itang Yunazs.