Profil pengusaha Sri Harsono
Mungkin tidak semua orang ditakdirkan menjadi pegawai. Beberapa orang sukses bahkan tanpa melalui satu proses bekerja dari pengalaman. Tetapi mereka membuktikan mampu memberikan pengalaman. Contoh Sri Harsono, pernah mengikuti berbagai lamaran pekerjaan tetapi tetap ditolak.
Orang tua kebanyakan berpikir menjadi PNS segalanya. Begitu pula pemikiran Harsono selepas kuliah ambil jurusan Hukum, Universitas Semarang, hendak melamar tentara bahkan polisi. Ditunjang dengan fisik yang mapan tentu dia cukup merasa percaya diri. Sayang, takdir berkata lain bagi pria kelahiran 36 tahun silam ini.
Niat membahagiakan orang tua lewat pegawai negeri tandas. "Bermacam- macam tes saya ikuti, termasuk melamar menjadi hakim dan anggota tentara Indonesia," kenang Harso. Dia tidak kunjung mendapatkan satu pekerjaan. Ide bisnis muncul diantara keputus asaan: Harsono mulai membuat aneka tas ransel.
Dia berpikir kenapa tidak membuka usaha sendiri dibanding ikut orang.
Penjual tas
Jualan Harso meliputi tas ransel biasa, tas kamera, tas gunung, ataupun tas koper. Hobi naik gunung menjadi andalan dia pertama kali. Membuat aneka tas, terutama tas gunung cuma bermodal gambar di internet. Uang dikeluarkan cuma Rp.400 ribu untuk membuat 20 buah tas.
Sukses membuat tas menghasilkan untung Rp.1 juta dari Rp.1,4 juta keseluruhan. Cukup mencontoh internet memproduksi kemudian dijual kembali. Tanpa disadari usaha Harso kian lama semakin membasar didorong kecintaan akan pekerjaan.
Ia belajar otodidak tanpa harus ahli menjahit. Hingga ia mencapait titik mendapatkan pesanan khusus. Yaitu melalui produsen permen karet Yosan. Sebuah kontrak selama setahun dimana Harso memproduksi 400 -an buah tas per- minggu, atau senilai 16.000 tas selama setahun tersebut.
Sampai suatu ketika pristiwa besar menggoncang usaha Harsono. Gempa Yogya waktu itu merusak segala dirintis oleh Harso. Ketika itu 2006, sejumlah pengecer tas produksinya gagal bayar, mereka menunggak pembayaran karena tidak laku. Berbulan- bulan lamanya, ia hidup tanpa menghasilkan uang penjualan.
Pasca gempa tidak membantu usaha. Butuh waktu cukup, sehingga baik proses produksi ataupun menjual tesendat naik- turun. Apalagi dia harus membiayai pernikahan. Lengkap sudah biaya dikeluarkan olehnya untuk berbisnis kembali. "Beberapa penjual tas di Kota Yogya yang saya suplai menunggak pembayaran."
Keungan tersedot membiaya kehidup keluarga barunya. Perlahan tapi pasti usahanya dikembalikan melalui jasa "guru besarnya". Harso mulai membidik penjualan online. Bahkan penjualan online melebih harapan dia karena perputaran uang cepat.
"Saya memulai online pertengahan bulan September 2013," ujarnya kepada Bukalapak.com. Dia mulai dari meraba Facebook, aneka tempat berjualan online juga disambanginya. Sukses Facebook menghantarkan dia ke Bukalapak.com sejak 29 April 214.
Bukan tanpa masalah berjualan online. Sebagai penjual jujur maka berhadapan pembeli tidak jujur. Dalam pengakuannya pernah sekali ditipu pembeli. Pertama kali pembeli tersebut membeli lancar. Pembeli tersebut menjual kembali produknya online.
Hingga dia memproduksi tas sendiri. Tetapi berkualitas lebih rendah, menekan biaya produksi, dan menjual lebih lebih murah. Ini yang membuat kerugian dipihak Harso. Karena stok di tempat menumpuk sementara produk sejenis sudah digantikan orang. Maka Harso memutuskan ikutan masuk jualan di sosial media saja.
Bercamam orang ditemui oleh Harsono. Mereka penjual yang awalnya menjadi pengecer kemudian menjual buatan sendiri. Dia berkata tidak masalah karena rejeki sudah Tuhan atur. Pasalnya memang produk dijual oleh mereka hanya mencari untung. Tidak memenuhi kriteria pelayanan sempurna bagi pelanggan membeli.
Hikmah diambil ialah dia jual sendiri, secara online baik memakai reseller ataupun tanpa reseller tak masalah; Harso tetap berjaya berjualan di BukaLapak.com.
Lapak bernama ARdani Indonesia dikenal legendaris dikalangan pelapak. Pasalnya Harso mampu mendapat 455 feedback positif. Transaksi penjualan 100% terpenuhi tanpa ada pengembalian. Sampai dititik tersebut bukan perkara mudah, ia harus merangkak mengikuti sistem dari cuma menjual 1-2 buah, feedback 80- 100 an.
Jualan dirasakan semakin laris di BukaLapak berkat kesabaran. Prinsip Harsono ialah menjaga kepercayaan konsumen. Omzet Rp.80 juta, paling laris ialah produk tas kamera yang terjual sampai 20 tas perminggu, kemudian tas punggung 15- 20 tas per- minggu dan tas carrier 60 liter mencapai 10 tas per- minggu.
Salah satu kelebihan Bukalapak.com adalah tombol push. Meningkatkan jumlah transaksi penjualan karena ada promosi langsung. Fitur tersebut memang memerlukan biaya tetapi bermanfaat. Pengeluaran biaya push mencapai Rp.500 ribu terbayar. Itu dimaksudkan produknya nempel dihalam pertama setiap kali dipush.
"...sehingga bisa lebih laku terjual dibandingkan berada di bagian halaman akhir," aku Harso, membagikan tips kesuksesannya.
Fokus usaha memproduksi aneka produk perlengakapan adventure, seperti halnya jaket, jas hujan, atau juga tas gunung. Harso menyebut masih memiliki peluang besar di bisnis adventure, mungkin karena target lebih spesifik.
Sukses Harso ternyata pernah mendapatkan tentangan. Mulai dari nol, usaha miliknya pernah diragukan oleh kedua orang tuanya. Dianggap tidak mapan ketika menjalankan wirausaha dibanding pegawai negeri. Untuk itu dia membuktikan, buktinya yaitu memiliki mobil sendiri, rumah sekaligus tempat produksi, dan karyawan.
Sekarang malah orang tua menganjurkan agar tidak menggantungkan kepegawaian. Mulailah membuat usaha sendiri membuka lapangan pekerjaan. "Usaha kecil- kecil tidak apa- apa asal ditekuni," selorohnya.
Memulai usaha offline di Januari 2000, kini usahanya menyebar sampai Solo, Malang, Makassar, dan Bali. Ia sendiri lebih nyaman berjualan online. Berbicara persaingan penjual besar, makan hati Harsono menegaskan. Tahun 2005, dia diskon 1 bulan, malah pesaingnya diskon 4 bulan. Maka sejak 2014 total usahanya fokus di BukaLapak.com
Total jumlah 70 produk di bukalapak.com, memiliki banyak model serta pilihan warna. Bahkan produknya itu sampai repeat order atau pesan lagi. Penjualan selain Buka Lapak yaitu melalui sosial media Facebook, Twitter, Google Plus, menambah efektifisan penjualan setiap hari.
Sampai suatu ketika pristiwa besar menggoncang usaha Harsono. Gempa Yogya waktu itu merusak segala dirintis oleh Harso. Ketika itu 2006, sejumlah pengecer tas produksinya gagal bayar, mereka menunggak pembayaran karena tidak laku. Berbulan- bulan lamanya, ia hidup tanpa menghasilkan uang penjualan.
Pasca gempa tidak membantu usaha. Butuh waktu cukup, sehingga baik proses produksi ataupun menjual tesendat naik- turun. Apalagi dia harus membiayai pernikahan. Lengkap sudah biaya dikeluarkan olehnya untuk berbisnis kembali. "Beberapa penjual tas di Kota Yogya yang saya suplai menunggak pembayaran."
Keungan tersedot membiaya kehidup keluarga barunya. Perlahan tapi pasti usahanya dikembalikan melalui jasa "guru besarnya". Harso mulai membidik penjualan online. Bahkan penjualan online melebih harapan dia karena perputaran uang cepat.
"Saya memulai online pertengahan bulan September 2013," ujarnya kepada Bukalapak.com. Dia mulai dari meraba Facebook, aneka tempat berjualan online juga disambanginya. Sukses Facebook menghantarkan dia ke Bukalapak.com sejak 29 April 214.
Masalah jualan online
Bukan tanpa masalah berjualan online. Sebagai penjual jujur maka berhadapan pembeli tidak jujur. Dalam pengakuannya pernah sekali ditipu pembeli. Pertama kali pembeli tersebut membeli lancar. Pembeli tersebut menjual kembali produknya online.
Hingga dia memproduksi tas sendiri. Tetapi berkualitas lebih rendah, menekan biaya produksi, dan menjual lebih lebih murah. Ini yang membuat kerugian dipihak Harso. Karena stok di tempat menumpuk sementara produk sejenis sudah digantikan orang. Maka Harso memutuskan ikutan masuk jualan di sosial media saja.
Bercamam orang ditemui oleh Harsono. Mereka penjual yang awalnya menjadi pengecer kemudian menjual buatan sendiri. Dia berkata tidak masalah karena rejeki sudah Tuhan atur. Pasalnya memang produk dijual oleh mereka hanya mencari untung. Tidak memenuhi kriteria pelayanan sempurna bagi pelanggan membeli.
Hikmah diambil ialah dia jual sendiri, secara online baik memakai reseller ataupun tanpa reseller tak masalah; Harso tetap berjaya berjualan di BukaLapak.com.
Lapak bernama ARdani Indonesia dikenal legendaris dikalangan pelapak. Pasalnya Harso mampu mendapat 455 feedback positif. Transaksi penjualan 100% terpenuhi tanpa ada pengembalian. Sampai dititik tersebut bukan perkara mudah, ia harus merangkak mengikuti sistem dari cuma menjual 1-2 buah, feedback 80- 100 an.
Jualan dirasakan semakin laris di BukaLapak berkat kesabaran. Prinsip Harsono ialah menjaga kepercayaan konsumen. Omzet Rp.80 juta, paling laris ialah produk tas kamera yang terjual sampai 20 tas perminggu, kemudian tas punggung 15- 20 tas per- minggu dan tas carrier 60 liter mencapai 10 tas per- minggu.
Fitur Buka Lapak
Salah satu kelebihan Bukalapak.com adalah tombol push. Meningkatkan jumlah transaksi penjualan karena ada promosi langsung. Fitur tersebut memang memerlukan biaya tetapi bermanfaat. Pengeluaran biaya push mencapai Rp.500 ribu terbayar. Itu dimaksudkan produknya nempel dihalam pertama setiap kali dipush.
"...sehingga bisa lebih laku terjual dibandingkan berada di bagian halaman akhir," aku Harso, membagikan tips kesuksesannya.
Fokus usaha memproduksi aneka produk perlengakapan adventure, seperti halnya jaket, jas hujan, atau juga tas gunung. Harso menyebut masih memiliki peluang besar di bisnis adventure, mungkin karena target lebih spesifik.
Sukses Harso ternyata pernah mendapatkan tentangan. Mulai dari nol, usaha miliknya pernah diragukan oleh kedua orang tuanya. Dianggap tidak mapan ketika menjalankan wirausaha dibanding pegawai negeri. Untuk itu dia membuktikan, buktinya yaitu memiliki mobil sendiri, rumah sekaligus tempat produksi, dan karyawan.
Sekarang malah orang tua menganjurkan agar tidak menggantungkan kepegawaian. Mulailah membuat usaha sendiri membuka lapangan pekerjaan. "Usaha kecil- kecil tidak apa- apa asal ditekuni," selorohnya.
Memulai usaha offline di Januari 2000, kini usahanya menyebar sampai Solo, Malang, Makassar, dan Bali. Ia sendiri lebih nyaman berjualan online. Berbicara persaingan penjual besar, makan hati Harsono menegaskan. Tahun 2005, dia diskon 1 bulan, malah pesaingnya diskon 4 bulan. Maka sejak 2014 total usahanya fokus di BukaLapak.com
Total jumlah 70 produk di bukalapak.com, memiliki banyak model serta pilihan warna. Bahkan produknya itu sampai repeat order atau pesan lagi. Penjualan selain Buka Lapak yaitu melalui sosial media Facebook, Twitter, Google Plus, menambah efektifisan penjualan setiap hari.
Post Comment
0 komentar:
Posting Komentar