Bola Benang Dijadikan Lampu Untung Ratusan

Profil Pengusaha Guntoro Rusli 

 

Bisnis tidak melulu ribet. Kamu tidak harus menciptakan aplikasi apapun. Tinggal pakai benang aja, pria 33 tahun ini mampu meraup omzet mencapai Rp.100 juta. Bisnisnya bernama lampu benang. Atau lampion dari bahan benang aneka bentuk. Guntoro Rusli bercerita ide awal berbisnis dari hobi mengumpulkan souvenir.

Dia seorang perajin lampu karakter asal Surabaya. Pria gantang yang dulunya seornag pelaut. Alhasil dia jadi sering berkunjung ke tempat dari dalam sampai luar negeri. Menjadi pelaut memberikan kemudahan baginya untuk mengoleksi souvenir. Dalam perjalanannya dia mampu memproduksi 2.000 unit lampu per- bulan.

Ide datang ketika dia melihat produk, ketika Guntoro berkunjung ke Amerika Serikat dan Thailand. Orang sedang berjualan lampu. Maka Guntoro mengajak istri buat berbisnis lampu benang.

Bisnis sederhana


Waktu berjalan- jalan bersama teman ia menemukan cotton light. Lampu hias berbahan benang aneka yang dibentuk aneka bentuk. Ia sebenarnya iseng membuat cotton light ball. Untuk awalan dia membeli satu buah buat contoh dibawa pulang. Lalu dia mencari tau apakah ada atau belum produk sejenis di Indonesia.

Pulang dari Thailand, Guntoro mencari tau lebih dalam, dan menemukan bahwa di Bali sudah ada produsen produk sejenis. Dia tidak takut berbisnis. Pada April 2009, dia memutuskan buat menggelontorkan sejumlah uang, uang Rp.20 juta digunakan buat memproduksi sekala besar.

Gun memulai usaha dari internet merambah ke penjuru Surabaya dan Bali. Uang digunakan membeli bahan serta dibayar buat menggaji pegawai sendiri.

Cotton light ball atau cotton ball lantern merupakan produk lampu berbahan benang polyster. Dia memakai cetakan, dililit benang, dilem dan dikeringkan. "Setelah dikeringkan, cetakannya diambil," jelas dia. Ternyata respon masyarakat kepada produk buatan Gun bagus. Guntoro semakin bersemangat membuat produk yang unik.

Peluang bisnisnya masih bagus dikembangkan. Ia lantas mencoba memperbanyak produksi. Yakni membuat produk 500 pieces dulu. Awal penghobi traveling ini mencoba menitipkan produk ke pusat perbelanjaan di Surabaya, Jawa Timur. Dari sana dia mulai membentuk tim desain sendiri buat menjadi pembeda produk lain.

Tim R&D dan Desain bertugas membuat desain lampu aneka bentuk. Lebih variatif sehingga ngejreng diliat mata calon pembeli. Usaha tersebut lantas, pada Februari 2011, telah berbedan hukum dibawah nama CV. Multicraft Indonesia. Kenapa begitu, karena Gun hendak melirik pasar ekspor hingga ke Amerika Serikat.

Dia menyebut biar mudah mengurus surat- menyurat ijin ekspor. Suami dari YennyWibowo ini, juga memakai strategi mengamati tren pasar. Ketika musimnya Natal, maka CV. Multicraft akan memproduksi lampu yang bertemakan pohon natal dan sebagainya.

Biasanya produk Gun digunakan sebagai hadiah dekoratif. Tidak cuma ketika musim tertentu, secara berkala mereka memproduksi buat pernikahan, ulang tahun atau hadiah perusahaan. Dua tahun berjalan dia makin mantap membuat ciri khas produknya.

Bisnis benang


Dia mengajak sang istri menjadi bagian dari tim kerja. Sebagai desainer interior dan event organizer agaknya sedikit banyak memacu bisnis si Gun. Berbekal jaringan istri pula, dia mampu masuk ke ranah acara- acara yang butuh souvenir -seperti pernikahan dan ulang tahun,.dll. Ini membuat produknya lekas cepat dikenal masyarakat.

Pemasaran mulai sampai ke luar negeri. Ekspor kecil- kecilan mulai digalangkan seperti ke Malaysia dan juga Singapura. Gun juga sudah menembus pasar eropa, seperti Italia, yang mana mampu melonjakan omzet penjualan sampai ratusan juta.

"Ekspor kita masih kecil- kecilan," ujarnya merendah.

Untuk memperluas pasar kembali, Guntoro mengaku memilih menunggu dan mempelajari apalagi cotton light ball sudah cukup dikenal di luaran sana. Butuh satu sentuhan berbeda jika dia ingin perusahaan masuk pasar asing. Brand Light Craft awalnya dikenal sebagai usaha pembuatan lampu benang, dan juga lampu rotan.

Strategi pemasarn berdasarkan pesanan khusus juga diapresiasi. Ia pokoknya tanggap akan keinginan dari konsumen dan terus berkreatifitas. Omzet meningkat dua sampai tiga kali lipat sejak didirikan. Bayangkan dia mengaku mampu mengantungi omzet sampai Rp.560 juta. Perbulan Guntoro memproduksi 1.000- 3.000 produk.

Lulusan perhotelan Universitas Kristen Petra Surabaya ini, mengaku tidak belajar khusus, namun secara niat serius mempelajari seni membuat lampu benang ini. Terlihat dengan keseriusan Gun menggunakan alat tenun sendiri untuk membuat produk lampu kap.

Dengan bantuan mesin mampu menggulung benang selusin roll beraneka warna. Untuk satu jenis lampu dia produksi 10 dengan empat varian warna benang. Produk lampu kap butuh setidaknya 48 roll benang hingga 120 roll benang agar membentuk karakter.

Variasi karakter juga beraneka macam termasuk tokoh kartun anak. Prosesnya gampang dijalankan tetapi butuh kreatifitas agar tidak monoton. Untuk bagian tersulit adalah membentuk bola benang. Juga bagaimana sih agar membentu bentuk dekoratif dan berdesain sesuai.

Untuk produk bervariasi dari Rp.50 ribu sampai Rp.1 juta ada. Aneka aksesoris penikahan atau acara ulang tahun dibandrol Rp.10 ribu sampai Rp.40 ribu. Minimal butuh 4- 6 minggu memenuhi pesanan dari mereka pemilik acara. Agar tidak kecewa selepas desain di muat ke internet ada sesi konsultasi acara terlebih dulu.

"Melakukan korelasi produk dengan calon klien selama dua minggu," jelasnya. Dia lalu mengajak pegawai dan juga masyarakat sekitar jika diperlukan.

Meski diluaran sana sudah banyak peniru. Ia mengaku tidak takut. Karena Guntoro memperlakukan usaha layaknya bisnis besar. Sebuah perusahaan besar memiliki staf khusus buat desain. Mereka mendasain di luar kegiatan produksi. Butuh waktu berminggu- minggu buat menciptakan desain baru lebih menarik di mata.

Gun juga menganjurkan prototipe sebelum diproduksi masal. Pokoknya mah seperti perusahaan besar yang telah menasional produknya. Jenis produk sudah mencapai 20 jenis, mulai dari cotton ball light, cotton ball lantern, letter lamp, character lamp, cooper light, fairly light, dan dia masih akan menambah lagi bila perlu.

Saran sebagai pengusaha mudah adalah jadikan produk unggulan. "Terus belajar dan pantang menyerah terus berusaha. Belum usaha sudah menyerah ya enggak bisa," tandasnya.

Tantangan berbisnis


Memang minat pasar dalam negeri dan luar negeri beda. Jadilah harus memiliki daya tarik tersendiri di kedua sisi. Pasar nasional ditarik melalui brand Boli atau bola imut. Dibuat kecil- kecil imut dapat dijadikan hiasan di kamar. Meski sudah memiliki banyak produk dan menghasilkan ratusan juta, bukan mudah juga.

Dia bercerita di awal tidak pernah digaji. Awal usahanya dia tidak mendapatkan untung. Dari bisnis langsung diputer buat gaji dan produksi. Dia menganggap ini bukanlah masalah. Gun tidak menganggap kerugian itu semua karena proses. Sedikit demi sedikit usahanya mulai menampakkan untung dari setiap penjualannya.

Penjualan ke luar negeri juga musiman sesuai kontrak. Soal keuntungan dipacu para reseller yang bekerja giat memasarkan produk Light Craft. Menawarkan sistem reseller dan dropship tanpa minimal pemesanan. Berapapun dilayakni baik oleh Light Craft. Sistem distribusi reseller bukan retailer tetapi melalui vendor.

Dia memiliki 100 reseller sejak tiga tahun terakhir. Produknya cukup memakai patokan harga tertinggi yakni Rp.140 ribu. Lalu Rp.50 ribu buat lampu kecil dan Rp.90 ribu buat lampu besar. Untung reseller mampu kamu mengantungi untung 50 sampai 100 persen.

Dia bercerita seorang reseller dari Instagram mampu meraup Rp.20- 30 juta. Dia menyebut seorang anak kuliahan, mengambil untung kecil 20- 30 persen. Rahasianya dia memainkan marketing dengan kuat, jadilah tidak menjual nilai eceran tetapi sudah lusinan.

Ia mengaku pernah punya gerai di Surabaya, Bali, Lombok, dan Jakarta. Namun dia sekarang lebih memilih menjual melalui sosial media. Dia memiliki 20 staf serta 40 staf harian bila ada pesanan khusus. Dia sendiri konsern ke pemilihan dan perekrutan SDM. Masih sulit katanya mencari SDM cekatan dan kreatif jaman sekarang.

Karaketer dipriksa betul agar menyesuaikan ritme kerja. Haruslah memiliki kompeten dan mampu belajar cepat dalam bekerja. Gun sendiri tidak ragu memberikan dorongan. Tujuannya agar mendapatkan hasil yang maksimal bekerja. Ia tidak ragu mendengar keluhan kemudian mendorong stafnya agar tidak malah down.

Dia meciptakan suasana tempat kerja senyaman mungkin. Ia menekankan aspek kekeluargaan, mulai dari makan bersama, liburan bareng ke tempat wisata, melakukan training, melalukan pembekalan. Meski sudah sekuat tenaga mendukung SDM, kendala lain adalah bahan baku yang masih impor agar sesuai standarisasi.

Kisah Manis Pahit Choa Seniman Coklat Filipina

Biografi Pengusaha Raquel T. Choa 



Menjadi pengusaha bisa saja merupakan pilihan hidup. Terkadang mungkin karena keterpaksaan agar tetap hidup. Menginginkan hidup lebih baik maka Raquel T. Choa berusaha. Dia hidup sangat sederhana. Ia sejak berumur muda sudah berjualan lilin dan sampaquita untuk membantu orang tua.

Umur 12 tahun, dia sudah bekerja menjadi kasambahay di Laguna, Filipina. Berjalanan waktu ia mengingat betul hidupnya "tidak jauh dari coklat". Dia ingat belajar menyajikan dan menyiapkan coklat dari sang nenek, Leonila Borgonia, yang bekerja menjual nanay.

Dia ingat, di umur 12 tahun, neneknya lah yang membawa dia pergi dari Cebu ke Laguna. "Saya tidak takut untuk bekerja karena saya bepikir saya harus benar- benar bekerja," kenangnya sedih.

"Saya memiliki masalah listrik di provinsi sampai saya tidak bisa melihat apa yang saya lakukan," imbuhnya lagi. Dari bekerja sebagai kasambahay uangnya digunakan untuk pulang ke Cebu. Dia ingin bertemu orang tuanya. Namun ternyata kedua orang tua Choa berhutang ke rentenir dan menjaminkan rumah serta tanah.

"Mereka tidak meninggalkan rumah karena mereka dibutuhkan untuk membayar hutang," dia berujar. Inilah hidup dimana Choa harus bekerja kembali buat membayar hutang orang tua.

Bisnis coklat


Umur 7 tahun sudah paham tentang konsep tablea. Adalah nama untuk jajanan coklat berbentuk tablet. Dia sudah tau bau coklat bahkan dari jauh. Inilah dasar dia menjadi ahli coklat untuk membangun bisnis Ralfe Gourment Chocolate Boutique, dimana dia memulai usaha dari 2010.

Layaknya kisah film Charlie and the Chocolate Factory, dia ingin berbisnis coklat sendiri. Awal sih dia tidak paham mengenai detailnya. Hanya saja Choa mau berbisnis tablea buat bertahan hidup. Dia lantas meminta diajari nenek. Choa belajar membuat coklat hingga bagaimana membuat minuman coklat.

Disaku Choa ada 10.000 peso dan membelikan ratusan kilo biji coklat. Dari sanalah, dia belajar aneka cara membuat produk coklat, mulai mengeringkan, menggoreng, dan membuat biji tersebut menjadi aneka bentuk produk olahan.

Bukan perkara mudah berbisnis. Ketakutan akan biji- biji coklat tidak laku dipasaran hinggap. Dia takut kalau bisnis tidak berkembang. Maka berkardus biji coklat akan terbuang sia- sia. Bagi seorang chef untuk olahan coklat, kualitas biji segar memang sangatlah penting, jadi apa solusi buat bisnis Choa sekarang.

Dia ingat bagaimana seorang chef sekitar mengejek. Menyebut coklat miliknya adalah dirty- chocolate. Ini karena proses pembuatan masih menggunakan tangan. Namun dia tetap percaya diri atas apa pengajaran dari nenek. Karena juga Choa menyukai buatan tangan langsung lebih nikmat.

Bisnis Choa makin mengembang. Beruntung dia didukung oleh suami, Alfred, seorang teknisi mesin, dan juga rekan bisnisnya, Edu Pantino, yang mendukung langkahnya. Sampai dia mendapatkan julukan orang- orang sebagai ambasadornya coklat di Filipina.

Tidak ada rahasia dalam berbisnis coklat. Dia menyebut passion dan cinta kamu punya. Jikalau kamu melihat sesuatu penuh cinta. Bermodal sebuah bisnis sederhana dia menjadi ahli coklat. Tawaran franchise mengalir dari China atau Taiwan tetapi dia malah menolak.

"Kamu memberi apa yang terbaik apa yang kamu punya," tutur dia. Akan tetapi untuk franchise dia memilih tidak karena menurut Choa bisnis soal keluarga dan anak- cucunya kelak.

Bisnis passion


Banyak orang tidak tau bahwa dia terlahir miskin. Bayangkan dia cuma makan nasi sekali setahun, sisanya makan jagung dan sayuran saja. Dia tinggal bersama nenek di rumah kaki gunung Barangay. Disana dia mulai belajar bertani, menjual sayur, dan biji coklat. Menjadi petani coklat sejak kecil diajari neneknya sendiri.

Dia ingat berjalan melewati sungai agar dapat sekolah. Bersemangat dia mampu menjadi siswa berprestasi di sekolah. Meskipun dia harus belajar tanpa lampu karena tidak ada listrik. Dia lantas tinggal dan bekerja di Manila. Choa mencucikan baju orang, menjual lilin, sampaquita hanya untuk bertahan hidup.

Dalam sebuah artikel dia menyebut tidak pernah menyesal. Dia tidak pernah menyesal terlahir miskin. Choa tidak pernah susah ketika masih kecil. Bahkan menurunya karena itulah menjadi dorongan baginya agar bisa seperti sekarang. Berkat itu dia sangat menghargai kenikmatan apapun meski sedikit.

"Masa kecil saya menyenangkan dan gembira. Hidup saya itu mudah, bersemangat menunggu musim panas tiba. Jikalau ini bukanlah bagian dari masa kecil saya, maka saya tidak akan seperti sekarang saya. Semakin kamu menderita, semakin kuat kamu," tegas Choa.

Entrepreneur satu ini memang sangat optimis. Di masa mudanya, Choa tidak pernah berharap akan kaya, ia hanya bermimpi bahwa dia akan bekerja kantoran dan bagian dari perusahaan korporasi. Dia mengakui ia tidak pernah bermimpi akan menjalankan usaha sendiri seperti empat tahun belakangan ini.

Sebagai pengusaha wanita, seorang business woman, maka dia menyarankan kamu agar tetap semangat buat menjalankan bisnis baru mu. Jangan pernah menyerah, kamu harus mencoba sesuatu yang baru, kegagalan akan selalu mengikuti keberhasilan, dan menempatkan kita berbeda dari orang biasa lakukan setiap hari.

Buatlah produk bernilai dibicarakan dan bernilai uang. Pastikan kamu selalu punya pengalihan. "Jikalau orang terus membeli produk kamu, maka kamu ada di jalur tepat," saran Choa.

Ingatlah selalu mendukung pembeli. Berikanlah apresiasi kepada pelanggan. Dia mencatat: Ketika kamu mulai berbisnis jangalah memikirkan tentang pesaing. Jangan sibuk sendiri mengamati mencoba mengalahkan pesain, namun jadilah lebih percaya diri akan kemampuan sendiri.

Akan selalu ada batasan kamu dengan kompetitor. Malah kalau kamu fokus diantaranya, kamu akan hilang fokus karena kita akan selalu bersaing. Fokuslah ke kepercayaan diri bahwa kamu lebih unik. Pasaran akan luas bagi kalian berdua jika kamu percaya. Carilah perbedaan dan lebih banyak latihan agar menonjol lagi.

Choa meyakinkan kita bahwa bisnis bukan tentang memiliki setumpuk modal. Taruhlah kepercayaan diri jadi investasi dan passion menjadi modal kapital kamu.

Usaha dari nol


Karena miskinnya keluarga Choa tidak dapat membeli susu. Maka sumber nutrisi mereka hanya coklat yang mereka tanam sendiri. Mereka minum coklat meski pahit tanpa gula. Ini menjadi nutrisi mereka sehari- hari. Kenapa pahit tanpa gula, ternyata keluarga Choa memilik filosofi sendiri, bahwa gula tidak baik bagi coklat.

Umur 13 tahun, dia bekerja sendiri pulang- pergi, lantas membuka kantin sendiri di pabrik. Dimana dia lalu bertemu rekan satu kerjanya di pabrik. Seorang entrepreneur Alfred Choa, yang umurnya 18 tahun waktu itu. Menjadi ibu rumah tangga dia masih bersemangat membuat aneka coklat sendiri dari kedua tangannya.

Tahun 2009, kebakaran melanda rumah mereka, dan Choa akhirnya meminta diajari membuat tablea. Dia lalu mendandani garasi, memasang meja billiar, dan menjual tablea dan produk coklat lainnya sementara dia mengawai renovasi rumahnya.

Apapun kamu lakukan lakukan passion kamu. Pikirkan sesuatu yang unik seunik kamu sendiri. "Itu ada di tangan kamu," ujar dia. Lakukan sesuatu datang dari hati. Jangalah kamu sekedar mengikuti tren. Lakukan apapun untuk menggapai kebahagiaan kamu. Itulah yang akan nampak di hasil akhir produk kamu nantinya.

Kenapa memilih berbisnis coklat? Dia mengenang pembicaraanya bersama Edu Pantino. Seorang Argentina yang mau bekerja sama dengan Choa. Dia sebenarnya sudah tau bahwa coklat bisa dijadikan sesuatu dari masa kecilnya.

Orang Argentina ini menantang Choa tentang produk andalan Filipina. Akhirnya dia terkenang namanya satu produk "tablea". Cukup lama sebelum membuka bisnis dia berpikir. Aneka ide mentok hingga dia bertemu coklat. Yah Choa akan berbisnis jamuan aneka produk coklat -termasuk tablea- yang dibuka di garasinya.

"Harta karun saya dan membuka kan jamuan coklat di garasi rumah kami," ia menjelaskan. Choa tidak cuma menjual coklat murni. Dia menyediakan aneka makanan, seperti pizza dan pasta yang juga dibumbui coklat tentunya. Tidak butuh waktu lama mengimplementasi ide membuka usaha serba coklat tersebut.

Sebagai ibu rumah tangga, beranak delapan, maka sudah biasa baginya bekerja di dapur. Dia cukau mulai lagi mengingat ajaran nenek. Dengan belajar lebih intensif kembali maka dia menemukan celah. Dari satu ke dua eksperimen mampu dia menciptakan produk unik dan menu enak yang dijualnya lewat tiga bisnisnya.

"Ini tidaklah mudah," dia menambah.

Dia menciptakan ratusan kilo tablea untuk bahan masakan ke hotel- hotel sekitar. Dia dibantu Pantino masuk ke hotel sebagai teknisi coklat. Dia secara bertahap menjelaskan tablea sebagai produk berkualitas nasional. Mulai mereka menerobos jaringan hotel internasional dan menjadikan seni membuat coklat diakui dunia.

Bisnis keluarga


Ingatan Choa kembali ke jaman umur 8 tahun. Dia ingat sang nenek menyiapkan tablea. Membuatnya jadi makanan lain nikmat dimulut gadis kecil itu. Waktu itu dia belum menyadari bahwa biji coklat atau kakao adalah bahan utama membuat coklat manis. "Itu adalah sarapan kami setiap hari," kenangnya.

Ketika nenek menjelaskan coklat merupakan pengganjal perut mereka. Dan coklat memiliki kandungan gizi baik. Choa mendengarkan seksama penjelasan tersebut. Maka ketika dia mendapatkan resep bagaimana membuat tablea tertanam dibenaknya.

Dia lantas dinikahi pengusaha, Alfred Choa, diumur 16 tahun dan kecintaan akan coklat semakin membesar. Justru ketika menjadi ibu rumah tanggan dan memiliki delapan anak, ibu dari Michael Ray, Michelle Honey, Anthony, Jonathan, Hanna, Alfredo, Rose Angeline dan John Paul, justru malah menjadi pemilik perusahaan sendiri.

Masa kecil sulit membuat dia tidak takut akan resiko. Dia percaya diri mengambil keputusan di perusahaan. Ia menjadi seniman coklat dimana coklat mengalir di imajinasinya.

"Sukses berarti melalukan hal baik. Saya melakukan hal baik dan seterusnya," ujarnya.

Sukses tablea membawa visi Choa ke masa depan. Dia ingin mengekspor produk coklat khas Filipina jadi komoditi internasional. Fakta dijelaskan Choa, negara mana yang mendapatkan pohon coklat pertama, yaitu ketika Spanish mulai menjelajah tahun 1670.

Jawaban tersebut pasti sudah kamu ketahui. Selanjutnya mimpi wanita 36 tahun ini bagaimana cara membuat produk coklat Filipina mendunia. Dan jika dia ingin lakukan itu, dia akan membawa lebih banyak kardus berisi coklat dan membawa ke pasar global.

Dia memutuskan akan mengekspor coklat. Bukan cuma berkardus coklat siap makan. Tetapi bagaimana cita rasa coklat khas Filipina menyebar ke dunia. "Saya tidak pernah berpikir saya akan berbisnis dengan coklat sekarang," ia tambahkan.

Biografi Inspiratif Robert Herjavec Shark Tank

Biografi Pengusaha Juri Shark Tank



Juri Shark Tank satu ini telah membuktikan fakta tentang imigran. Bahwa imigran siapapun mampu merubah nasib. Dan juga bisa merubah dunia tempatnya menetap tinggal. Kelahiran Kroasia, sebelumnya Yugoslavia, 14 September 1962 merupakan pemilik Herjavec Group. Yang nilai kekayaanya naik tetap dari angka $200 juta.

Dia adalah pengusaha asal Kanada. Seorang investor handal sekaligus penulis buku. Dia semakin terkenal ketika dia menjadi salah satu juri Shark Tank.

"Terkadang itu terasa kamu tidak layak masuk kesana," kutip Herjavec, merujuk kepada keadaanya sebagai orang imigran.

Herjavec tumbuh di Zbjeg. Namun terpaksa meninggalkan negeranya karena sang ayah. Ceritanya bahwa ayah Herjavec merupakan toko vokal. Alhasil, pada umur delapan tahun, tanpa tau sebabnya maka dia ikut dibawa keluarganya keluar dari wilayah konflik

Satu keluarga kemudian sampai di daerah bernama Halifax bermodal satu koper, dan uang $20. Bagianya ia merasa hidup sangatlah sulit. Waktu itu dia hanya bocah biasa, yang bahkan tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Transisi hidup memang sulit dimana dia lantas tinggal bersama nenek di sebuah pertanian.

Merasakan hidup sebagai petani harus mengikuti tradisi sekitar. Diantara tetangga baru yang sama bekerja jadi petani, dia menemukan fakta bahwa keluarga Herjavec lebih miskin, dimana dia merasa minder akan hal tersebut untuk bersosialisasi sebagai masyarakat ekonomi lemah.

Dia mengenang sang ayah bekerja di pabrik. Menghasilkan kurang lebih $76 seminggu -atau setara $464,26 jika tidak terpengaruh inflasi- di 2015. Dia kemudian mengenang "bully" dirasakan ketika sekolah. Pernah ia mengadu kepada ibu karena diejek teman sekelas karena miskin.

Bayangkan ayah Herjavec bekerjanya jalan kaki. Dia mengumpulkan uang ongkos naik angkot, sampainya di rumah, ketika dia mendengar ucapan sang anak. Ayah Herjavec berkata,"jangan pernah mengeluh," yang mana menjadi kata bijaknya hidup sampai sekarang.

Dia sangat mengagumi sang ayah. Dia menjulukinya "pria tangguh, yang sangatlah tangguh." Perkataan sang ayah akan jangan mengeluh mendorong dia maju. Keinginan akan membangun kemapanan semakin tumbuh. Tambahan dorongan lain ialah ketika dia mendapti sang ibu ditipu mentah- mentah.

Bayangkan seorang salesman datang, mengajak ibunya membeli alat pembersih debu seharga Rp.500, dan itu setara gaji ayah seminggu. Kejadian tersebut mendorong Herjavec harus lebih cerdas. Pemikirannya ialah dia bersumpah tidak mau lagi orang tua ataupun dia dimanfaatkan orang lagi.

Tahun 1984, dia lulus kuliah dari University of Toronto, dengan latar pendidikannya Ilmu Bahasa Inggris dan juga Ilmu Politik. Dia bekerja agar mampu mencukupi keluarga. Dia mengambil aneka pekerjaan dengan gaji mepet upah minimum di 1990 -an, seperti menunggui meja, mengantar koran, menjadi sales, debt collector.

Imigran sukses


Dia mendeskripsikan dirinya sebagai "Imigran dalam kapal". Merujuk pada imigran Timur Tengah yang mulai masuk ke Eropa melalui kapal- kapal kecil. Umur delapan tahun dia merasakan sendiri ikut ayahnya masuk ke Kanda menghindari penjara.

Dia mengenang bagaimana dia tidur di basement. Cuma punya satu sepatu terpasang dikakinya. Mungkin ia merasakan kemerdekaan di negara baru. Namun perasaan emosional melanda transisi hidup Herjavec. Dia menginjak dunia baru berbeda. Herjavec bahkan dibully teman sekelas karena hidup miskin sebagai imigran.

Ia bahkan dipukuli karena memakai pakaian tidak keren. "Ketika saya berkata kepada ibu saya, dia lantas berkata, "Robbie, tidak ada seorangpun di dunia lebih baik dari kamu dan kamu tidaklah lebih baik dari siapapun di dunia"," ia berkata kepada majalah Entrepreneur bahwa mengeluh tidak ditolerir.

Tumbuh besar dia sempat merasa minder. Dia merasa semakin seperti orang asing di negeri asing. Sempat ia melihat ayah berangka kerja berjalan kaki. Ayahnya bekerja menjadi tukang sapu di sebuah pabrik. Lalu ia menjadi saksi ibunya ditipu tukang jual mesin penyedot debu.

"Saya menyadari bahwa dibandingkan orang lain, kami sangatlah miskin," kenangnya. Umur 14 tahun muncul rasa ambisi untuk menjadi multi- miliarder, karena ia ingin memberikan kehidupan keluarga lebih baik.

Ia ingin lebih dari bayangan kosong keluarga tentang "kembali ke Kroasia". Dia tidak mau keluarganya malah kembali kesana dan memulai dari nol (lagi). Herjavec menginginkan hidup diatas semua pikiran liar tersebut. Dia lantas berkata kepada orang tuanya bahwa dia akan menjadi bos.

Seseorang yang tidak akan dipecat dan bisa bersantai. Bukan hidup seperti pekerja pabrik bersama ayahnya dulu. Dia ingin menjadi seseorang yang bebas menentukan jadwalnya sendiri. Dia mau menjadi entrepreneur. Bekerja seadanya seperti cerita diatas, dia mulai bekerja lebih keras agar menjadi sosok seperti di citakan.

Karir bisnis


Karir di bidang perfilman dimulai sejak dini. Dia bekerja di belakang kamera di berbagai rumah produksi. Ia kemudian menjadi asisten direktor, filmnya seperti Cain and Abel dan The Return of Billy Jack. Karirnya di bidang ini mengalami puncak sebagai produser siaran langsung Olympic Musim Dingin XIV untuk Global TV.

Herjavec mendapatkan penghargaan termuda meliput Olympic. Mencari pekerjaan dibidang produksi, ia lantas mendaftar ke perusahaan Logiquest menjual produk IBM, namun karena tidak sesuai pengalaman maka dia ditolak. Herjavec tidak putus asa malah menawarkan bekerja selama enam bulan tanpa gaji.

Karena dia bekerja gratis maka Herjavec mencari sambilan. Bekerja keras lalu naik pangkat sangat jauh yakni menjadi Jendral Manajer di Logiquest. Di 1990 -an, dia dipecat oleh perusahaan, lantas mendirikan perusahaan sendiri bernama BRAK Systems, perusahaan keamanan internet Kanda, berkantor di basement rumah.

Kemudian BRAK Systems sendiri dijual ke AT&T Canada di Maret 2000 senilai $30,2 juta. Dan setelah tiga tahun pensiun, serta menumpang tinggal di rumah ayahnya bersama tiga anaknya, akhirnya Herjavec menemukan satu lagi perusahaan bernama Herjavec Group di 2003.

Bisnisnya meliputi keamanan jaringan internet, menjual dan memanajemen layanan provider, dimana dia jadi CEO perusahaan. Perusahaan ini tumbuh sangat cepat dan menjadi provider IT terbesar Kanada, menurut Branham Group. Herjavec Group (THG) memiliki tiga pegawai di 2003 jadi 150 pegawai pada tahun 2013.

Total pertumbuhan perusahaan 630% dari 2007- 2014 lalu. Dari penjualan yang cuma $400 K pada 2003 menjadi $125 juta masuk 2012. Perusahaan mencapai target penjualan lebih dari $500 juta.

Mimpinya menjadi imigran sukses telah tercapai. Dia selalu percaya akan hidup sukses dan akhirnya sukses melebihi imajinasi terliar. Hidup baginya terbagi dua, orang yang sudah ditakdirkan Tuhan sukses sejak lahir dan mereka yang menjangkaunya kesuksesan.

"Saya salah satu diantara orang yang sukses karena menanggung luka di kehidupan mereka, yang tau bahwa mereka tidak akan mampu bertahan lagi dan mau merubah nasib," imbuhnya kepada Entrepreneur.com

Menjadi imigran, kemudian mendapatkan kewarganegaraan Kanada tidak mudah. Dia tidak seketika jadi warga negara karena entrepreneur. Butuh waktu contoh saja entrepreneur salain dirinya. Mereka harus siap menghadapi perbedaan budaya dan bahasa, dan norma hidup sementara tetap berusaha agar sukses.

Menurutnya tidak sangatlah sulit menjadi entrepreneur imigran. Susah buat mencampur di tempat tinggalnya sekarang. Namun tidak berarti menghentikan kamu mencari tempat menjadi sukses. "Tidak masalah siapapun kamu atau darimana pun kamu," Herjavec menambahkan lagi.

Pada dasarnya dalam hati terdalam orang tidak peduli. Tidak peduli warna kulit. Tidak peduli tentang apa agama ataupun jenis kelamin. Mereka cuma peduli berapa nilai kamu taruh dalam kehidupan.

Hidup biasa


Pilihan terbaik seorang Herjavec bukanlah memilih berbisnis awal. Bukanlah belajar bahasa baru agar bisa menyatu dengan lingkungan. Bukanlah pula menjual perusahaan ke AT&T untuk jutaan dollar. Adalah dia memutuskan untuk menolak virus dia sebut hidup biasa. Menolak hidup biasa saja dalam bentuk apapun itu nanti.

"Dunia tidak menghargai kebiasaan," ujar Herjavec. Kamu harulah menjadi hebat untuk sesuatu. Tidak ada namanya cukup baik. Cuma ada terbaik ataupun kata lebih hebat. Pengusaha besar bermata biru savir, sekarang berumur 52 tahun, kini menduduki posisi sebagai pemilik perusahaan keamanan internet.

Dengan sagala macam masalah dilalui. Dia pernah bekerja menjadi penjual koran loh. Juga pernah bekerja menjadi kolektor utang. Dia pernah bekerja menjadi pembersih lantai bergaji $76 per- minggu. Herjavec memang hidup berkecukupan tetapi dia ingin lebih.

Umur 14 tahun dia "digigit" serangga entrepreneurship. Dia lantas menyatakan keinginan menjadi pengusaha kepada kedua orang tua. Ayahnya lantas memberikan saran. Ayah Herjavec menunjuk jabatan tertinggi di perusahaan tempatnya bekerja. Tetapi sosok tersebut tidak membuat Herjavec berpuas.

"Bagi orang tua saya, orang itu adalah sosok paling sukses mereka tau karena dia adalah sosok yang tidak akan dipecat dan pekerja keras."

Tanpa adanya mentor membuat dia cukup kesulitan. Dia ingin menjadi orang yang tidak peduli akan gajinya ataupun sewa. Ingin menjadi seseorang sukses dan besar. Dia kemudian menyasar buku- buku menjadi sang mentor. Sasarannya tidak lain adalah kisah- kisah biografi pengusaha.

Dari sanalah dia menemukan tidak seorang pun peduli akan orang biasa. Kesuksesan adalah bisa dihitung. Ia mau menjadi sukses dan menghasilkan banyak uang. Atau apapun yang mendefinisikan kesuksesan tersebut. "Lakukan satu hal dan lakukan itu lebih baik dari siapapun," jelasnya. "Lakukaan apapun buat menjadi paling hebat."

Jika tidak mau, maka kamu tidak akan pernah melihat titik potensi kamu. Kamu tidak akan pernah sukses buat menghidupkan mimpi kamu.

"Temukan talenta kamu, jadilah hebat dan lakukan hal hebat dari telanta kamu sendiri. Jika kamu lakukan, tidak cuma kamu akan sukses, kamu akan mendapatkan kepuasan pribadi dan mencukupi sesuatu uang tidak dapat beli."

Catatan: foto diatas adalah fotor Robert Herjavic di rumah lamanya

Peci Kopiah Anak Bergambar Kartun Untung Jutaan

Profil Pengusaha Ahmad Irwan


 
Kopiah seoalah ditelan masa. Padahal jika kita runut kebelakang kopiah merupakan identitas. Tidak ada satu presiden yang tidak memakai kopiah. Seolah sudah menjadi identitas petinggi negara. Kegunaanya tidak lagi berhenti buat sholat tetapi fasion itu sendiri. Inilah nampaknya peluang ditangkap oleh Ahmad Irwan.

Siapa sangka sosok sederhana ini seorang pengusaha. Sukses bahkan katanya nih, Ahmad meraup omzet mencapai ratusan juta. Seperti ditulis di SindoNews dikatakan bahwa dia mengantongi Rp.500 juta. Atau dia menjual sebanyak 300 kodi sekali produksi per- bulan.

Bukan sembarang kopiah biasa. Usaha pembuatan kopiah ini menyasar anak- anak. Lewat imajinasi mereka lah pria asal Bogor ini kaya. "Saya saat itu masih buta soal bisnis," kenang Ahmad, ketika melihat sang ayah sedang menjalankan usaha keluarga. Usaha keluarga yang dirintis ayah Ahmad dulu tidak seramai sekarang.

Usaha tersebut dibangun di Gersik sejak 1970 -an. Kemudian berpindah tangan ke Ahmad karena ayah dipanggil Sang Khalik. Waktu itu, tahun 1991, dia masihlah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan waktu itu masih kelas 3 jadilah wajar tidak tau. 

Dia hanya tau perusahaan ayahnya membuat kopiah hitam. Setumpuk- tumpuk kopiah tanpa corak ditumpuk di pabriknya. Anak SMP itu lantas menyerahkan jalannya usaha kepada pegawai ayah.

Bisnis mendadak


Lantaran buta soal bisnis maka wajar dia dikibuli orang dulu. Dia lalu bercerita pelajaran pertama bisnisnya tentang kepercayaan. Pegawai kepercayaan keluarga malah membuat rugi. Selama berjalan waktu, dia baru menyadari, bahwa sang pegawai mengalihkan pembayaran klien ke rekeningnya sendiri.

Total dia kehilangan 30% transaksi bisnis. Menyadari hal tersebut, seketika dia meminta ijin kepada kepala sekolah buat waktu khusus untuk usahanya. Singkat cerita dia diijinkan mengurus ke Bank. Dia beri waktu khusus urusan ke Bank, yang mana waktu bukanya dibawah pukul 12 siang.

Memasuki masa SMA, tepatnya dua tahun kemudian, dia total mengurus usaha keluarganya itu. Dan anak sulung dari dua bersaudara tersebut tetap mendapatkan cobaan. Memang berbisnis tidak semudah membalik telapak tangan, ujar pria kelahiran 1974 ini.

Tahun 1998, usaha Ahmad terimbas krisis moneter, dimana cobaan sekarang berupa naiknya harga bahan baku membuat kopiah. Harga bahan baku melonjak tidak dapat ditebak. Kemudian tiga toko distributor di Pasar Anyer, Bogor, ketiganya terbakar sekaligus. Rugi besar lantaran barang distok ludes terbakar belum laku.

Krisis moneter membuat Ahmad kehilangan stok. Dia rugi lebih dari Rp.180 juta lantaran barang ludes ikut terbakar. Namun dia tetap berproduksi bermodal seadanya. Ayah empat anak ini mendapatkan cobaan lain yakni enam tahun selepasnya.

Dua toko milik distributornya di Pasar Tanah Abang terbakar. Kerugian mencapai Rp.100 juta, memang tak sebesar dulu tetapi membuat Ahmad tertekan. Dia sempat trauma buat berbisnis kembali. Karena kejadian kali ini dia sempat berhenti berproduksi. Ahmad sempat menjadi pengangguran karena tidak ada pilihan.

Rasa takut justru menjadi semangat. Entah mendapatkan ilham apa, ia malah bersemangat buat membuktikan bahwa dia bisa. Mungkin karena waktu itu dia merasa diremehkan orang. Perasaan dihina justru membuat dia bersemangat membukitkan, seperti dikisahkannya dalam artikel tersebut.

"Saya terpacu untuk bangkit kerena tidak ingin diremehkan, bahkan oleh keluarga sendiri," kenangnya. Inilah yang membuat proses produksi ditingkatkan.

Untung ada CSR dari Petrokimia menjadi jalan. Uang sebesar Rp.10 juta digunakan buat memproduksi. Dia kembali aktif dan mulai mengikuti sejumlah pameran. Dari sanalah lahir bisnis UD. Gading Gajah, yang mana produk andalannya NYIL dan Al Ichsan, yang mana bentuk ekspansi bisnis seorang Ahmad Irwan.

Melalui pameran dia mulai memahami selera pasar. Termasuk merencanakan penyempurnaan produk kopiah miliknya. Lankah selanjutnya dalam produksi ialah eksplorasi. Dia merancang kemungkinan buat membuat motif diluar kopiah hitam biasa.

Dia menemukan lebih dari 30 motif. Dia mantapkan diri menggarap pasar anak- anak. Kopiah yang memiliki aneka tema untuk desain motifnya. Ahmad membuat motif klub bola dan karakter kartun. Awalnya dia cuma mau menarik perhatian saja. Coba- coba dia melihat pasar dan pembeli meminati toko kartun seperi Naruto.

Dia lantas membuat aneka tokoh kartun. Daya tarik pasar didukung minat anak- anak sekarang. Juga satu kebutuhan akan orang tua buat mendidik anak beribadah. Ia mulai membuat aneka karakter kartun yang dia liat terbukti digandrungi anak- anak.

Kopiah motif bola juga menjadi primadona bagi pembeli anak- anak. Tidak cuma anak kecil tetapi dewasa juga punya. Alasan mereka karena ingin mengoleksi segala pernak- pernik klub kesayangannya. Mereka ini para kolektor pencari pernak- pernik. Juga dibuat kompak dengan atribut baju koko berkonsep club sama.

Bisnis Ahmad semakin sukses berkat tepat membidik pasar. Dia memindahkan pasar ke Sumatra dan hasil penjualan meningkat. Ahmad bahkan masuk ke butik loh. Harga jual ditawarkan juga naik karena sudah bisa masuk ke butik. Bagaimana dia sepintar sekarang, bukan lagi kalau tidak karena pengalaman bisnisnya.

Semua berawal dari pesanan dari pusat perbelanjaan Sarinah. Wawasan Ahmad terbuka tentang bagaimana cara masuk ke butik. Alhasil sekarang dia mencetak dua jenis: kopiah buat pasar tradisional dan buat pasar swalayan atau butik.

Bisnisnya tersebar ke Sumatra, yakni Pekabaru, Medan, Palembang dan Batam. Untuk pasarnya di Jawa ada di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Perbulan dia memproduksi 500 kodi omzetnya mencapai Rp.500 juta. Ia bahkan menyebutkan omzet naik dua kali lipat, utamanya ketika masuk dua bulan menjelang puasa. Dia mendapat Rp.300 juta untuk bulan puasa saja. Nilai omzet segitu jelasnya berasal dari butik mencapai 60 persen dari penjualan.

Harga jual butik dikisaran Rp.600 ribu sampai Rp.1 juta per- kodi. Kalau harga di pasaran tradisional cuma mencapai Rp.350 ribu per- kodi. Ahmad juga tidak seketika memasarkan produk ke suatu tempat. Dia lebih memilih mengamati pasar agar produknya sesuai.

UD Gading Gajah memilih fleksibel soal produksi setiap bulan. "...supaya sama- sama menguntungkan," imbuh dia. Dia sendiri tidak takut bersaing dengan produk serupa dari produksinya. Ahmad malah bangga karena menjadi pelopor bisnis kopiah.

Dia meyakini kopiah harus makin kreatif. Supaya tidak ketinggalan ditelan masa. Kunci suksesnya berada di selalu fokus mengerjakan sesuatu. Jangan menyerah ketika ada masalah. Ahmad juga mengingatkan agar kita selalu kreatif menciptakan trobosan. Harus mampu mengamati produk apa yang disukai konsumen kalian.

Untuk itu dia bahkan membuat manekin sendiri. "...dan interior pameran supaya produk terlihat yang terbaik di mata konsumen," imbuhnya.

Dilarang Usaha Aqiqah Tetap Ngotot Hasilkan Ratusan Juta

Profil Pengusaha Teguh Arif Hidayat 


 
Menjadi pengusaha muslim usaha apa terbaik. Apalagi kalau bukan usaha aqiqah. Ini salah satu ajaran yang disunahkan umat muslim. Bayangkan 4,5 juta bayi terlahir dan beraqiqah menjadi sunahnya. Dan banyak umat muslim mulai sadar pentingnya beraqiqah. Di era sekarang aqiqah tidak lagi rumit banyak kemudahan.

Banyak pengusaha aqiqah bermunculan. Dari pengusaha veteran sampai yang pengusaha muda sukses. Salah satu pengusaha veteran dibidang aqiqah adalah Teguh Arif Hidayat. Tahun 2007 silam, dirinya mulai berbisnis aqiqah bernama As Shidiq. Kala itu mencari lembaga pemberi layanan aqiqah tidak semudah sekarang.

Ia harus mencari kambing atau domba sendiri. Saking sulitnya mencari, sampai Teguh mendapatkan kambing dari daerah Priuk, Jakarta Utara. Disitulah ide mengenai usaha aqiqah terbentuk. Kenapa tidak dia memberi layanan penjualan sekaligus pengolahan menjadi satu, sebuah bisnis profesional seperti sekarang.

Uang tabungan sebesar Rp.750 ribu dijadikan modal. Taguh lantas membeli beberapa peralatan memasak dari kompor dan penggorengan. Uniknya kambing dan domba baru dibeli setelah ada pesanan. Jadilah Teguh mulai menawarkan usaha aqiqah tanpa kambing.

Sukses nekat


Strategi bisnis Tegus mudah kok. Dia langsung membagi brosur. Mencetak brosur mengenai usahanya lantas menempelkan di tempat strategis. Paling menarik iyalah Teguh menitipkan brosur ke apotik. Kemudian dia juga memberikan informasi kepada rekan kerja, tetangga, dan saudara.

Untuk layanan tambahan, dia mendobrak lewat cara mencicil kambing. Ini dapat mempermudah masyarakat menyiapkan aqiqah anak jauh hari. Nilai angsurang disesuaikan harga hewan ditambah perkiraan kapan si calon bayi lahir. Hasil layanan tersebut terbukti manjur. Bulan pertama berbisnis dia mendapatkan 7 pesanan kambing.

Pada bulan kedua dia mendapatkan 12 ekor. Bulan ketiga mendapatkan pesanan sampai 20 ekor. Usaha dia jalankan membaik membuat rekan kerja Tegus ikutan. Dia memberikan suntikan dana modal Rp.5 juta ke Teguh. Rekan kerja Teguh itu juga menunjukan tempat pemasok kambing dan domba asal daerahnya.

Semenjak itu pula usaha dijalankan Teguh makin berkembang saja. Sukses bukan berarti ia lekas puas akan hasilnya. Dia ngebut membeli lahan untuk dibangun rumah 3x5 meter sebagai dapur dan kandang. Rumah yang terletak di bilangan Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Rumah tersebut dijadikan tempat penggemukan kambing. Tempat pemotongan kambing sekaligus dimasak di sana. Teguh yakin akan kualitas nomor satu selalu punya cara meningkatkan itu.

Cara meningkatkan layanan seperti membuat varian masakan. Aqiqah bernama As Shidiq ini memiliki aneka menus seperti tongseng, gulai semur, kare, dan lainnya. Untuk kambing atau domba orang bisa datang ke tempatnya buat memilih langsung. Pembeli juga bisa melihat proses penyembelihan langsung.

"Ada bonus buku risalah akikah dan jika diperlukan dokumentasi hewan," ia tambahkan.

Memang inovasi layanan selalu diberikan Teguh. Bahkan dia sudah masuk ke ranah internet lewat website milik sendiri www.akikahmurah.com. Dimana dia menyampaikan tipe layanan akikah. Juga termasuk harga kambing atau domba dijual serta aneka promosi lainnya.

Informasi lain juga berupa edukasi tentang aqiqah. Dia mengedukasi calon konsumen sehingga tidak salah memilih. Namun startegi melalui internet bukanlah strategi utama. Kesuksesan aqiqah As Shidiq memang dari offline. Dimana 90 persen konsumen baru merupakan hasil rekomendasi pelanggan.

Sukses layanan


Memberikan layanan satu atap membuat aqiqah lebih menarik. Berbeda jika dulu dimana orang harus cari sendiri kambing ditambah masak sendiri. Konsep one stop solution dianggap lebih murah, serta gampang buat dijalankan, maka pelanggan tidak perlu khawatir kehabisan waktu buat aqiqah.

Pelayanan terbaik selalu diberikan Teguh. Dia sendiri mampu menjual sampai 750 ekor kambing atau domba per- bulannya. Mengejutkan omzet diraup Teguh telah mencapai Rp.750 juta. Untung kotornya sampai 20- 30 persen dari harga satu kambing yakni Rp.600 ribu sampai Rp.1 juta.

Teguh sadar membuka usaha aqiqah berarti ibadah. Makanya dia lebih memilih menyasar masyarakat kelas menengah bawah. Ini ditunjukan dengan kemudahan membeli kambing atau domba lewat angsuran. Dia ingin mengedukasi bahwa aqiqah bisa murah. Orang Islam bisa mengikuti sunah tanpa khawatir soal uang lagi.

"Selama ini persepsinya aqiqah mahal, padahal tidak," imbuh dia. Dia bahkan menyebutkan uang Rp.400 ribu sudah dapat kambing dan diolah secara syar'i. "...umurnya cukup dan sehat," tambahnya.

Seiring kemajuan usaha aqiqah, pria penghobi baca ini melebarkan sayap ke bisnis lain. Seperti katering dan restoran khusus kambing atau domba. Semua karena permintaan konsumen sudah terpenuhi. Ia menambah lagi bahwa bisnis katering sejalan bisnis aqiqah. Berarti orang dapat memasakan ke dia langsung tanpa repot.

Dia juga menyiapkan peralatan makan lengkap. Jadilah orang tinggal cari tempat buat acara aqiqah dan isi semua ditangani As Shidiq aqiqah. Semua makanan tinggal dihidangkan ke pengunjung acara aqiqah. Untuk usaha resto dibuka di JL. Ciledug Raya, Petukangan Selatan. Menu disajikan sate kambing dan domba dia sendiri.

Walaupun terlihat biasa, restoran dihadirkan Teguh, menurut klaimnya memiliki cita rasa berbeda. Dimana dia menyuguhkan sate barbeque, saos padang dan lada hitam. Suami dari Nurlela ini memang memiliki semangat wirausaha tinggi. Dia bahkan tengan mengkonsep sistem kemitraan modal agar usahanya makin menyebar.

Dia tidak memilih waralaba atau franchise. Dia lebih memilih ke sistem pendanaan bersama. Join venture mungkin istilah tepat buat usahanya. Dari pihaknya yang akan mengelola sementara hasilnya bagi hasil.

Dilarang jadi pengusaha


Kisah sukses Teguh bukanlah tanpa hambatan. Orang tua mana mau anaknya jualan kambing. Padahal dia sudah disekolahkan tinggi- tinggi sampai kuliah. Padahal dia bekerja di perusahaan sekelas Nokia. Ganjalan hati tersebut sempat membuat usahanya agak tersendat. Apalagi ketika dia memutuskan keluar dari perusahaan.

Orang tua mana mau anaknya bergaji tinggi kini jualan kambing. Pilihan sulit diambilnya di tahun 2008 tetapi dia sudah melihat arah bisnisnya. Dalam benaknya ada kegamangan antara membesarkan perusahaan orang lain atau menjadi pemilik usahanya sendiri. Waktu itu permintaan kambing aqiqah sudah meledak butuh dia disana.

Butuh seseorang buat menjalankan usaha aqiqahnya. Dia sendiri harus turun tangan. "Tidak enak juga jika harus sering terlambat ke kantor. Apalagi tanda tangan saya diperlukan untuk mengambil suku cadang," ia mengenang. Orang tua langsung protes mempertanyakan keputusan Teguh keluar dari kantor.

Masuk akal karena berkat orang tua, Teguh bisa lulus kuliah jurusan ekonomi di Universitas Budi Luhur, dia ingat betul kedua orang tuanya bekerja keras banting tulang. Tetapi dia tetap yakin ngotot melanjutkan usaha di bidang aqiqah ini.

Dia membuktikan bahwa jualan kambing bisa sukses. Bahkan dari usahanya kini, Teguh mampu mengakat kedua orang tuanya berangkat haji. Dia juga membantu adik sampai kuliah. Tidak perlu khawatir karena omzet usahanya sudah ratusan juta dan punya restoran sendiri.

Seiring usaha berkembang jumlah pegawai meningkat. Dia memiliki 29 pegawai bekerja. Dia mengambil orang- orang yang minim keahlian. Sebagian besar merupakan buta aksara yang membutuhkan pertolongan.

Bakso Rumput Laut Mahasiswa Maha Bakso

Profil Pengusaha Zaenal Arifin dan Mohamad Haiba 



Bosan akan bakso itu- itu saja. Zaenal Arifin bertekat membuat perbedaan mencolok. Bersama rekannya sesama mahasiswa, Mohamad Haiba, mengembangkn bakso berbahan rumput laut. Tidak cuma sebatas itu, mereka lantas mengembangkan bakso kelapa muda. Jika dilihat bentuknya tidak berbeda sama- sama bulat.

Bakso buatan Zaenal tidak sekedar daging sapi. Tambahan rumput laut menjadikan bakso makin gurih. Dia juga punya senjata lain yakni bakso jamur. Berkat ide kreatif dua orang mahasiswa mampu meraih omzet mencapai Rp.13 juta.

Mahasiswa salah satu Universitas Swasta asal Jombang. Bermodal semangat kewirausahaan membuka satu gerai bakso di Jalan Raya Ceweng No.9, Kecamatan Jombang, Jawa Timur -depan SPBU Ceweng. Kedai bakso buka pukul 10.00 pagi sampai 10.00 malam.

Cara membuat bakso umum. Bedanya ditambah berbagai bahan, termasuk rumput laut, kelapa muda, dan juga jamur kecil- kecil. Semua dicampur bareng menjadi satu adonan. Rebus sampai matang sampai dapat dihidangkan.

Kesan bahwa bahan baku biasa tetapi luar biasa. Para pengunjung mengaku senang bakso buatan Zaenal. Ia menyebut rasa rumput laut, kelapa muda, dan jamurnya bukan tempelan. Belum ada duanya di Indonesia kali yah. Sebagai mahasiswa keduanya mengaku senang dapat berbisnis sambil tetap berkuliah.

Berjalan sampai 1,5 tahun usahanya stabil. Rata- rata omzet Rp.13 juta selalu diraih. Gerai bakso yang lantas diberi nama Maha Bakso memang beda. Tambahan gerai milik keduanya memakai konsep lesehan. Konsep yang fokus menjadi tempat istirahat apalagi posisinya strategis arus mudik.

Di tempat ini diharapkan bisa menjadi tempat istirahat, meeting, ataupun sekedar ngobrol. Nuansa dibikinnya senyaman mungkin bermodal televisi laya datar dan alunan musik menghibur. Kedua mahasiswa ini masih mau terus berkreasi menciptakan bahan bakso lain, yang tidak melulu menggunakan bahan daging sapi.

Jual Ikan Lele Asap Piko Resign Pegawai Bank

Profil Pengusaha Al Iskandariah



Ide bisnis terkadang terinspirasi usaha lain. Kalau ada ikan bandeng diasap, kenapa tidak kita membuat itu dengan bahan ikan lele. Mungkin ini dibenak Al Iskandariah, pemuda 26 tahun asal Jambi yang mengaku dia berhenti menjadi pegawai Bank buat berjualan ikan lele diasap.

Jika umumnya pecel lele digoreng kini tersedia diasap. Pengusaha ikan lele asap ini mengatakan rasa disuguh berbeda. Menjadi wirausaha dianggapnya memilik tantangan. Idenya datang sendiri. "Jadi lelenya diasapkan, di- smoke," imbuh pemuda yang akrab dipanggil Piko.

Pemuda kelahiran 28 Februari 1988 memiliki cara pengasapan sendiri. Ia menyebutkan butuh 2 hari atau 2x 24 jam tetapi kemudian dioven. Pertama diasapkan bawahnya pakai asap kayu bakar. Menggunakan asap berpanas 40- 50 derajat celcius. Tetapi jangan sampai ada baranya jelas Piko menjelaskan lebih.

Dia menambahkan jangan kayu sembarang kayu. Piko mengisyaratkan kayu dari pohon buah manis seperti buah rambutan. Kalau memakai kayu sembarangan maka rasanya tidak akan sama. Rasa cenderung pahit rasa ikan lele tersebut. Sayangnya, kayu seperti ini susah dicari, lantaran penebangan buat lahan dan pabrik.

Di Jambi menurut Piko memang susah di Sumber Daya Alam. "Kita perlu kayu, tetapi kayu langka," jujur dia. Modal awal usahanya sampai Rp.20 juta. Dimana untung dia raup mencapai Rp.40 jutaan sekarang.

Kedepan, dia berharap kemasan lebih bagus, jadi lele asap buatanya mencapai pasar modern. Caranya yaitu mengemas lebih berwarna dan menarik. Ia percaya diri akan mencapai pasar modern. Dia tidak tanggung keyakinan tersebut sudah dimulai dengan proses pengemasan. "...Insyaallah 3 bulan kedepan," tuturnya.

Dia rela melepaskan pekerjaan di perusahaan milik pemerintah. Bermodal tabungan Rp.20 juta dimulailah ia bekerja sendiri. Memang di benak Piko menjadi pengusaha lebih untung. Kini keberanian Piko terbayar dari keuntungan lebih tinggi dibanding gajinya dulu. Potenis bisnis lele dirasa memiliki potensi besar kalau serius.

Ia membeli lahan kemudian oven. Peralatan terpenting menurutnya adalah oven besar buat mengeringkan. Ia mengatakan fungsi oven buat menyempurnakan proses pengeringan. Ini dikatakan Piko sebagai ganti dari pengeringan lewat sinar matahari.

Cara Piko memang berbeda dan terbukti efektif. Fungsi pengeringan buat mengurangi kadar air ikan lele segar. Proses pengasapan sendiri butuh waktu 5 jam. Proses pematangan akan memunculkan aroma khas menggugah selera. Ikan lele asap akan terlihat mengkerut. Dia pun memiliki strategi menjual tersendiri lagi.

Ia mencoba membangun lele asap menjadi ikon Jambi. Dijualnya melalui toko oleh- oleh khas Jambi. Dia mempromosikan sebagai makanan ikonik budaya daerah. Dia membuat lele asapnya seolah harus dibeli jika kita mampir ke Jambi. Memang keraguan akan produk buatan rumah buatan Piko ada.

Tetapi dia menjawab keraguan tersebut. Dia sekarang membuat kemasan bersih, higenis, dan menarik buat ditenteng. Cara ini menjadi andalan agar meyakinkan bahwa lele buatanya sehat dan bersih. Tidak seperti hal ikan asap dipajang di pinggiran jalan. Cara kemasan juga digunakan untuk membuat tahan lebih lama lagi.

Tempat Makan Mahal Bercita Rasa Seni Tinggi

Profil Pengusaha Dara Setyohadi 


 
Muda dan cantik serta memiliki jiwa seni tinggi. Dara Setyohadi memiliki banyak prestasi. Didukung oleh kreatiftas membawa gadis kelahiran 18 September 1988 ini, memiliki kerajaan bisnis sendiri. Dari bisnis Hyde Restaurant & Bar, Maison Ten- Ichi, ARDS Studio, Gaia Tea & Cakes, dan Y&D Stylist Dinnerware.

Untuk bisnis terakhirnya yakni Y&D Stylist Dinnerware memang berbeda. Dia berkolaborasi dengan sang mama, Yulie Nasution Grillion, istri duta besar Paraguay untuk Indonesia. Perempuan cantik anggun bernama lengkap Adindara Jelita Setyohadi ini fokus di bidang interior dan arsitektur.

"Mama bilang, kalau aku udah suka seni sejak kecil," lanjutnya. Sejak TK pun, Dara sudah dikenal jagonya menggambar. Masuk SMA tahun 2006, memilih melanjutkan kuliah ke jurusan seni interior dan arsitektur di Lasalle Collage of the Arts Singapore. Dan tahun 2012 ia sudah menyandang gelar S2 untuk jurusan sama.

Sudah lulus kuliah tinggal bekerja. Dara seharusnya mudah mendapat pekerjaan. Ibu Dara dikenal memiliki perusahaan sendiri. Namun, dia memilih mandiri, wanita yang suka main piano ini memilih bekerja di galeri seni selama dua tahun di Singapore.

Di Indonesia, dia memilih bekerja menjadi pegawai di perusahaan interior. Selama enam bulan, kemudian ia mendapatkan proyek sendiri berbekal pengalaman dan kecerdasan. Kreatifitas mendorong dia membuka satu usaha yang sama dengan milik mama.

Selain bekerja Dara dikenal sebagai pemain piano. Tidak sekedar hobi tetapi dilanjutkan mengikuti aneka kejuaraan. Dia mendapatkan nilai tertinggi buat konser piano Yamaha tahun 2000, 2002, 2004, dan 2005.

Bisnis bersama


Dia tidak suka bekerja sendiri. Ia mengajak teman mengerjakan proyek. Termasuk bekerja sama dengan mama sendiri. "Aku banyak belajar bisnis dari mama, jadi kenapa aku enggak coba berpatner sama mama," jelasnya.

Karena passion mereka sama di bidang desain painting. Jadilah bisnis bernama Y&D Stylist Dinnerware, membuat desain buat tempat teh, kopi, atau perlengakapan makan ekslusip. Mereka pun memecahkan satu rekor MURI yakni "Kolaborasi Pertama di Indonesia Antara Ibu & Anak di Atas Porceline", sebuah karya seni.

Selain bisnis Y&D Stylist Dinnerware, dia bersama beberapa teman membuka usaha bernama Hyde. Yang mana menjadi tempat nongkrong keren menyalurkan kreatifitas.

Untuk bisnis kuliner sendiri Dara mengaku cukup kesulitan. Sudah berdiri sejak 2013 silam dimana banyak orang bergabung. Banyak karakter bercampur layaknya bumbu. Komplain sudah menjadi biasa, yang dapat dia lakukan cuma merubahnya menjadi bumbu memperbaiki kualitas pelayanan.

"Kadang bisa menimbulkan stress, tetapi ketika itu berhasil menjadi kepuasaan tersendiri," ujarnya merujuk kepada bisnis Hyde Restaurant and Bar.

Menjadi pemilik usaha maka lingkungan dibuatnya senyaman mungkin. Bukan cuma buat dirinya tetapi juga bagi karyawan. Wanita penggemar lukis ini sangat memperhatikan kesejahteraan mereka. Baginya mereka merupakan pilar bisnis mereka sejak dirintis.

Dara cuma mau apa adanya. Harus fleksibel soal bagaimana memanajeri karyawan. Ia melanjutkan bahwa ini merupakan bisns kreatif tidak bisa saklek. Dia harus memiliki komunikasi dua arah.

Selain dua bisnis diatas juga ada Yulindra Gallery. Menampilkan hasil painting dia keseluruhan. Salah satu proyek terbaik Dara adalah melukis tas Harmez bersama mama. Dia sendiri diminta langsung oleh rumah mode Lotuz bersama @hunt_street. Tujuan awal proyek tas Harmez ini sendiri adalah untuk acara lelang amal.

Bukan perkara mudah lantaran medianya kulit. Apalagi kulitnya hitam tidak mudah menempelkan warna. Dia kemudian mempostingkan itu ke Instagram. Alhasil selepas acara Dara mendapatkan banyak orderan. Dia sendiri tidak dapat menolak karena mereka orang dekat.

Keduanya benar mengambil rasiko. Bayangkan tas Harmez harganya mencapai ratusan juta. Soal melukis di kulit keduanya sempat berlatih dulu.

Bisnis ekonomi kreatif


Yuli, sang mama, dan Dara sudah dikenal sukses melukis porselin. Dimana kita tau mereka melukis di atas media keramik. Bedanya sekarang, mereka melukis di atas Hermes Birkin, yang mana itu merupakan wujud dari kelas pemiliknya. Harga tas ratusan juta sempat membuat keduanya nerves buat melanjutkan melukis.

Disisi lain, Dara bersemangat apalagi 100 persen hasil lelang akan disumbangkan ke Sampoerna Foundation, yang mana akan digunakan buat anak- anak Indonesia. Dia bersemangat karena belum pernah melukis seperti ini sebelumnya. "...saya cukup puas dengan hasilnya. Semoga banyak yang suka," tutur Dara.

Mereka melukis bunga tulip, mawar, dan jasmin, yang warnanya menonjol dan memiliki gradasi sempurna dengan latar belakang kulit hitam. Harga lelang di Gala Fashion Show tanggal 22 Maret 2016 mencapai nilai Rp.260 juta atau dua kali lipat dari harga sebenarnya.

Pengusaha cantik ini mengendalkan jiwa seni tinggi. Yuliandra Gallery memajang peralatan makan dengan seni lukis diatas. Produknya memang bertaruh pada nilai artistik. Yuliandra memproduksi berdasarkan tema, sebut saja bunga tulip atau Blooming Blossom, lalu ada tema bunga jasmin.

Dia bekerja sebagai Painting Artist dan Art Director di usaha sang mama ini. Dia bertanggung jawab atas hal desain buatan tangan. Inilah kenapa terlihat ekslusip diburu kolektor. Bahan baku juga dibuat khusus jadilah ini tidak cuma melukis diatas benda.

Sebut saja Yuliandra pernah menerbitkan koleksi ke- 3 menggunakan bahan bone china. Peralatan makan ini disebutkan Dara menggunakan teman jasmin. Tidak cuma mendesain ataupun dilukiskan. Dara dan usahanya juga memberikan kesempatan buat menatakan ruang pembeli. Tujuannya agar selaras dengan dinnerware karyanya.

Bone china merupakan sebutan bahan. Katanya lebih baik dibanding keramik ataupun porselin. Bahan yang ringan tetapi tidak mudah pecah -jika tidak dibanting. Harga per- set dinnerware naik sampai Rp.1.500.000 per- set. Butuh waktu 4- 5 bulan untuk membuat satu setnya. Sedangkan porselin dibutuhkan 2- 3 bulanan.

Agar pembeli lebih tertarik ada kekhususan. Dia mengaku per- tema cuma akan dibuat tidak lebih dari 1.000 buah. Sebagai pengusaha muda, tidak sekedar khusus orang tertentu, dia memiliki hasrat agar lebih banyak orang memakai. Itulah ada lini ke dua, satu usaha fokus memproduksi besar- besaran buat masyarakat.

Meski berarti bersaing dengan produsen masif peralatan makan umum, tidak takut Dara buat hadapinya. Dia yakin karya miliknya cocok buat mereka pecinta seni. Dia fokus di barang yang tidak ada duanya di pasaran. Berkat visi dan ambisinya mulai banyak pihak hotel dan restoran tertarik akan karya Dara, mulai piring,cangkir teh dan kopi.

Inspirasi Mengajari Anak Sholat Berbuah Bisnis

Profil Pengusaha Nenden Nurjanah



Inspirasi mengajarkan anak sholat berbuah manis. Dari sekedar ide dadakan berubah menjadi bisnis sukses. Inilah kisah Nenden Nurjanah (29 tahun), pengusaha pembuat sajadah khusus anak. Sajadah lucu dibuat khusus agar anak tertarik mau sholat. Warna- warna ngejreng menunjukan keceriaan sesuai dunia anak kita.

Meninggalkan bisnis semula mereka yakni pembuatan boneka. Berawal dari usaha milik keluarga bernama Panda Berdikari sejak 1982. Yang semenjak tahun 2005 mulai bergeser ke boneka peraga, khusus anak usia dini PAUD dan TK. Hingga tahun 2009 sepenuhnya berbisnis sajadah sampai sekarang.

Permintaan boneka menurun menjadi alasan lain. Berbekal bahan membuat boneka yaitu bahan katun serta diadora. Jadilah Nenden membuat aneka sajadah bermotif lucu. Sajadah bermotif kartun Thomas Kereta Api, Cars, Upin & Ipin, Angry Bird, serta motif buatan sendiri baik bertema binatang, tanaman, atau alat transportasi.

Total ada 40 motif diedarkan ke pasaran. Nenden dibantu delapan bekerja dan bertambah jika masuk empat bulan sebelum Lebaran.

Bisnis mengajar


Usaha bernama Nafeesa Kids ini bukanlah tanpa hambatan. Nenden sendiri mengaku tidak bisa jahit. Lalu dia mengajak sang suami bersama memulai dari nol. Dengan meminjam pegawai usaha keluarga, Nenden bersemangat menyambut pagi. Sang suami sendiri ikut membantu desain dan memproduksi.

Perempuan asli Bandung ini memang menyukai dunia anak. Sebagai pengajar baginya mengajak anak buat sholat harus sejak dini. Melalu bisnis ini dijadikan cara terbaik mengajar anak. Harga sajadah dibandrol itu seharga Rp.80 ribu sampai Rp.100 ribu.

Adapula berbentuk paket sajadah dan sarung seharga Rp.150 ribu. Kemudian adapula satu paket sajadah dan juga mukena seharga Rp.220 ribu.

Dia mengajak keluarga. Dibantu adik memasarkan produk ke berbagai penjuru. Untuk pemasaran utama dia fokus menggunakan sosial media, seperti Facebook, Twitter, WeChat, dan BlackBerry Messanger. Melalui pemasaran jejering sosial produknya menyebar ke seluruh penjuru Indonesia.

Tidak cuma disitu, dia juga merambah pasar luar negeri, utamanya pasar negara tetangga Malaysia. Meski sudah tersebar masih belum puas. Nenden mengakui penyebaran produk Nafeesa Kids masih belum merata. Dia sekarang ini lebih fokus ke membenahi sistem ditribusi agar produk sajadahnya merata.

Kunci sukses pengusaha ibu dua anak ini. Dia menyebutkan ada di kualitas produk. Menomor satukan soal kualitas produk memang wajib. Baginya konsumen tidak boleh kecewa begitu menerima barang. Kunci ini dibawa sampai sekarang dia menghasilkan omzet puluhan juta.

Bayangkan di bulan Ramadhan menghasilkan Rp.90 juta sebulan itu. Sedangkan buat sehari- hari, Nenden mampu mengais omzet Rp.40 juta sampai Rp.50 juta. Dimana dia mengaku margin keuntungan mencapai angka 50% atau Rp.20- 45 juta per- bulan.

Sukses Konveksi Seragam Sekolah SD Berkah

Profil Pengusaha Munawaroh Abdul Fatah 


 
Penjahit juga bisa sukses. Serta jangan pernah memandang sebelah mata profesi penjahit. Inilah kisah dari satu pengusah konveksi sukses. Namanya Munawaroh Abdul Fatah. Ibu empat anak berhasil mesejajarkan dirinya dengan pengusaha konveksi kenamaan. Penjahit bukanlah pekerjaan kasar tidak menjanjikan.

Dibalik bangunan megah kawasan Kuningan, Jakarta, ada seorang wanita paruh baya, sukses mendulang untung dari berbisnis konveksi. Dia adalah penjahit. Penghasilnya sudah besar karena sudah menjalankan bisnis ini sejak 1984.

Dia sedikit dari banyak pengusaha mampu melewati musim resesi. Sudah menjalankan profesi penjahi sejak tahun 84. "Tadinya cuma jahitan biasa buat orang kampung," tutur dia. Mendapatkan pembinaan maka dia sekarang bisa menjadi pengusaha konveksi.

Bisnis bertahap


Ia mengisahkan, himpitan ekonomi menjadi alasan utama. Perempuan kelahiran 22 Juli 1968 ini kemudian belajar menjahit. Dia lantas menjadi penjahit. Semua karena dia mau sekolah terus lanjut berkuliah. "Eh tapi sayangnya enggak jadi kuliah karena keburu menikah," tambah dia.

Alhamdulillah sekolah Muna selesai berkat bekerja menjadi penjahit. Dari hasil menjahit pula dapat memberi uang tambahan buat suami. Alhasil dia mamp menyekolahkan hingga menguliahkan. Berlanjut dia kemudian menggeluti menjahit seragam sekolah.

Keberuntungan makin terlihat menggeluti bisnis jahit seragam sekolah di tahun 1996. Lalu dia melanjutkan membuat baju ibu pengajian, kemudian menjahitkan seragam sekolah dari SD sampai ke SMA. Inspirasi jadi penjahit selain karena faktor ekonomi, Muna senang melihat baju- baju bagus, sayangnya tidak sanggup beli.

Dia terinspirasi baju- baju bermodel cantik. "...terus kepingin... Yaudah saya belajar jahit," kenang dia. Muna mau menjahitkan tetapi tidak punya uang cukup.

Kini delapan sekolah mempercayakan seragamnya ke Muna. Omzet per- tahun disebutkan mencapai Rp.40 juta bahkan sampai Rp.50 juta. Selain omzet pertahunan juga mendapatkan omzet bulanan teratur. Omzet tertinggi yaitu Rp.50 juta datang ketika ada tahun ajaran baru.

Omzet bulanan mencapai Rp.3 juta sampai Rp.5 juta. Jika berbicara desain, wanita yang diperistri oleh Juru Sita Pengadilan Agama ini, menuturkan desain asli buah pemikiran dia. Bahkan dia menceritakan desainer sekalas Kanaya Tabitha pernah menjahit kepadanya.

Dia pernah mendapatkan pesanan mantan Menteri Perekonomian Orde Baru, Pak Ali Wardhana. "... dan Kanaya Tabitha waktu belum terkenal," ujarnya bangga. Ketekunan merupakan kunci sukses Muna sampai bisa seperti sekarang. Pantang menyarah apapun bisnisnya, halangan mewarnai, kamu harus menyikapinya baik.

"Tantangan mah selalu ada, tinggal bagaimana kita menyikapi saja," tutup dia.

Bonsai Modal 250 Ribu Dijual Ratusan Juta

Profil Pengusaha Ivan Doeloer 



Pria satu ini menekuni hobi unik. Lambat laun bukan cuma hobi, Ivan Doeloer mampu merubah itu menjadi pundi- pundi uang. Semua karena ketekunan dia curahkan ke hobi uniknya. Apa sih hobi Ivan sampai bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan juta. Oh ternyata pria 39 tahun ini seorang penghobi pohon bonsai.

Butuh waktu bagi Ivan agar seperti sekarang. Ketekunan yang membawa dia menjadi seorang pembudidaya bonsai kenamaan. Usaha tanaman yang dikerdilkan cocok menjadi hiasan rumah. Ditanam melalui media pot kecil membuat bonsai asik dipadu- padankan.

Hobi dijalankan sejak remaja ini namun tidak semudah dibayangkan. Karena memang kamu perlu tau bonsai memiliki unsur religi, filosofi, estetika, serta metedologi tersendiri. Karena memiliki nilai seni maka bonsai bisa menghasilkan nilai ekonomi.

Bukan sekedar seni membuat pohon hias. Juga memiliki nilai estetika manusia nan eksotis. Itulah kesan yang pertama kali Ivan rasakan pertama kali. Memiliki bentuk kecil, imutnya, serta kecantikan lekuk menimbulkan eksotisme sendiri. "Melihat tanaman hias nan eksotis itu hingga akhirnya terjun mengoleksi," ia menambah.

Lambat laun Ivan mulai belajar membudidaya. Ivan mengaku cuma belajar otodidak. Berbekal kecintaan akan bonsai, pada medio 1990 -an, ketika bonsai baru booming maka perasaan mencoba muncul. Awalnya tidak memiliki maksud menguangkan bonsai buatannya dulu.

Semua karena kecintaan, maka anak pertama dari tiga bersaudara ini lebih telaten dalam belajar bagaimana membuat bonsai. Ia menjelaskan butuh waktu bertahun- tahun. Butuh waktu serta ketelatenan sampai dapat menghasilkan bonsai berkualitas nilai tinggi. "...tapi nanti akan terbayarkan," imbuh dia.

Butuh lima tahun untuk membuat bonsai berkualitas. Keindahan bonsai dibutuhkan waktu karena unsur estetiknya. Tanaman bonsai Ivan memiliki ekonomi tinggi. Makanya dia menyebut bonsai merupakan bentuk investasi janga panjang. Dibutuhkan kesabaran penghobi bonsai soal merawat sampai membentuk sempurna.

"Dari usaha ini saya juga menafkahi keluarga," tutur Ivan. Harga dipatok orang juga fantastis yakni mulai Rp.7 hingga 500 juta. Untuk perawatan setelah jadi tidak sesulit proses membuat.

Soal bahan pembuatan tidak mahal. Pembuatan melalui mencangkok tanaman, mencari ke hutan, stek atau membibit sendiri. Barang tambahan lain mudah dicari dan cukup terjangkau. Kawat pembentukan bonsai itu butuh diganti secara periodik loh.

"Dalam membentuk bonsai harus mempunyai insting kuat," Ivan tambahkan. Butuh juga logika agar sejalan dengan unsur alam. Keindahan bentuk butuh tetapi harus lah natural. "...karena setiap pohon memiliki pohon punya karakter masing- masing," dia tambahkan.

Lima tahun terakhir dia kembanjiran pesanan. Dia dipesani pohon yang hidup di pot ini. Pesanan datang dari Bandung sampai keluar ke Sumatra, Bali, dan lainnya.

Selain berbisnis dia juga dikenal sebagai trainer. Dari sini dia membagikan pengetahuan tentang bonsai serta mengajak masyarakat lebih meminati bonsai. Dia lebih banyak dipanggil oleh peminat bonsai. Untuk omzet dia menjelaskan mampu mengantungi sampai Rp.250 juta. "...padahal modal awal sekitar Rp.250.000," ia lanjut.

Tahun 2000 -an menjadi puncak penjualan bonsai. Sampai sekarang terlihat sudah tidak seramai dulu. Ini bahkan bisa dibilang menjadi bisnis musiman layaknya batu akik. Ketika masanya datang tenggelam pulalah pengusah dibaliknya. Namun Ivan mengaku masih produktif dan menghasilkan penghasilan memuaskan.

Adanya penggemar fanatik membuat bonsai tetap tercium untungnya. Ivan mengaku pesanan masih stabil meski tidak seramai ketika booming. Memang soal pendapatan bonsai menggiurkan. Karena bonsai sudah termasuk benda seni nilai ekonominya cenderung bertahan beda dari batu akik.

Adanya nilai seni dibalik lakunya bonsai milik Ivan stabil di pasaran. Yang terpenting setiap bulan ada seja pembeli. Dia mengaku paling tidak bisa mengantungi sampai Rp.8 juta per- bulan. Paling keren ialah warga Srijadi Bandung ini pernah menjual bonsai sineci ukuran 95cm senilai Rp.100 juta.

Memang sih dibutuhkan waktu buat membuat bonsai. Tetapi karena ditekuni sebagai hobi tidak menjadikan beban.

Kisah Penjual Susu Jahe Kota Jakarta

Profil Pengusaha Muda Riman



Persaingan ketat bisnis kuliner bukan masalah. Usaha sederhana dijalankan Riman terbukti berjalan baik. Ia sama sekali tidak takut. Padahal nih, di tempatnya berjualan sudah berjejer aneka jualan. Dia tetap semangat berjualan susu jahe. Baginya tidak ada batasan dalam berwirausaha apapun usahanya.

Dikisahkan Riman dulunya seorang office boy. Sebuah perusahan di bilangan Jakarta mempekerjakannya. Ia berkisah susah menjadi pegawai kontrak. Dalam dua tahun bekerja ujung- ujungya Riman tidak mendapat kontrak lagi. Banting stir, dia bertekat menjadi wirausahawan muda dibidang kuliner sendiri.

Cuma berbekal kemauan keras, serta rasa percaya diri bahwa usaha apapun selama kamu puny kreatifitas akan berhasil. Sebuah kesederhanaan berpikir pemuda 21 tahun ini. "Yang penting asal mau usaha aja," ujar Riman.

Dia juga mengajukan kreatifitas sebagai bekal. Karena ingin wirausaha banyak usaha dijalankan Riman. Ia sibuk mondar- mandir ke warnet mencari tau bisnis apa. Bagaimana membuat usaha berbeda. Tiba- tiba ia menemukan susu jahe. Usaha sederhana yang dijalankannya digeluti untuk dilakukan selepas bekerja.

Hendaknya memang kita mengikuti perkembangan jaman. Ikuti apa passion kamu. Kalau kamu mau jadi wirausaha perbanyak kosa kata sukses di benak kamu. Carilah sumber bacaan kewirausahaan di internet, jangan terus membaca soal politik yang tidak ada juntrungannya.

Bisnis sederhana untung


Ia cuma punya uang tabungan ketika bekerja menjadi OB dulu. Uang seadanya digunakan berbagai bahan yaitu susu cair dan jahe, kemudian membeli gerobak, spanduk buat dekorasi, serta perlengakapan lain. Dia menyebut gampang usaha dijalankan ini.

"Perlengkapannya juga dapetnya gampang, paling gelas ama gerobak," tutur dia. Pemasaran Riman gampang tetapi tidak sembarangan. Riman memilih memasang sepanduk di gerobak saja. 

Menunjukan bahwa dia siap menerima pesanan susu jahe. Cukup dibentangkan ke sisi gerobak agar terlihat jelas. Dia memasang digerobak menghadap ke jalanan. Memang dia memperhitungkan penggunaan gerobak lebih murah. Dibanding dia harus menyewa ruko, dan gerobak mudah dipindahkan.

Sudah memiliki gerobak sekarang butuh tempat. Riman harus melihat jeli lokasi berjualan. Lokasi memang sangat menentukan kesuksesan usahanya. "Nah tinggal kita harus jeli nentuin titik tempat kita dagang, jadi bisa keliatan," ujarnya. Dia sendiri memilih berjualan di pinggir jalan Lenteng Agung.

Alasan lain kenapa tidak ruko. Dia menyebut jualan susu jahe mana keliatan. Apalagi kalau dijejerkan sama usaha lain. "...kalau ruko tu kan modelnya berjejer gitu," jelasnya sambil terkekeh. Selain rasa, jualan susu jahe juga menyangkut soal harga, dia mematok harga Rp.3000 per- gelas.

Pengendara motor tinggal meripit membeli susu. Kebanyakan mereka yang mau ke Depok akan berhenti sejenak menyeruput susu jahe. Melalu mereka lah pengunjung makin banyak. Pasalnya mereka tidak ragu buat datang lagi alhasil gerobak Riman selalu terlihat ramai.

Waktu berjualan dibuatnya tidak panjang yakni pukul 5 sore sampai jam 10 malam. Dia menyetok 2 galon wedang jahe serta berkaleng susu kental manis. Tetapi dia menyatakan tidak selalu ramai kok. Ada kalanya gerobak Riman sepi dan baru tutup pukul 12 malam.

Berjualan begini saja, dia mangaku mengantongi omzet Rp.600 ribu per- hari atau Rp.18 juta. Dimana ia menyebut bisa untung berlipat jika hari libur.

Nama Besar Es Krim Sweet Sundae Yogyakarta

Profil Pengusaha Mika Akbar Andromeda 



Kepekaan akan lingkungan sekitar bisa menjadi senjata. Bagi kamu, pengusaha muda mampu melihat satu masalah di lingkungan sekitar. Contoh suksesnya Mika Akbar Andromeda. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) yang gemas melihat harga susu segar rendah karena salah mengelola.

Ia berkenalan dengan peternak sapi perah bukan tanpa sengaja. Waktu itu dia tengah menjalankan program dari kampusnya di Kaliurang, Yogyakarta. Andro yang sudah semester akhir mencoba menjadi penyuluh. Ia memberikan penyuluhan bagaimana memperbaiki mutu susu sapi mereka.

Dia menjelaskan rendahnya kualitas susu sapi karena kebiasaan. Bahwa petani mencampur susu sapi mereka dengan air. Memang mereka mendapatkan untung. Namun ternyata menjadi balik ke diri mereka sendiri. Dia menjelaskan justru karena ulah mereka harga susu sapi jatuh. Air merusak kualitas susu sapi meski untung buntung.

Para mahasiswa ditugasi menghilangkan kebiasaan mengoplos ini. Sayang, meski mahasiswa berhasil buat membimbing mereka, susu sapi mereka tidak segera dihargai. Terlanjut melekat dipandangan orang bahwa susu mereka tidak berkualitas. Kredibilitas petani Kaliurang dipertanyakan, harga susu ya masih murah lagi.

Andro tetap meyakinkan petani bahwa kualitas harus terus begitu. Tidak boleh kembali mereka mencampur air. Untuk itu dia berpikir bagaimana mengangkan susu sapi segar Kaliurang menonjol. Disinilah es krim jadi solusi ketika ia mendapatkan pengetahuan itu di kampus.

Bisnis manis


Kebetulah ya, pelajaran merubah susu sapi menjadi es krim merupakan pelajaran di fakultas Andro. Ingin sekali dia mengangkat harkat susu sapi petani lebih lagi. Melalui dijadikan es krim berharap nama susu sapi di daerah ini membaik. Ia lantas mengajak lima rekan, termasuk Yuki Rahmayanti, yang kini menjadi istrinya.

Awal bisnis mereka memberi nama Yogya Ice Cream. Merintis usaha memang membutuhkan modal mental kuat, sekuat baja. Apalagi mereka masihlah mahasiswa cuma punya uang jajan. Hal lain ialah adanya ejekan datang kepada mereka. Dia ingat betul ketika pertama kali mencoba.

"Mereka bilang, ini es krim atau air," kenang dia. Saking cairnya mungkin menjadi tidak ada rasanya.

Justru ucapan mereka menjadi dorong memperbaiki diri. Dia mengakui memang tidak jago. Tetapi sesuatu akan bisa karena biasa. Maka ia semakin bersemangat memperbaiki kualitas es krim mereka. Dari rasa, lalu tingkat kepadatan serta ketahanan.

Ia ingat betul es krim mereka meleleh dalam lima menit. Padahal baiknya butuh waktu sampai 20- 30 menit. Andro menggali ilmu tentang membuat es krim dari internet. Dia juga meminta konsultasi dosen bagaimana baiknya.

Awal berbisnis mereka bermodal uang jajan. Mereka membuka kedai kecil di pojokan kantin UGM. Yang mana ternyata bekas kandang. Seiring waktu usaha mereka berkembang namun lambat. Alhasil dua orang kawan Andro memilih keluar. "Mereka punya pandangan sendiri," ujar dia.

"...ada pula yang memilih menjadi karyawan," tutur dia. Dua pasang pria dan wanita ini sepakat tetap memilih melanjutkan usaha mereka.

Uang modal tambahan merembet sampai tabungan pribadi. Andro mengakali modal lewat mengikuti aneka ajang kompetisi wirausaha. Hasil memenangkan ajang dijadikan modal. Hasil terbaik datang dari ajang yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Dia mendapatkan hadiah sampai Rp.35 juta. Melalui uang tersebut dia memberdayakan para peternak. Uang Rp.30 juta lagi menyusul karena menang lomba yang diadakan UGM. Uang tersebut lantas ia belikan mesin. Tambahan modal Yogya Ice Cream bisa membuka gerai di beberapa sekolah. Andro mengadopsi sistem kemitraan.

Bisnis memiliki visi


Berkat mengikuti aneka ajang nama Andro makin dikenal. Puncak ketika ia mengikuti Shell Livewire bulan September 2010. Mulai banyak orang menghubungi Andro. Entah mereka mengajak kerja sama atau mau membangun relasi. Selepas Yuki selesai kuliah tahun 2011, mereka kemudian melanjutkan menata bisnis.

Mereka mulai menawarkan es krim ke restoran, kafe, hotel, atau katering Kota Yogya. Andro bersemangat membuka pasar baru sampai Solo, Semarang, Magelang, dan Ambarawa. Kemudian nama bisnis Yogya Ice Cream berubah menjadi Sweet Sundae Ice Cream.

Ia menjelaskan hal tersebut lantaran tidak bisa dipatenkan. Nama Yogya terlalu general buat dijadikan nama merek pribadi. Meski berubah nama Andro dan Yuki tetap percaya diri. Pasalnya es krim mereka sudah tak kalah dengan es krim lain, bahkan yang ternama. Pelanggan puas karena es krim Andro sudah bertekstur padat.

Jadi kalau es krim mereka dijadikan campuran milk shake lebih untung. Andro lantas melamar Yuki pada 2013 lalu.

Sweet Sundae menghadirkan delapan rasa. Beberapa varian memberikan pembeda dengan es krim lain yang dijual ritel atau kafe. Sebut saja ada es krim rasa green tea. Dimana dijual Andro per- cup seharga Rp.2000. Selain itu Sweet Sundae juga melayani kemasan 1 liter, 5 liter, dan 10 liter, untuk pasar hotel, kafe, resto, dan katering.

Pria kelahiran Jakarta makin mantap berbisnis es krim. Pengusaha muda ini memang memiliki visi menjadikan bisnisnya besar. Bahkan dia bercita- cita mampu menjadikan brand internasional. Produk dan kemasan dia sudah buat sedemikian lupa agar bersaing.

Andro sangat memperhatikan soal perang harga mungkin terjadi. Melalui strategi kemasan besar membuat Andro mampu masuk duluan ke pasar ritel. Ia sendiri sudah membuka pabrik sendiri di daerah Lempongsari, Sleman, Yogyakarta.

Jurus andalan lain digunakan Andro ialah pameran. Tidak cuma lokal, Sweet Sundae sudah berpameran ke Malaysia. Melalui ajang tersebut permintaan datang dari Arab Saudi dan Kamerun. Bahkan di Jeddah, dia diharapkan mendirikan pabrik es krim. Lalu ada Kamerun yang memiliki stok susu sapi siap olah.

Bisnis waralaba


Ide bisnis berawal dari kepekaan melihat kegelisahan. Mereka para petani sudah lama mengeluhkan harga susu mereka rendah. Kendati kualitas susu sudah membaik dibutuhkan waktu. Awal merintis usaha dia butuh 27 liter- 35 liter susu. Kemudian hari Sweet Sundae memproduksi 490 liter- 540 liter susu sapi segar.

Untuk memenuhi kebutuhan susu dibutuhkan dua koperasi susu dan 9 peternak sapi perah Kaliurang, Yogya. Andro pun menantang peternak agar menghasilkan susu berkualitas. Dia mengisaratkan kalau bisa bekerja sama. Maka dia akan memberikan harga lebih tinggi.

Para petani tertantang menghasilkan susu terbaik. Alhasik kualitas bahan baku susu mereka tidak pernah lagi turun. Agar Sweet Sundae makin berjaya Andro cuma memilih susu berkualitas. Andro bahkan berani buat menghentikan kerja sama.

"Jika susunya bagus kami ambil, tapi kalau tak sesuai, kami bisa mengakhiri kerja sama," tegasnya.

Peternak mengikuti aturan Andro. Mereka bertahan karena Sweet Sundae memberikan mereka ruang agar menjual susu lebih tinggi. Lambat laun, dengan tumbuhnya brand, maka menjadi pemasok Sweet Sundae itu sudah menjadi gengsi buat peternak sapi.

Agar tidak kehabisan dia juga mengambil pemasok di luar. Tidak cuma Kaliurang, ada susu sapi Boyolali, Jawa Tengah, menjadi landasan. Sehari pabrik es krim Sweet Sundae telah mampu menghasilkan 540 liter susu sapi atau setara 6.000 cup es krim.

Menggenjot pertumbuhan bisnis Andro punya cara. Andro membukan peluang Rp.15 juta untuk menjadi satu bagian dari Sweet Sundae. Usaha waralaba tanpa adanya royalty fee. Bahkan pihaknya akan membantu memonitoring mensuport kebutuhan es krim satu kabupaten.

Agar investor senang, Andro memberikan pelayanan layaknya pelanggan. Maksudnya investor butuh barang sekarang, maka pihak Sweet Sundae akan mengantar produk hari itu juga. "Sehingga membuat investor sangat puas dengan pelayanan Sweet Sundae Ice Cream berikan," tuturnya.

Dea Cake Malang Pernah Bangkrut Lima Kali

Profil Pengusaha Mulyani Hadiwijaya 



Membuka usaha bakery memang tidak mudah. Banyak tantangan dihadapi oleh Mulyani Hadiwijaya. Wanita yang akrab dipanggil Dea ini, pemilik usaha Dea Cake. Kepercayaan sangat dijunjung agar menjadi dikenal dimata masyarakat Malang. Alhasil dia kini sukses dan faktanya dia pernah beberapa kali bangkrut.

Meski harus besaingan dengan banyak pasaing. Dea Cake dimulai dari toko bahan kue bernama Dea daerah Pasar Kepanjen tahun 2010. Agar tempat usaha makin laris maka Dea mulai mengajar kursus. Dari kursus kue tersebut berlanjut menjual aneka kue selain bahan kue juga.

Akhirn tahun 2009 memutuskan membuka Dea Cake and Bakery. Selama lima tahun ternyata usaha tumbuh pesat meski banyak kendala terjadi. "Saya sudah bangkrut lima kali," kenang Bu Dea. Alasan bangkrut pun banyak dimulai dari salah memilih tempat, juga salah menyerahkan jalannya usaha kepada orang tidak tepat.

Manis pahit dunia bisnis kue sudah dirasakan betul. Belajar banyak usaha dijalankan Dea sudah memiliki 23 cabang loh.

Dea juga melirik tempat pelatihan sebagai media. Di tempat tersebut, dia mengajarkan sekaligus memberikan ruang kepada mereka bekerja bersama. Dukungan konsep segar diambil langsung dari oven. Ketersedian SDM baik mendukung bisnis Dea.

"...jumlah total karyawan kami sebanyak 250 orang," ujar Anton Wahyudi, selaku Manajer Marketing Dea Cake.

Memang sulit mencetak SDM berkualitas. Pelatihan berkala menjadi andalan Dea. Namun tetap masalah ya datang. Perusahaan tentu tidak dapat menampung keinginan karyawan. Pemberian seminar berkala mampu memberikan dukungan kepada perusahaan.

Aneka penghargaan sudah didapat. Mulai penghargaan Keamanan Pangan tahun 2004, The Best Winner of National Entrepreneur Award oleh Bank Internasional Indonesia (BII) dan Sindo pada 2013. Sukses selain kualitas SDM dan produk, adanya dukungan pemerintah disebutkan Anton menjadi masalah serius.

Desember 2014, tercatat mereka memiliki 23 cabang, tersebar di Jawa Tengah dan Timur, mulai Kepanjen, Purwokerto, Sukun, Singosari, Batu, Pasuruan dan Probolinggo. Visi misi perusahaan selalu diselaraskan agar antara cabang memiliki titik temu.

Membuat Kebab Frozen Kebab Kebudd Ratusan Juta

Profil Pengusaha Adi Rachman 



Gak mau jadi pegawai. Anak muda ini memilih berbisnis kebab. Dari jalanan merambah sosial media nama usahanya menjadi perbincangan. Awalnya orang tua tidak setuju dengan pilihan hidup pemuda ini. Lalu Moch Rachman Adi mencoba membuktikan ini bukan bisnis biasa.

Berbeda dari kebab lain di pasaran, yang menjenuhkan. Tidak sebatas daging juga aneka rasa seperti kebab durian. Brand Kebab Kebudd mengusung pemasaran modern tidak melulu lewat gerobak.  Termasuk lewat konsep kebab beku. Ia kenal kebab berkat seorang teman keturunan Timur Tengah, Mukhamad Annaviq

Ia ingin menciptakan sesuatu berbeda. Pertama kali mencoba sendiri Adi sudah ketagihan. Dia mulaih lah mencari tau dimana membuatnya. Kemudian dia berpikir bagaimana cara membuat kebab sendiri. Dia mulai bertanya apapun tentang bumbu membuat kebab. Akhirnya Adi membuat aneka modifikasi serta inovasi aneka rasa.

"...variant rasa sangat unik dan belum pernah ada sebelumnya," ujarnya dalam sebuah wawancara bersama Studenpreneur.co.

Kebab nyantai


Kebab buatan Adi menawarkan konsep beku. Ukurannya mini membuat pembeli lebih mudah konsumsi. Ia menambahkan kebab miliknya tidak biki "mblenger". Ia menjamin ini pertama kebab aneka rasa dan konsep beku, bahkan akunya belum ada di dunia, hanya miliknya.

Dimulai sejak empat tahun lalu pada Februari 2012. Naviq mengakui ide memang dari Adi. Keduanya lantas bekerja sama membangun brand. Ia sendiri memegang bagian marketing dan pamasaran. Konsep delivery order menjadi andalan mereka berdua. Orang tidak perlu ke jalan buat membeli kebab saja.

"...tidak perlu keluar rumah, keluar kantor, bisa dikirim lewat telephon, pesan singkat, atau BBM," Naviq menambahkan. Soal pengiriman minmal satu pack ya sudah dapat diantarkan.

Adi awalnya membuka usaha sendiri. Berjualan kebab daging sapi merambah ayam layaknya kebab lain. Ia lantas mengajak sang teman memasarkan lewat sosial media. Ia ingat betul awal masih jualan dengan grobak di food court dan juga emperan pasar swalayan.

Ia lantas betaruh dengan menyewa tempat di food court sebuah mal Surabaya. Pasarn ditarget oleh Adi bisa dibilang "salah" pertama kali. Dia membidik ibu- ibu dan karyawati yang malas memasak. Waktu itu mereka menawarkan konsep kebab normal. Ukuran tersebut dianggap terlalu besar buat wanita umumnya.

Sayangnya, pengunjung justru kebanyak anak SMA, uniknya mereka suka ukuran besar tetapi harga murah. Sialnya Adi menawarkan harga lebih tinggi dibanding milik kompetitor. Alhasil Adi cuma mampu bertahan beberapa bulan saja.

Pertaruhan lain Adi adalah acara car free day (CFD). Untuk berjualan disini, Adi menghadapi gesekan fisik dengan pendagang yang sudah mapan. Sebagai pendatang baru ia tengah bertaruh di lahan terbatas. Kalau ia datang kesiangan maka tidak ada tempat tersisa.

Kalaupun jualan di jalan protokol pastilah diusir petugas. Pria kelahiran 23 Juli ini tidak mau menyerah. Jadi dia berjualan dari rumah ke rumah. Tersendat kembali, kali ini dia diusir satpam penjaga komplek, tidak ada pilihan lain kecuali kembali membuka gerai. Namun, segera dibuang, pikiran itu membutuhkan modal besar.

Bisnis sosial media


Jalan satu- satunya adalah melalui sosial media. Dia menganggap promosi lewat sosial media lebih murah. Ia juga tidak perlu kuatir diusir siapapun. Daripada berjualan keliling berjualan melalui internet lebih nyaman. Ia lantas membuat situs jualan kebab kece.

Darisana dia mulai memfoto kebab bikinannya. Dia mulai upload memajang produk lengkap dengan desain kemasan menarik. Biar tidak terlihat ngotot jualan. Maka Adi menyiasati dengan memposting artikel tentang gizi. Sampai juga menulis tentang bintang dan tips kencantikan, lantaran target Adi adalah mereka wanita.

Cara tersebut terbukti efektif. Produk kebab Adi, yang diberi nama Kebab Kebudd, menjadi viral menarik perhatian banyak orang. Sarjana Desain Komunikasi Visual, Institut Sepuluh Nopember (ITS), ini terbantu karena jaman sekarang pengiriman barang sudah gampang dibanding dulu.

Banyaknya varian produk membuat Kebab Kebudd tidak monoton. Sebut saja kebab isi ayam pedas yang dibikin sangat pedas se- Indonesia. Produk ditawarkan lainnya ialah kebab buah, yaitu perpaduan antara buah dan coklat. Kebab buatan Adi menjadi pelopor karena tidak ada sebelumnya.

Andalan Kebab Kebudd lainnya adalah kebab durian mini. Dimana ia menggunakan durian yang 100% asli Medan. Ia menambahkan keju biar lebih gurih. Ukuran kecil tidak membuat kita kekenyangan. Ukuran pas tidak membuat perut gendut. Pembuatan juga tidak pakai mentega ataupun minyak agar ada gizinya tetap ada.

Kebab Mini Durian dapat langsung dimakan loh. Tanpa kamu perlu panggan atau goreng dulu. "...dan sangat nikmat ketika dimakan pada saat dingin," ujarnya.

Nama sendiri merupakan ide tidak terduga. Ia temukan ketika tengah mengendarai mobil di jalan tol. Tiba- tiba tercetus saja karena proses penyajian yang cepat. Salin itu karena pemilihan dua suku kata hampir mirip membuat nama mudah diingat.

Ia menambahkan, "oh iya, pembelian Kabab Kebudd hanya dapat dilakukan secara online mengingat kami tidak memiliki outlet fisik."

Dijual secara online dapat dijadikan bekal ke kantor. Kalau mau kamu bisa panaskan di teflon ataupun oven. Membuat aneka varian merupakan kekuatan Kebab Kebudd. Inilah yang membuat mereka tetap bertahan ditengah serbuan bisnis sejenis.

Kebab isi buah lebih enak kalau dingin. Naman unik membuat orang lebih cepat ingat. Adi berharap nama dari bisnisnya langsung nyantol ketika berbicara kebab. Kemudian kata kebud menjadi kata lain pelanggan pikirkan. Artinya mereka cepat sampai cepat dimakan tidak menunggu. Kebetulah ia sendiri hobi ngebut di jalan tol.

"Selain itu, kebab kan termasuk makanan cepat saji," imbuhnya. Dalam sebulan 3.500- 5000 kotak kebab laku terjual.

Kesuksesan online tidak membuat Adi putus asa. Hasrat terbesar lainnya bagaimana menjualkan Kebab Kebudd ke ranah offline. Cabang Adi sendiri sudah mencapai 16 cabang tersebar di seluruh Indonesia. Ia sendiri ingin merambah food truck jika memungkinkan.

Sukarnya bisnis


Kalau dikenang memang perjalanan bisnisnya tidak mulus. Dimulai sejak masih berkuliah dulu ketika ia mulai berbisnis. Sejak merintis bisnis di banku kuliah tidaklah mudah. Sibuk menjalankan bisnis membuat keteteran soal kuliah. Alhasil kuliah tidak terurus dan molor sampai beberapa tahun berselang.

Hal lain, orang tua enggan memberi restu, mereka lebih suka Adi menjadi pegawai biasa. Menjadi pegawai menurut mereka lebih menjanjikan karena bergaji setiap bulan. Untuk itu ia bekerja keras agar meyakinkan mereka berbisnis kebab bisa sukses, mampu menghasilkan penghasilan tetap.

Oleh karena itulah dia selalu memegang prinsip. Konsistensi dijalankan melalui rencana bisnis matang. Tidak akan dijalankan jika tidak sesuai rencana. Seperti rencananya memperluas pasar offline melalui membuka gerai baru.

Adi juga berharap mampu mereguk pasar Internasional. Agar sukses dia selalu mengingatkan diri akan apa rencana bisnis ke depan. Ia juga memiliki mentor agar tetap fokus. Lainnya adalah passion Adi di bidang kewirausahaan serta hobi makan kebab.

"Bagi saya, menjalankan bisnis juga harus memiliki konsistensi," paparnya.

Menurut Naviq, modal pertama menjalankan bisnis kebab mereka mencapai Rp.20 juta. Itupun tidak serta merta sukses kan. Justru ketika mereka menggunakan sarana murah internet, malah sukses besar. Omzet dari bisnis Kebab Kebudd diantara Rp.10 juta diawal, dan sekarang mencapai Rp.180 juta berkat aneka inovasi.

Harga jual antara Rp.45 ribu sampai Rp.60 ribu. Berisi enam, panjang 10cm, harga paling mahal ya kebab durian yakni Rp.60 ribu. Penjualan per- minggu mencapai 1000 pack seluruh Indonesia. Kota dirambah bisnis Kebab Kebudd meliputi Jawa, Bali, dan Kalimantan, sementara Jakarta jadi pasaran utama.

Dia berencana membuak gerai baru di Jakarta Selatan, melengkapi yang di Jakarta Utara dan Barat. Wilayah Jakarta jika mau bermitra cukup merogoh kocek Rp.14 juta. Sistem pesan kirim diutamakan agar tidak sama dengan bisnis sejenis.

Ia menambahkan kerja sama berbentuk keagenan. Naviq menyebut karena outlet berarti bersaing dengan para pesaing besar, seperti Kebab Baba Raffi misalnya. Target pencapaian Kebab Kebudd yakni omzet Rp.200 juta. "Makanya fokus ke online, ada kantor, kalau mau datang bisa," tutupnya.